Adalah seorang pemimpin dari kabilah Thai, yang menggantikan kedudukan ayahnya setelah ia wafat. Ialah Adi bin Hatim Ath Tha’i. Sebelum masuk Islam, Adi beragama Nasrani. Ia juga keluarganya dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, murah hati kepada sesama.
Sebelumnya, Ia telah mendengar bahwa ada agama baru yang disebarkan oleh seseorang di Makkah. Selama dua puluh tahun ia telah mendengar kabar bahwa Islam makin lama makin berkembang dan mempunyai kedudukan penting di jazirab Arab. Namun ia hanya menghindar dari pertemuan dengan Muhammad, sang pembawa wahyu.
Saat cahaya Islam mulai bersinar dari Madinah, kabilah demi kabilah di jazirah Arab pun mulai memeluk Islam. Saat itu Adi bin Hatim merasa dakwah dan kepemimpinan Rasulullah akan menyingkirkannya sebagai seorang pemimpin kabilah. Sehingga Adi membenci Rasulullah dan tidak ada orang Arab yang ia paling benci kecuali Rasululah saw.
Suatu saat di tahun ke sembilan hijriyah, hamba sahaya Adi bin hatim melaporkan bahwa pasukan Rasulullah saw mendekat ke negerinya. "Aku melihat panji-panji perang telah datang tidak jauh dari negeri ini, aku bertanya kepada orang-orang di sekitar, dan mereka menjawab bahwa mereka adalah pasukan Muhammad”, ujar hamba sahayanya.
Mendengar hal tersebut, maka Adi bin Hatim berniat untuk keluar dari negerinya. Adi bin Hatim berkata pada hamba sahayanya untuk menyiapkan tunggangan. Tanpa berpikir panjang, ia langsung pergi dengan mengajak seluruh keluarganya menuju Syam.
Namun karena tergesa-gesa ternyata saudarinya tertinggal di Tha’i. Oleh karenanya ia pun sempat bingung akan tetapi untuk pulang kembali ke Tha’i juga tidak mungkin, karena Rasulullah dan kaum muslimin telah sampai di negerinya. Akhirnya ia dan keluarganya melanjutkan perjalanannya menuju Syam.
Setibanya di Syam, ia tinggal bersama orang-orang Nasrani. Sementara saudarinya mengalami yang ia telah duga. Saudarinya menjadi tawanan kaum muslimin dan dibawa ke Madinah bersama para tawanan lainnya dan dibawa ke pintu Masjid.
Tatkala Rasul melewati para tawanan, saudara Adi bin Hatim maju mendekati Rasul. Ia berkata,”Wahai Rasulullah, bapakku telah tiada, penolongku telah pergi. Bebaskanlah aku semoga Allah melimpahkan nikmatNya kepadamu”. Rasul bertanya,”Siapa penolongmu?”. “Adi bin Hatim”, jawabnya.
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang berlari dari Allah dan RasulNya?" Lalu beliau langsung berlalu meninggalkannya. Esoknya lagi, saudara perempuan Adi bin Hatim mengulang permintaannya lagi supaya dibebaskan. Namun beliau Shalallahu alaihi wassalam menjawab seperti sebelumnya. Beliau Shalallahu alaihi wassalam menolak pernintaannya.
Hingga pada hari ke tiga, saudari Adi bin Hatim putus asa untuk meminta pada Rasul. Saat Rasul melewatinya, ia diam saja. Namun Ali as yang sedang dibelakang beliau memberi isyarat untuk memintanya untuk ketiga kainya. Akhirnya ia meminta pada Rasul hal yang sama. “Aku ingin menyusul saudaraku di Syam”.
Mendengar permintaan saudari Adi bin Hatim, Rasulullah saw menjawab bahwa jangan terburu-buru hingga ia menemukan orang yang bisa ia percaya dari kaumnya yang bisa mengantarkannya ke Syam. Bila telah menemukan mereka, maka saudari Adi bin Hatim diminta untuk memberitahukannya kepada Rasul saw.
