Ketiadaan Junnah Keluarga Muslim Diambang Kehancuran


 

Keluarga dalam pandangan Islam bukan sekedar tempat berkumpulnya suami, istri, dan anak. Lebih dari itu, keluarga memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam menentukan nasib masa depan suatu bangsa kelak. Keluarga juga sebagai institusi terkecil dalam sebuah tatanan masyarakat. Dari keluargalah awal generasi penerus terbentuk. Kualitas generasi ini ditentukan oleh pengajaran dan pendidikan yang didapatkan didalam keluarga. Keluarga diibaratkan sebagai sebuah benteng yang kuat dan kokoh agar mampu menghasilkan mencetak generasi unggulan, generasi takwa, cerdas dan siap memimpin umat membangun peradaban Islam yang mulia.

Tertulis dalam sejarah kegemilangan Islam, dimana keluarga-keluarga muslim memiliki peranan besar dalam melahirkan para generasi penakluk, polymath dan penemu, yang berkontribusi dalam membangun peradaban dunia. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat peduli dalam membangun tatanan keluarga muslim yang kokoh.  Karena keluarga adalah ikatan terkuat  yang berfungsi sebagai sekolah pertama dan utama bagi generasi.

Namun sayangnya saat ini, kita melihat potret buram keluarga-keluarga muslim dengan berbagai problematika kehidupan yang sedang menerpa. Problematika ini mengakibatkan tidak sedikit keluarga-keluarga muslim yang goyah dan terguncang. Semakin hari angka perceraian semakin meningkat dan single parent pun menjadi trend baru yang mewarnai keluarga- keluarga muslim. Di Indonesia  sendiri, angka perceraian menduduki rekor yang tertinggi di Asia Pasifik. Yang berakibat pada kehancuran keluarga yang  berujung pada kenakalan anak dan remaja.

Ini merupakan ancaman yang sangat membahayakan umat dan bangsa ini di masa yang akan datang. Tidak dipungkiri, banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya fakta tersebut. Di mulai lemahnya akidah dan pemahaman dalan konsep pernikahan dan keluarga hingga masuknya ide-ide liberal yang diadopsi oleh keluarga-keluarga muslim. Ide liberal yang menghantui keluarga muslim diantaranya ide emansipasi atau keadlian dan kesetaraan gender (KKG), yang menjauhkan para muslimah dari kodratnya sebagai ummu wa rabbatun bait (ibu dan pengurus rumah tangga) hingga serangan pemikiran dan budaya sekuler yang rusak dan merusak.

Paham liberalis ini telah berhasil memporak-porandakan tatanan keluarga-keluarga muslim. Racun berbalut madu yang mereka tawarkan seakan menjadi solusi untuk menghadapi kemelut persoalan keluarga yang sedang dihadapi. Penerapan sistem sekularisme yang merupakan anak kandung dari kapitalisme yang menjadi biang kerok dalam menghancurkan keluarga-keluarga muslim. Banyak pernikahan yang hancur dan berujung pada perceraian diakibatkan faktor ekonomi. Faktor ekonomilah yang menjadi penyebab utama tingginya kasus perceraian di negeri ini. Hal ini setali tiga uang dengan maraknya PHK, apalagi sejak wabah covid-19 melanda banyak karyawan yang harus di PHK karena perusahaan banyak yang harus gulung tikar.

Kondisinya ini semakin klop, suami yang tidak bekerja sedangkan kebutuhan hidup harus tetap dipenuhi akhirnya perceraian menjadi jalan pintas untuk keluar dari persoalan ekonomi. Masalah ini tidak berhenti sampai disini, masih ada keluarga yang tetap mempertahankan pernikahan. Untuk mengatasi perekonomian keluarga, akhirnya para ibu yang mengambil alih menjadi tulang punggung keluarga dengan keahlian yang dimilkinya.

Maraknya UMKM yang melibatkan kaum perempuan, menjadi harapan baru untuk membantu menopang perekonomian keluarga. Kala istri memiliki penghasilan lebih dibanding suami akhirnya dimata istri, suami tidak lagi memiliki bargaining position. Sehingga menimbulkan perselisihan yang kerap kali berujung pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Persoalan ini dikarenakan adanya pergeseran makna pernikahan akibat ide liberal yang menjasad dalam benak kaum muslim. Suami hanya akan dihormati jika menghasilkan materi. Tetapi apabila tidak menghasilkan atau kurang dalam memenuhi kebutuhan keluarga, maka suami hanya dipandang sebelah mata. Hilangnya konsep pernikahan bahwa suami adalah partner dan sahabat dalam rumah tangga telah bergeser, suami kini merupakan rival/saingan istri dalam mencari nafkah bagi keluarga. Ketaatan dan kepatuhan kepada suami pun hilang, dan hak mengatur rumah tangga beralih ke tangan istri.

