Memasuki awal tahun 2022, perjuangan kaum muslimin untuk bangkit kian terasa berat. Pasalnya gempuran pemikiran yang menyerang akidah umat terus mendera di akhir tahun lalu. Ucapan selamat natal dan tahun baru menjadi entry poin yang digunakan musuh-musuh Islam untuk menggoyang kembali pemahaman kaum muslimin tentang toleransi. Berbagai alasan dikemukakan untuk membelokkan pemahaman Islam di tubuh umat tentang hal ini.
Kondisi ini menjadi lebih mudah ketika sebelumnya kemenag menderaskan program moderasi beragama. Sebuah program yang berujung pada upaya mencampuradukkan agama-agama yang ada dan menghantam militansi kaum muslimin. Sebab program ini tidak saja menyerang penerapan syariat Islam, tapi juga menohok akidah kaum muslimin.
Terlebih lagi di ujung tahun 2021, isu viral tentang adopsi spirit doll yang dilakukan beberapa selebriti di negeri ini seolah kian membuka mata bahwa perjuangan ini kian berat. Fenomena ini menggambarkan dengan jelas bahwa paham sekuler liberal telah berhasil menggerogoti akidah kaum muslimin. Bahkan sedikit demi sedikit, tanpa terasa paham ini berhasil membuat kaum muslimin menjadi musyrik.
Tindakan melakukan adopsi terhadap boneka arwah atau spirit doll ini sekaligus juga menunjukkan dengan jelas bahwa popularitas dan ketenaran ternyata tak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Banyak yang merasa kesepian di puncak popularitasnya. Tetap merasa ada yang kurang dalam kehidupannya meskipun semua fasilitas hidup sudah dimiliki. Akhirnya terjerumus pada kesyirikan dan kesesatan.
Musibah terbesar bagi seorang muslim tentulah kesyirikan. Sebab syirik adalah dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah Swt. Syirik juga bisa membuat akal para pelakunya tak berfungsi sempurna. Mereka kehilangan kemampuan berpikir yang normal. Tak lagi mampu membedakan antara yang benar dan yang salah. Apalagi jika kesyirikan yang terjadi membuat para pelakunya merasa berada di jalan yang benar. Dengan begitu kemaksiyatan akan sangat mudah dilakukan.
Musibah terbesar ini terjadi ketika akidah kaum muslimin lemah dalam memahami Islam, di samping adanya serangan yang sangat kuat dan terorganisir dari musuh-musuh Islam. Karenanya beratnya tantangan perjuangan ini membutuhkan kekuatan ekstra dari kaum muslimin. Tak cukup dihadapi oleh individu, pun oleh kelompok atau organisasi tertentu. Sebab ini terjadi secara sistemik, berkelindan antara satu aspek dengan aspek yang lain.
Sistem sekuler liberal yang diterapkan di negeri ini membuat ide kebebasan begitu didewakan. Sehingga aturan pun bebas dibuat sesuai kepentingannya. Syariat Islam dipinggirkan bahkan dianggap sebagai penghambat kemajuan dan kemakmuran. Mereka menolak meutup aurat, menolak memiliki anak, menolak konsep muamalah yang syar’i, menolak menegakkan sistem politik Islam dan menolak Khilafah.
Akibatnya, penderitaan terus terjadi. Kesejahteraan mustahil untuk diraih. Gaji buruh yang konon naiknya sangat tidak signifikan akibat penerapan UU Cipta Kerja, namun harga barang di pasaran terus membumbung tinggi, listrik yang naik diam-diam, pertalite dan premium yang sempat menghilang mengakibatkan angka kemiskinan kembali meningkat meski ekonomi sudah mulai tumbuh pasca pandemi.
Intinya, tak hanya serangan terhadap akidah, deraan himpitan hidup juga kian membuat perjuangan untuk membangkitkan umat kian terasa berat. Inilah realita yang harus dihadapi kaum muslimin, semakin hari semakin terasa suram dan gelap.
Karenanya membangkitkan umat adalah aktivitas yang tidak boleh ditunda. Menerapkan sistem Islam secara kafah adalah satu-satunya solusi yang mempu menyelamatkan kaum muslimin, dan bahkan umat manusia secara keseluruhan, dari berbagai penderitaan di dunia ini. Sebab hanya dengan penerapan sistem Islam secara kafah sajalah, sistem sekuler liberal yang telah memebelenggu dunia ini akan tersingkirkan. Wallahualam.
Penulis: Kamilia Mustadjab
0 Komentar