Beberapa waktu kemudian datanglah para musafir dan diantara mereka ada orang yang dapat dipercaya untuk dapat mengantarkannya ke Syam. Rasulullah pun mengizinkannya dengan membawakan pakaian dan unta sebagai bekal perjalanannya menuju Syam.
Hingga ia pun bertemu dengan Adi bin Hatim di Syam. Saudarinya pun berkata,”Sungguh saudara pemutus silaturrahmi dan dzolim, Kau pergi membawa anak-anakmu dan keluargamu namun meninggalkan orangtua mu dan saudari mu." Adi bin Hatim pun meminta maaf pada saudarinya atas perbuatanya tersebut.
Adi bin Hatim berkata pada saudarinya,” Wahai saudari ku sebagai wanita yang tegas dan cerdas apa pendapatmu tentang Muhammad?“. Saudarinya menjawab, “Sungguh aku menyarankan kepadamu untuk menemuinya, jika dia seorang Nabi maka orang yang beriman kepadanya dengan segera meraih keutamaannya. Namun jika dia hanya seorang raja maka engkau tetap tidak akan terhina, karena engkau adalah engkau."
Mendengar hal tersebut, Adi pun menyiapkan perbekalan untuk pergi ke Madinah tanpa surat perjanjian dan tanpa jaminan keamanan. Sebelumnya Rasulullah saw pernah bersabda terkait Adi bin Hatim ini,”Sesungguhnya aku sangat berharap Allah meletakkan tangan Adi di atas tanganku."
Kemudian setelah Adi sampai di Madinah, ia langsung menemui Rasulullah saw yang sedang berada di masjid dan mengucapkan salam. Rasulullah berkata setelah menjawab salam,”Siapakah engkau?”. Kemudian Rasul mengajaknya ke rumah beliau. Mulailah ia memperhatikan dengan seksama kepribadian Rasulullah.
Di tengah jalan menuju rumah beliau, Rasulullah diberhentikan oleh seorang wanita tua bersama anak kecil yang sedang kesusahan menghampiri beliau. Mereka mengadu pada Rasul tentang kesulitannya. Kemudian Rasulullah memberika segala kebutuhan wanita tersebut. Melihat hal tersebut, Adi bin Hatim berkata pada dirinya sendiri,”Sungguh dia bukan seorang raja”. Karena sorang raja mana mungkin akan mendengarkan keluh kesah dan bercengkerama pada seorang tua.
Sesampai di rumah, Rasulullah menawarkan tempat duduknya kepada Adi bin Hatim dan Rasulullah duduk tanpa alas. Secara tidak langsung, Rasulullah telah mengajarkan bagaimana cara Islam untuk menghormati tamu.
Rasulullah memulai pembicaraannya dengan bertanya soal ajaran yang dianut oleh Adi. Adi heran dan tidak menyangka bahwa Rasul banyak mengetahui tentang agamanya serta praktik-praktik keagamaannya.
Kemudian Rasul berkata “Wahai Adi, sesungguhnya ada tiga hal yang mencegah kamu memeluk agama Islam. (Pertama) kamu melihat kemiskinan mereka. Demi Allah telah dekat hari dimana harta mereka akan berlimpah sehingga tidak ada lagi yang berkekurangan.
(Kedua) yang mencegah kamu dari masuk ke agama ini adalah kamu melihat sedikitnya jumlah muslimin dan banyaknya musuh mereka. Demi Allah kamu akan mendengar suatu hari tatkala seorang perempuan dengan untanya bepergian dari Quds menuju rumah ini tanpa rasa takut sedikit pun kecuali takut kepada Allah.
(Ketiga), yang mencegah kamu masuk agama ini adalah kalu melihat para penguasa dan raja bukan dari kalangan muslim. Demi Allah telah dekat hari dimana istana negeri Babilonia akan ditaklukan”. Setelah berdialog langsung dengan Rasul, di hari itu juga Adi bin Hatim mengucap syahadat dan ber Islam.
Wallahu’alam.
Penulis: Ruruh Hapsari
0 Komentar