Fragmen inilah yang banyak kita saksikan dalam keluarga muslim. Ketidakharmonisan keluarga membawa permasalahan kepada generasi. Kenakalan dan kerusakan generasi yang menyembah pada gaya hidup hedonis dan serba boleh membuat generasi kehilangan jati dirinya sebagai calon pemimpin peradaban Islam. Semua ini terjadi karena paham-paham liberal yang terus menerus menghujam keluarga muslim.

Bahkan dengan payung hukum berupa undang-undang menjadi wasilah kehancuran keluarga. Sebagai contoh, sang istri boleh memenjarakan suaminya yang melakukan KDRT tanpa melihat alasannya. Begitu gencarnya komnas perempuan memperjuangkan hak perempuan agar terlindungi dari segala bentuk dikriminasi termasuk dari suami sendiri. Akhirnya UU ini justru menjadi pemicu perceraian keluarga yang berdampak pada rusaknya generasi.

Melihat kehancuran demi kehancuran yang dialami oleh keluarga muslim, kita tidak bisa hanya dengan mengelus dada dan prihatin. Jika ini terus dibiarkan bukan hanya keluarga yang diambang kehancuran, melainkan nasib generasi dan masa depan kaum muslimin menjadi harus dipertaruhkan. Harus ada upaya penyadaran yang dilakukan kepada umat muslim agar kembali menjadi aturan Islam sebagai landasan dalam membangun keluarga, generasi dan negara.

Paham liberaliberasi keluarga ini memang sengaja disusupi dalam benak kaum muslim oleh musuh-musuh Islam. Karena mereka sangat memahami bahwa dengan menghancurkan tatanan keluarga maka mereka dengan mudah menghancurkan hukum Islam dan umat Islam. Dengan menjauhkan kaum muslim dari aturan Islam yang maha sempurna berasal dari zat yang maha baik yaitu Allah swt. Kaum kafir menginginkan menghadang kebangkitan Islam dengan menghancurkan dan meracuni pemahaman dan gaya hidup keluarga muslim.

Kaum kafir leluasa membombardir keluarga muslim dengan pemahaman liberal sejak runtuhnya khilafah Islamiyyah 101 tahun yang lalu. Ketiadaan junnah (perisai) inilah yang mengakibatkan keluarga muslim tidak ada yang melindungi dari berbagai persepsi yang merusak. Sehingga kehancuran keluarga muslim sebagai bentuk nyata perang ideologi yang dilancarkan kaum kafir ke negeri-negeri kaum muslim.

Namun ada yang terlupakan dari kaum kafir yang berambisi menguasai negeri-negeri kaum muslim, yaitu para pengemban agama Allah yang senantiasa terus mengopinikan dakwah Islam keseluruh dunia, agar kaum muslim bisa kembali merasakan kehadiran junnah (khilafah) untuk melindungi hak-hak kaum muslim dan menjaga mereka dari segala bentuk ancaman dari kaum kafir.

Dan aktifitas dakwah ini terus dilakukan sembari membangunkan dan menyadarkan umat serta membersihkan pemahaman umat dari segala bentuk pemahaman barat yang telah sekian lama tertancap dalam benak kaum muslim. Keyakinan para pengemban agama Allah ini, bahwa Islam akan dimenangkan menjadi pijakan kekuatan untuk terus mendakwahkan syariat Islam ke muka bumi ini. Karena Allah sendiri telah menjanjikan kemenangan bagi Islam dan kaum muslim dan bisyarah Rasulullah akan tegaknya kembali kekhilafahan diatas manhaj kenabian.

Sekuat apapun upaya kaum kafir menghalangi tegaknya khilafah dan diterapkannya hukum Islam kafah di bumi ini, mereka tidak akan pernah mampu. Seperti halnya mereka tidak akan mampu menghalangi terbitnya matahari yang menyinari dunia. Allah swt berfirman,”Mereka hendak memadamkan cahaya agama Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Dialah yang telah mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk  (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkannya atas agama walaupun orang-orang musyirikin tidak menyukainya” (QS At Taubah :32-33)

Dengan aktifitas dakwah yang merupakan bentuk kasih sayang antara muslim satu dengan muslim yang lain, akan dengan mudah mengembalikan kaum muslim sesuai tujuan penciptaannya dimuka bumi ini untk beribadah kepada Allah dan Rasulnya serta menaati dan menjauhi larangannya.

Oleh karena itu, wahai kaum muslim marilah kita bersama menjadi barisan pejuang Agama Allah dalam menyongsong kemenangan Islam dengan tegaknya khilafah  muka bumi ini. Agar keluarga muslim pencetak generasi pembangun peradaban mulia muncul kembali ditengah-tengah umat. Dan mampu mengakhiri krisis multidimensi yang diakibatkan penerapan sistem kapitalis sekuler yang rusak dan merusak. Dengan izin Allah fajar khilafah akan segera menyingsing, agar keberkahan dan kemuliaan Islam dan kaum muslim bisa diraih kembali. Walahualam

Oleh : Siti Rima Sarinah

Posting Komentar

0 Komentar