Virus omicron kini mulai menghantui rakyat Indonesia, sejak pertama kali ditemukan kasusnya pada Desember 2021 lalu. Omicron, yang merupakan hasil mutasi dari virus covid-19 ini memiliki kemampuan yang lebih cepat dibandingkan dengan varian delta. Dikutip dari nasional.kompas.com, saat ini, menurut Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan tercatat sebanyak lebih dari 1000 kasus positif covid-19 akibat varian omicron.
Lebih lanjut, Menko Luhut pun menyampaikan
bahwa varian omicron yang saat ini telah masuk ke Indonesia merupakan musuh setiap orang dan menjadi musuh bersama. Oleh karena itu, beliau menghimbau untuk tidak berpergian dulu ke luar negeri kalau tida tidak memiliki kepentingan yang mendesak selama tiga minggu ke depan. Sehingga diperlukan adanya kerja sama untuk mengatasinya, agar Indonesia bisa keluar dari pandemi ini.
Berdasarkan data dari kemenkes, kasus omicron di DKI Jakarta sendiri paling banyak menyumbang deretan kasus tersebut yakni 3.751 kasus. Melansir data Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada Jumat(4/2/2022) kasus omicron DKI 1.696 di antaranya adalah pelaku perjalanan luar negeri, dan 1.331 di antaranya merupakan transmisi lokal. Di wilayah Tangerang Raya sendiri, yang meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Lonjakan kasus yang terjadi di wilayah tersebut, menurut Gubernur Banten, Wahidin Halim, per harinya mencapai 2500 kasus. Beliau juga memutuskan untuk menghentikan kegiatan PTM (Pembelajaran Tatap Muka) dan kembali kepada PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Tangerang Raya.
Jika diamati tren kenaikan varian baru dari virus covid-19 ini, sebetulnya merupakan hal yang wajar. Meskipun sebelumnya pemerintah telah dan masih menerapkan PPKM berlevel di berbagai daerah di Indonesia untuk mengontrol laju perkembangan virus ini, tapi lagi-lagi, bukan belajar dari pengalaman sebelumnya, setelah berhasil menekan angka penularan covid di tahun 2021, pemerintah justru menerapkan kebijakan yang ironis.
Dilansir dari kompas.com, Presiden Joko Widodo menghimbau kepada masyarakat Indonesia agar tidak melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mengurangi angka penularan virus omicron ini, tetapi pemerintah masih membuka lebar pintu perjalanan internasional bagi seluruh negara. Tak ada lagi negara yang warga negaranya dilarang masuk ke Indonesia demi mengantisipasi varian omicron. Memang pelaku perjalanan dari luar negeri yang baru tiba di Indonesia wajib menjalani karantina. Namun, pemerintah juga bisa memberikan dispensasi atau pengecualian karantina. Dengan kebijakan ini, jelas sekali apa yang dikatakan pemerintah sangatlah ironis.
Vaksin booster sendiri kini dinilai menjadi solusi ampuh untuk mengatasi varian omicron yang kian mengganas. Padahal, permasalahan distribusi vaksin pertama dan kedua saja masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Selain itu, edukasi di masyarakat tentang vaksin juga belum merata. Jika disandingkan dengan kebijakan pemerintah yang ironis dengan membuka lebar perjalanan internasional ke Indonesia, maka vaksin booster yang didatangkan pemerintah baru-baru ini juga tak akan mampu mengatasi permasalahan varian omicron ini.
Dalam Islam sendiri, sudah jelas bagaimana cara yang harus dilakukan jika kita menghadapi wabah. Konsep karantina wilayah sudah jauh-jauh hari disampaikan oleh Rasulullah saw. “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadinya wabah itu di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari). Dan pada prakteknya, jika karantina wilayah ini benar diterapkan, maka negara memiliki kewajiban untuk menjamin kebutuhan setiap rakyatnya. Tak hanya itu, pemerintah sebagai pemegang power tertinggi seharusnya mampu dengan baik menyusun kebijakan yang benar-benar akan menanggulangi permasalahan pandemi ini.
Bukan hanya sekedar memberi himbauan-himbauan, tetapi juga memberikan ketegasan aturan yang benar-benar mampu mengontrol mobilitas masyarakat, sehingga angka penularan varian omicron ini dapat ditekan. Jika hanya sekedar himbauan belaka, maka wajar saja jika penyebaran virus pun kian melesat.
0 Komentar