Seruan Genosida Muslim India, Umat Tak Kuasa Membela. Kenapa?



Bersyukurlah hari ini kita bisa melaksanakan ibadah dengan begitu mudah, aman dan nyaman tanpa rasa khawatir atau ketakutan karena ancaman. Karena hal ini tidak dirasakan saudara kita di India. Belum lama ini, muncul seruan genosida bagi muslim yang merupakan minoritas di sana, oleh sekelompok ekstrimis Hindu.

Mengutip dari laman republika.co.id, 13/01/2022 dugaan pernyataan provokatif tersebut muncul dari para pemimpin Hindu di sebuah pertemuan tertutup di Haridwar, Desember 2021. Disebutkan bahwa umat muslim di sana harus menghadapi ancaman-ancaman ketika beribadah, termasuk larangan shalat jumat di ruang terbuka.

Bahkan seorang anggota senior sayap kanan Hindu dari Partai Politik Mahasabha dalam sebuah video menyeru "Jika 100 dari kita menjadi tentara dan siap untuk membunuh 2 juta muslim, maka kita akan menang .. melindungi India dan menjadikan negara Hindu,". Dikutip dari CNN Internasional, Sabtu (15/1/2022).

Beribadah menjalankan perintah Allah adalah konsekuensi setiap orang beriman. Maka, beribadah adalah hak individu yang harusnya dijaga dan dilindungi, baik oleh individu itu sendiri, oleh masyarakat dan tentu oleh negara yang memegang otoritas tertinggi dimana individu dan masyarakat tersebut tinggal. Sebagaimana kepala keluarga yang bertanggungjawab penuh kepada seluruh anggota keluarganya. 

Penjagaan ibadah oleh individu dilakukan dengan menguatkan aqidah, terus memperdalam ilmu agama sehingga keimanannya benar-benar kuat, kokoh tak tergoyahkan. Individu yang bertakwa tidak akan bermain-main dengan perintah dan larangan Allah kecuali taat, tunduk dan patuh. Namun ketaqwaan individu saja tak cukup membuat praktik ibadahnya istikamah terjaga. Karena individu tersebut akan berinteraksi dengan individu yang lain di tengah masyarakat.

Sikap masyarakat sangat mempengaruhi kondisi lingkungan apakah kondusif atau sebaliknya. Apa yang terjadi di India jauh dari suasana kondusif bagi umat muslim untuk beribadah. Mereka harus menghadapi ancaman, tekanan bahkan resiko terbunuh hanya demi menjalankan ibadah, mempertahankan aqidahnya.

Kondisi ini belum juga membaik karena tidak maksimalnya peran negara dalam melindungi dan menjamin hak beragama setiap warganya. Tidak adanya tindakan tegas, bahkan terkesan didiamkan membuat pelaku menjadi semakin berani bertindak anarkis terhadap umat muslim yang merupakan kaum minoritas.

Sementara itu kaum muslim di belahan bumi lain, yang tinggal di negeri yang tenang, aman dan damai, belum banyak yang menunjukkan kepedulian terhadap penindasan yang menimpa saudara sesama muslimnya. Tidak hanya muslim di India tapi juga muslim di Palestina, Iraq, Suriah, Myanmar, China dan lain-lain. Hal ini karena pemahaman umat tentang “saudara” dimaknai sempit hanya sebatas hubungan nasab. Sehingga orang-orang yang tidak ada hubungan keluarga dianggap bukan saudara, apalagi sudah berbeda negara. Padahal di dalam Islam, selama orang tersebut muslim, di belahan bumi manapun dia tinggal, maka dia adalah saudara. Saudara di dalam islam ibarat satu tubuh, dimana saat satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit.

Memang ada sebagian umat yang menunjukkan kepeduliaan kemudian terus mengupayakan dengan segala cara untuk bisa menolong dan membela saudaranya. Namun, sekuat apapun usaha tersebut dilakukan, tidak akan menghasilkan dampak yang signifikan, kecuali hanya sebatas memberikan bantuan kemanusiaan berupa makanan dan obat-obatan. Sementara permasalahan utamanya yaitu penindasan sama sekali tidak tersentuh.

Ini semua adalah dampak dari nation state atau negara bangsa, dimana negeri-negeri muslim yang dulu disatukan dalam satu kepempimpinan kemudian disekat-sekat menjadi negeri-negeri kecil. Akses sesama saudara menjadi terhalang bahkan putus karena sekat-sekat tadi. Umat muslim menjadi tercerai berai, bagaikan anak ayam kehilangan induknya, lemah, hingga begitu mudah di kuasai dan dikendalikan oleh kekuatan yang lebih besar yang niatnya tiada lain kecuali untuk menjajah. 

Di dalam Islam, saudara tak terbatas lingkup negara. Ikatannya jauh lebih kuat daripada ikatan nasab sekalipun. Meskipun terpisah lintas negara, selama aqidahnya Islam maka akan dianggap sebagai saudara dan diperlakukan selayaknya saudara. Bagaimana dulu ada kisah seorang wanita muslimah yang dilecehkan oleh seorang kafir, serta merta sang khalifah mengirimkan pasukannya hingga membuat seluruh negeri kafir tersebut ketakutan.

Tidak sebagaimana hari ini, ketika muncul seruan genosida terhadap saudara sesama muslimnya di India, dan juga penindasan di negeri-negeri lainnya, umat tak kuasa untuk menolong dan membela karena terbatas sekat negara.

Saatnya kembali kepada Islam, yang sangat memanusiakan manusia, menghargai nyawanya, menjaga harkat dan martabatnya. Tidak akan dibiarkan ada yang saling mengganggu, merendahkan apalagi mengancam hingga menghilangkan nyawa. Di bawah sistem pemerintahan Islam, dimana negeri-negeri muslim berada di bawah satu kepemimpinan, jaminan keamanan dan kenyamanan menjadi tanggungjawab negara, terhadap seluruh umat manusia dimanapun berada.


Oleh Anita Rachman

Posting Komentar

0 Komentar