Serupa Tapi Tak Sama


Serupa tapi tak sama adalah pengibaratan anak kembar. Memiliki anak kembar adalah karunia dan hadiah terindah, yang tidak semua orang tua diberikan amanah memiliki anak kembar.  Memiliki anak kembar menjadi daya tarik tersendiri, bahkan sampai ada orang tua memprogram agar bisa memiliki anak kembar. Anak kembar selalu diidentikkan dengan semua hal yang sama/serupa, dari model baju, warna baju dan apapun yang melekat pada anak kembar.

Padahal faktanya tidaklah demikian. Walaupun mereka terlahir kembar ada saja yang berbeda dari keduanya. Karakter dan kepribadian anak kembar antar satu dengan yang lainnya kadang bertolak belakang. Yang satu pendiam, yang lainnya periang, yang satu introvent yang lainnya extravent, atau yang satu melejit prestasi akademiknya sedangkan  yang lain prestasinya biasa-biasa saja.

Menurut psikolog Regina Naisa Pohan, MPsi,Psikolog meski mereka dilahirkan bersamaan, mereka tetaplah dua individu yang berbeda. Maka, kita sebagai orang tua harus bisa memperlakukan mereka sesuai dengan kepribadiannya masing-masing, sehingga tak perlu selalu seragam. Dalam membesarkan anak kembar selalu ada kecenderungan untuk bersaing dalam mendapatkan perhatian, khususnya perhatian orang tua dan keluarga terdekatnya. Kadang juga salah satu diantara mereka cenderung berperan sebagai pemimpin bagi saudara kembarnya.

Anak kembar tidak selalu memiliki kesaamaan seperti halnya kesamaan rupa yang mereka miliki. Terkadang keduanya memiliki perbedaan  yang saling bertolak belakang. Oleh karena itu, setiap orang tua yang memiliki anak kembar harus memahami benar bagaimana meriayah keduanya dengan cara yang baik dan benar, tentunya sesuai dengan syariatNya. Karena salah periayahan akan menyebabkan salah satu dari keduamya merasa diabaikan atau muncul persaingan diantara keduanya.

Maka banyak hal yang harus dipelajari dan dipahami oleh orang tua, dan tidak menyamakan atau membanding-bandingkan kemampuan dari keduanya. Keduanya patut mendapatkan apresiasi dari orang tua terhadap hal sekecil apapun yang mereka telah lakukan, misalnya segera berwudhu ketika mendengar suara adzan di masjid. Dan tentu saja mendidik anak kembar laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan.

Disinilah peran penting orang tua untuk memberikan waktu yang cukup dan perhatian karena mengasuh 2 anak sekaligus dalam waktu bersamaan. Dan memiliki komitmen serta visi misi dalam membesarkan keduanya. Pembagian tupoksi dari ayah dan ibu ini agar kedua anak tersebut mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya. Misalnya, ketika mereka bertengkar karena memperebutkan mainan, maka ayah dan ibu harus peka dengan memisahkan keduanya. Si kakak dengan ayah dan si adik dengan ibu. Cara ini diperlukan untuk melakukan bonding kepada anak dan menanyakan alasan mereka bertengkar serta kemudian memberi pemahaman sesuai level usia mereka.

Jika memiliki anak kembar berjenis kelamin laki-laki, harus ditanamkan sejak dini bahwa mereka harus menjadi tim yang kompak dan solid serta saling membantu jika mendapatkan kesulitan. Jiwa kompetisi dan kecenderungan menjadi pemimpin memang sering muncul dari  anak laki-laki. Maka, kedua orang tua harus bisa menjelaskan kompetisi seperti apa yang harus mereka lakukan. Sering-seringlah bercerita tentang para sahabat Rasulullah yang terkenal dengan strategi perang, memliki jiwa pemberani, pantang menyerah dan memiliki ketakwaan dan keimanan yang luar biasa kepada sang penciptanya.

Berbekal pemahaman seperti inilah, keduanya akan tumbuh menjadi anak yang senantiasa berlomba-lomba melakukan amal sholih semata-mata ingin mendapatkan keridaan dan pahala dari Allah swt. Cara ini untuk menghilangkan jiwa kompetisi yang tidak sehat sejak dini. Nuansa ta’awun (kerjasama) dalam melakukan kegiatan seharian dan amal sholih untuk saling mengingatkan tampak dari keduanya. Ini akan terwujud apabila kedua orang tuanya senantiasa memberikan reward dan pujian kepada keduanya, sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan bangga atas kemampuan yang mereka miliki.

Ayah memiliki peran besar dalam pengasuhan anak laki-laki. Bagaimana memahamkan dan menanamkan rasa tanggung jawab sedari dini kepada anak laki-lakinya. Karena kelak ia akan diamanahi tanggung jawab yang sama seperti ayahnya. Sering mengajak sholat ke masjid, ikut serta dalam aktifitas kajian keislaman, mengajaknya bersilaturahmi kepada tetangga, dan lain sebagainya adalah bagian dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab yang kelak akan mereka pikul.

Sedangkan ibu, memiliki peran lain yaitu memberikan kasih sayang yang tulus dan menumbuhkan rasa  kepekaaan yang tinggi misalnya melibatkan sang anak dengan meminta tolong untuk membantu di dapur walaupun cuma sekedar membantu mencuci sayuran. Sehingga sang anak terbiasa melakukan birul walidain karena rasa kepekaan yang tinggi dan tentu ingin mendapatkan pahala dari Allah swt.

Berbeda halnya dengan pengasuhan anak kembar yang berjenis kelamin perempuan, tentu porsi pengasuhannya banyak kepada sang ibu. Walaupun peran ayah pun sangat dibutuhkan disini. Anak perempuan dididik untuk kelak mereka akan menjadi ummu wa rabbatun baikt. Maka, sang ibu harus memberikan pendidikan tersebut dari sejak dini dan sesuai level usianya. Agar kelak sang anak memahami tupoksinya sebagai calon ibu pemimpin peradaban Islam yang mulia.

Walhasil, apapun jenis kelamin anak yang Allah berikan kepada orang tua baik anak kembar laki-laki, kembar perempuan atau kembar laki-laki dan perempuan, maka orang tua wajib terlebih dulu mencari ilmu dan senantiasa belajar dan belajar sebagai bekal mengasuh dan mendidik anugerah terindah dari Allah, sesuai cara yang telah ditetapkanNya. Bukankah setiap orang tua menginginkan kelak anak-anak mereka menjadi pahala jariyah yang terus menerus mengalirkan pahala walaupun kita sudah meninggal dunia fana ini?

Untuk mewujudkan impian yang mulia ini, maka setiap orang tua harus melayakkan diri untuk menjadi orang tua yang pantas untuk menerima titipan dariNya. Karena titipan tersebut akan diminta pertanggungjawaban olehNya, bagaimana kita mengasuh dan mendidik dari mereka kecil hingga mereka dewasa. Ketaatan anak kepada RabbNya ditentukan pada kualitas ketaatan orang tuanya kepada RabbNya. Begitupula halnya kesholihan anak akan dilihat dari tingkan kesholihan orangtuanya. Wallahualam


Oleh : Siti Rima Sarinah


Posting Komentar

0 Komentar