Masa muda identik dengan semangat yang berkobar-kobar, fisik yang kuat dengan segala intelektualitas yang mumpuni. Masa muda adalah fase seseorang untuk memupuk segala kebaikan yang kelak akan bermanfaat di masa depan. Generasi muda digadang-gadang sebagai pihak yang mampu mengubah sebuah tatanan zaman.
Kisah termasyhur seorang pemuda bernama Muhammad al-Fatih, penakluk kota Konstantinopel dalam usia 22 tahun. Ia menjadi pemuda agung tatkala para jenderal berputus asa dalam menjawab bisyarah Rasulullah saw. tentang penaklukan sebuah kota besar.
Abdurrahman an Nashir atau dikenal dengan Abdurrahman III, diusianya yang ke 21 menjadi pionir kebangkitan sains. Pendiri Universitas Cordoba ini juga membawa Andalusia berada di atas puncak kejayaannya.
Sekelumit kisah sukses pemuda usia muda tersebut layak menjadi teladan masa kini. Namun, keadaan pemuda kini berada dalam kondisi memilukan. Deretan pemberitaan media tentang kenakalan dan keberingasan pemuda kerap menjadi headline news.
Seperti yang terjadi di Taman Harapan Mulya, Tarumajaya Bekasi Jawa Barat. Pemuda berinisial A 17 tahun tewas setelah diteriaki maling di tangan kawanan pemuda lainnya AB (21), RF (19), FH (19) dan IA (17). Nahas, pemuda A menurut kabar yang beredar sedang mencari kucingnya yang hilang, harus meregang nyawa dengan cara mengenaskan (Kompas.com, 12 Februari 2022).
Usut demi usut, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan dalam keterangannya mengatakan bahwa keempat pelaku pengeroyokan positif narkoba dan minum keras. Lebih jauh, keempat pelaku yang ditetapkan sebagai tersangka tersebut membawa senjata tajam dan berencana hendak tawuran (JPNN.com, 11 Februari 2022).
Miris, pemuda salah arah mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Keberingasan yang ditunjukkan berupa kekerasan, tawuran dan narkoba lekat dengan kehidupan sekularisme liberalisme yang jauh dari nilai-nilai agama.
Wajar saja, pendidikan yang mereka enyam selama di bangku sekolah cenderung menjauhkan dari tatanan agama. Agama hanya dijadikan subjek pelajaran yang diambil dari sisi nilai teoritis semata, bukan pada praktik yang notebene menjadi nilai luhur kepribadian diri.
Sehingga keadaan pemuda sekarang tergiring ke arah kesesatan. Kubangan arus toxic sistem menjadikan pemuda yang labil, lemah, cenderung apatis dan mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang berakibat merusak diri dan lingkungan.
Lebih jauh, fondasi keluarga yang rapuh, kontrol masyarakat yang lemah serta peran negara yang cenderung abai, tidak mampu menjadi benteng perisai untuk menyelamatkan generasi muda akibat tergilas sistem sekularisme dan liberalisme ini. Inilah konsekuensi logis, akibat tidak diterapakan sistem Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Tak akan ada lagi Muhammad Al Fatih dan Abdurrahman III selama sistem kapitalisme sekuler-liberal ini diterapkan. Tokoh-tokoh heroik Islam yang menginspirasi generasi muda hanya dijadikan sebatas dogeng tanpa mampu membangkitkan semangat untuk maju dan menegakkan agama Allah.
Maka dari itu, sudah selayaknya kita kubur dalam-dalam peradaban sistem kapitalisme yang berideologi sekularisme ini. Karena terbukti sistem ini gagal dan bahkan menjadikan generasi muda terpuruk. Sudah saatnya kita tanamkan kepada generasi muda akidah Islam yang kaffah.
Dengan demikian, syariah Islam kaffah akan dijadikan pijakan dalam berfikir dan bertingkah laku. Selain itu, akan mengantarkan kepada generasi gemilang. Generasi muda akan menjadi generasi emas yang mampu melanjutkan perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamiin.
Satu satunya support sistem terbaik untuk menciptakan dan memelihara generasi mulia tersebut adalah sistem Islam. Dalam sistem ini, baik keluarga, masyarakat dan negara akan bersinergi dengan peran masing-masing menciptakan suasana kondusif untuk bertaqwa kepada Allah Swt. Yuk kita selamatkan generasi muda dengan sistem terbaik, yakni sistem Islam.
Oleh. Hessy Elviyah, S.S.
0 Komentar