Meneladani Rasululah Membangkitkan Pemikiran Hingga Mengubah Sistem

 


Mengapa manusia mau berubah? Karena pada hakikatnya manusia selalu ingin mendapatkan yang terbaik, memberikan yang terbaik, menjadi pribadi yang lebih baik. Motivasi inilah yang mendorong manusia mau berubah. Namun dorongan perubahan itu tak akan muncul ketika manusia sudah merasa baik, sudah cukup atau puas dengan kondisinya. 

Permasalahan selanjutnya terletak pada tolok ukur yang digunakan untuk menentukan baik-buruknya sesuatu, karena ini akan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Fakta hari ini, tolok ukur baik-buruk di tengah umat mengikuti apa yang baik menurut orang kebanyakan, bahkan berkiblat pada barat dan mengejar apa yang baik dimata dunia. Pemikiran ini masuk ke dalam pemikiran umat baik secara individu, masyarakat bahkan negara.

Secara individu, orang dikatakan baik jika secara fisiknya sempurna, cantik atau ganteng. Maka muncullah kelas kepribadian, kontes kecantikan yang kemudian dijadikan komoditas dan dikomersialisasi. Tak peduli apakah ada pelanggaran hukum syarak didalamnya, termasuk membuka aurat, pergaulan bebas dan sebagainya.   

Dalam ruang lingkup masyarakat, tolok ukur baik adalah ketika semua hidup tenang karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Termasuk tak peduli ketika ada kemaksiatan di sekitarnya selama pelakukanya bukan anggota keluarga atau kerabatnya. Yang penting diri sendiri dan keluarganya baik maka sudah dianggap cukup. 

Dalam hidup bernegara, tolok ukur baik-buruknya juga mengikuti perhitungan barat. Penilaian barat terhadap sebuah negara disebut maju atau tidak, dilihat dari pendapatan perkapitan, tingkat pendidikan, pembangunan infrastruktur, penguasaan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain yang kesemuanya dihitung dengan angka rata-rata. Maka segala cara akan ditempuh untuk mendapatkan penilaian dan pengakuan sebagai negara maju. Tak peduli apakah kemajuan itu dinikmati merata atau hanya oleh segelintir kelompok saja. Juga tak peduli apakah dalam rangka mewujudkan kemajuan itu mengikuti aturan Allah atau sebaliknya. 

Faktanya, hari ini riba menjadi asas ekonomi negara dan pajak menjadi sumber pemasukan utama. Padahal riba tidak ada tawar menawar di dalam Islam, hukumnya haram apapun bentuknya. Sementara pajak adalah opsi terakhir ketika negara dalam keadaan kekurangan dan itupun bersifat insidental dan hanya dikenakan kepada orang-orang kaya. Kekayaan alam haram dimiliki oleh individu apalagi asing, namun hari ini kita saksikan kekayaan alam negeri begitu leluasa dikeruk, padahal rakyatnya menghadapi berbagai kesulitan hidup. 

Sementara itu, keimanan dan ketaqwaan umat terus digempur dengan pemikiran-pemikiran barat yang dimasukkan dengan berbagai model dan cara, hingga umat tanpa sadar menerima dan mengikutinya. Melalui food, fashion and fun barat dengan mulus mempengaruhi umat agar mengikuti gaya hidup mereka. Muncullah sifat individualistis yang kemudian menghilangkan peran masyarakat dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Lebih banyak yang memilih diam karena berada di zona nyaman atau justru tengah tenggelam dengan masalahnya sendiri. Sementara jika ada individu-individu yang ingin taat kepada syariat terbentur kebijakan negara yang memang memisahkan aturan agama dari kehidupan. 

Maka sungguh kondisi umat hari ini tidak sedang baik-baik saja. Umat berada dalam keadaan terpuruk, dimana kerusakan terjadi diberbagai lini. Kondisi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi Arab sebelum Islam datang. Semua merasa baik-baik saja, mereka menjalani rutinitas, melanjutkan apa yang telah turun temurun menjadi budaya atau kebiasaan nenek moyang sebelumnya. 

