Keruntuhan Ekonomi Kapitalisme Dan Solusi Ekonomi Islam

 



Mengawali pemaparan materinya Ustadz Dwi Condro terlebih dahulu menjelaskan bagaimana ekonomi kapitalisme yang pada awalnya hidup dalam kemiskinan dan beratus-ratus tahun mereka (Eropa) hidup dalam penderitaan. Mereka terhina, mereka terhimpit karena beratus-ratus tahun ekonominya dikendalikan oleh negara yang berkolusi dengan Pendeta, yang mana pendeta itu mengatasnamakan tuhan di dunia. 


“Sistem itu adalah ekonomi zaman Eropa yang disebut “Aliran Merkantilisme”, Merkantilisme memahami bahwa ekonomi harus diatur oleh negara karena jika individu dibiarkan menjalankan aktivitas ekonomi, ekonomi akan hancur, karena pada dasarnya manusia itu serakah, manusia itu egois, manusia itu hanya mementingkan dirinya sendiri, maka harus dikendalikan oleh negara.


Beratus-ratus tahun argumen merkantilisme ini dipertahankan”, lanjutnya

Dalam acara Rajab Ekspo (Sabtu, 26/02/22) tersebut, beliau mengatakan, “Kemudian muncul kaum Intelektual, salah satu pelopornya adalah Adam Smith. 


Adam Smith mencoba membangkitkan rakyat Eropa, tidak hanya dengan emosional, tidak hanya dengan modal semangat, namun perlawanan mereka dirumuskan dalam tulisan-tulisan yang sangat ilmiah. Buku “The weld of nation” (Adam Smith) 1776, telah menguncangkan Eropa. 


Adam Smith beragumen bahwa keserakahan membuat orang bersemangat dalam berproduksi sehingga pertumbuhan ekonomi tinggi. 


Syaratnya, dijamin kebebasannya, “adil” dalam prinsip mekanisme pasar bebas, yang artinya setiap individu bebas memiliki bisnis dan kepemilikan apapun. Maka tidak heran nantinya akan terjadi penindasan manusia dengan manusia lainnya, namun hal itu dinafikkan karena pada prinsip kedua, kapitalisme menjamin kesejahteraan karena adanya akumulasi kapital.


“Namun harapan tersebut mulai mengalami kegagalan karena munculnya lembaga perbankkan”, ujarnya. Beliau mengatakan, tidak cukup ingin membesar tetapi ingin cepat besar. Bagaimana agar bisa cepat besar? Harus ada mesin penyedot uang yaitu Bank. Mulai dari rumah tangga hingga muncul pasar modal, tapi keserakahan tidak berhenti sampai disini, muncul tahap selanjutnya, pasar sekunder, yaitu jual beli saham second, hari ini kita beli saham besok sudah bisa dijual. Padahal aslinya saham itu menunggu deviden setahun sekali. 


Kemudian beliau melanjutkan,  “bagi orang kapitalis itu ga cukup, masih ada tahap selanjutnya, yaitu pasar derivatif, sampai akhirnya ekonomi mengalami kebocoran akibat capital game tersebut”, ungkapnya

“Sejarah mencatat, puncak krisis ekonomi terjadi tahun 1930, the great the depresion. Pertanyaannya, benarkah ekonomi kapitalis runtuh? tapi ternyata selalu ada upaya untuk menyehatkan ekonomi, yaitu melalui Bank dan pasar modal. 


Dari 2 hal tersebut, berangkat 10 jurus hegemoni kapitalis. Satu, Perusahaan yang punya modal besar bisa memakan perusahaan kecil. Dua, konglomerasi. Tiga, mulai masuk ke sektor-sektor strategis yang biasanya dikuasai BUMN, beli jalan tol, beli rumah sakit, beli pelabuhan, beli bandara, itu bisnis yang ga mungkin rugi. Empat, kalau ingin pengen besar lagi beli jabatan, jadi penguasa sekaligus pengusaha. Lima, level internasional, bagaimana menghabisi negara-negara kecil, negara berkembang, yaitu buka pasar bebas dunia. Enam, bangun perusahaan di Indonesia. Tujuh, lebih besar lagi kuasai bahan bakunya, tambang-tambangnya kuasai, pabriknya di Indonesia, tambangnya di Indonesia, jual di Indonesia pasti murah. Delapan, Jatuhkan mata uangnya. Sembilan, Pekerjanya harus lulusan SMK, biar ga bikin mobil SMK (dinas). Sepuluh, Menempatkan penguasa boneka”, jelasnya

“Inilah kunci oligarki, penguasanya dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan kapitalis. Oleh karena itu, tidak ada ceritanya kita bisa meruntuhkan kapitalisme, kecuali dengan sistem ekonomi Islam.


Dengan sistem ekonomi Islam, maka dibangun tiga pilar. Pertama, kepemilikan (al milkiyyah). Kedua, pemanfaatan kepemilikan (attasharuf al milkiyah). Ketiga, Distribusi harta kekayaan ditengah-tengah manusia (Attauzi’u tsarwa bainnannas). Dalam pandangan ekonomi Islam, seluruh harta kekayaan ini harus dibagi tiga, ada kepemilikan individu, ada kepemilikan umum dan ada kepemilikan negara. Ini yang membedakan Islam dari kapitalis dan sosialis, sehingga seluruh kekayaan yang ada di suatu negara, bahkan seluruh muka bumi ini, tidak boleh dilepas bebas, diperebutkan secara bebas kepada individu atau swasta”, beliau menjabarkan solusi Islam. 


Reporter : Rima Sarinah




Posting Komentar

0 Komentar