Bersyukurlah Apapun Kondisinya

 

Tiada hentinya Allah memberi nikmat kepada makhluknya di muka bumi. Besar maupun kecil nikmat itu tak henti ditaburkan sebagai bentuk rasa kasih sayang-Nya. Kita sebagai hamba-Nya sudah seharusnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.

Namun begitu mirisnya hari ini, rasa syukur itu begitu mudah hilang di tengah gelombang gaya hidup hedonis. Kondisi ini menjangkiti hampir di semua kalangan. Limpahan karunia berupa rezeki yang berupa apa saja nyatanya banyak yang tidak disyukuri. Terlebih virus pencitraan hampir menjamur di media sosial. Baginya sangat tidak afdol jika tidak diposting di media. Seolah semua orang harus mengetahui segala sesuatu yang terjadi dengan dirinya.

Semisal memamerkan konten makanan padahal tetangganya ada yang kelaparan, memamerkan kendaraan ditengah kondisi saudaranya berada dalam kesulitan. Bahkan hari ini kita sering disuguhi dengan banyaknya konten-konten unfaedah yang menjadikan banyak orang lupa terhadap nikmat Allah. Akibat ini pula banyak kehilangan rasa kemanusiaan nya hingga banyak orang yang kehilangan nyawa.

Mungkin kita pernah menyaksikan di media sosial   bagaimana ada orang yang kehilangan buah hatinya gara-gara ambulans yang dikendarai tidak diberi ruang untuk melintas lebih dulu agar mampu menyelamatkan nyawa orang yang dibawanya.

Hari ini kita terus disuguhi dengan pemberitaan yang nihil syukur, nihil empati yang ada justru kezaliman yang terus disuguhkan. Sungguh sangat mengelus dada orang-orang saat ini.

Bahkan kondisi ini pula telah menjangkiti para pejabat negeri +62 yang suka menumpuk kekayaan sekalipun harus menyakiti perasaan rakyatnya.Korupsi, pamer harta kekayaan dan candaan yang terus menyakiti rakyatnya. Pemimpin yang qona'ah, zuhud sangat sulit ditemukan di sistem kapitalis.

Kian hari manusia saat ini terjangkiti kufur nikmat. Ketika kekurangan harta, terkena musibah seolah Allah tidak menyayanginya. Baginya kemuliaan terletak pada banyaknya harta, ketenaran diri hingga banyaknya jabatan serta titel yang disandangnya. Namun, sekalipun banyak limpahan materi diterima tetapi rasa syukur itu kian menghilang.

Padahal Allah telah mengingatkan di dalam Allah Qur'an tentang rasa syukur. Surat Luqman Ayat 12, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".”

Dari penggalan surat ini, seharusnya menjadi sebuah pegangan bagi seorang muslim untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Besar maupun kecil. Kaya maupun miskin tidaklah menjadi penghalang untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketika kita ditakdirkan dalam kondisi miskin, ingatlah bahwa di akhirat pun hisabnya tidak akan lama. Sementara bagi mereka yang berlimpah kekayaan akan diminta pertanggungjawaban akan harta didapatkan. Di tanya dari mana harta yang didapat dan akan kemana harta tersebut dibelanjakan.

 Tanamkan kesyukuran apa pun kondisi yang melanda diri kita. Karena jika terus dunia  jadi tujuan maka seberapa pun nikmat yang Allah beri, pasti tidak akan merasa cukup. Syukur pun akan putus.

Namun jika akhirat jadi tujuan kondisi apa pun yang terjadi akan diambil sisi baiknya. Taburan rasa syukur, qana'ah dan zuhud akan senantiasa jadi pegangan. Jangan banyak  mengeluh dengan takdirmu saat ini. Sesungguhnya kaya dan miskin bukan ukuran mulianya manusia.

Bersyukurlah dan lihatlah orang yang jauh di bawah kita agar kufur nikmat itu hilang. Tak perlu iri dengan kondisi orang yang di atas kita.Jauhkan tamak tanamkan qana'ah. Yakinlah jika kita hidup dalam ketaatan Allah kelak akan mengganti dengan nikmatnya surga yang tiada taranya.

Hiburlah jiwamu yang luka dengan membayangkan indahnya surga. Jika jiwa berbuat maksiat bayangkan panasnya api neraka hingga diri kita senantiasa bertaubat. Wallahualam.

Oleh : Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat 

Posting Komentar

0 Komentar