Hari ini khamr, zina, riba merajalela sebagaimana di Arab kala itu, bahkan ada yang mengatakan hari ini lebih jahiliyah lagi. Orang Arab malu ketika mempunyai anak perempuan, kemudian dibunuh, sementara hari ini tidak peduli anak laki-laki atau perempuan sudah diaborsi. Dahulu, di Mekah orang mabuk karena satu jenis khamr saja, hari ini muncul banyak sekali jenis khamr sampai menimbulkan kematian. Riba dan kecurangan dalam menimbangpun tidak sedahsyat yang terjadi hari ini, dimana hari ini merata dilakukan semua kalangan. 

Apa persamaannya? Tidak lain adalah sistemnya, yaitu sistem kufur. Meskipun umat hari ini masih memegang aqidah Islam, meyakini adanya Allah, namun aturannya bukan aturan Islam, melainkan menggunakan aturan orang-orang kafir barat. Wajar ketika kemudian kerusakan demi kerusakan terjadi. Allah berfirman dalam Al Quran Surat Thaha 124: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. 

Melihat kondisi ini, jelas ada beban tanggung jawab yang besar di pundak setiap muslim, yaitu memperjuangkan kembali diterapkannya Islam ditengah-tengah kehidupan, agar umat bangkit dari keterpurukan. Bagaimana caranya? Tidak lain adalah dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah Muhammad SAW. Apa yang dilakukan Rasulullah dalam berdakwah, maka itulah yang harus kita ikuti.

Pertama sekali yang dilakukan Rasulullah adalah dakwah pemikiran. Menyampaikan pemikiran Islam melalui pembinaan atau tasqif secara intensif dan sembunyi-sembunyi kepada para sahabatnya sehingga mereka memiliki pemikiran yang sama dengan Rasulullah. Mereka disadarkan dari perilaku jahiliyah menyembah berhala dan kebiasaan menyimpang lainnya. Pemikiran yang mengkristal melahirkan pribadi yang militan. Pribadi yang “sami’na wa ato’na”, “kami dengar dan kami taat”. Taat atas apa-apa yang disampaikan Allah dan Rasulnya, tanpa tapi dan tanpa nanti.

Setelah terbentuk kekuatan bersama sejumlah sahabat, Rasulullah memulai dakwah secara terbuka, berinteraksi dengan umat, hingga Islam menjadi opini umum. Kemudian dilanjutkan dengan thalabun nusrah yaitu meminta dukungan kepada kabilah-kabilah, hingga dengan ijin Allah Islam akhirnya diterima umat dan tegaklah daulah atau negara Islam di Madinah. Islam datang menggantikan sistem jahiliyah, dan terbukti berhasil membawa umat dari kegelapan menuju cahaya.

Sebagaimana metode dakwah rasulullah, umat juga harus dibangkitkan pemikirannya. Disadarkan bahwa menyembah berhala bukan berarti selalu menyembah patung, tapi termasuk didalamnya menjadikan hukum buatan manusia sebagai pedoman hidup. Padahal hak membuat hukum adalah hak Allah. Tunjukkan kepada umat kerusakan terjadi karena hukum Allah banyak dilanggar, halal-haram tak lagi jadi patokan, karena yang penting adalah untung dan kepuasan. Setelah itu buka pemikirannya bahwa hanya Islamlah solusi dari segala keterpurukan ini. 

Jika umat belum meyakini berada pada kondisi terpuruk dan tidak paham bahwa ada Islam yang bisa menjadi solusi, bagaimana mungkin akan tergerak untuk memperjuangkan tegaknya syariat Islam. Bahkan mengaplikasikannya pada diri sendiri saja mungkin tidak, karena tidak yakin. Individu-idividu yang bangkit akan membentuk masyarakat yang juga bangkit. Kita lihat hari ini gelombang hijrah semakin kuat daripada tahun-tahun sebelumnya, namun mengapa kebangkitan tersebut belum juga tercapai. 

Ini bukti bahwa kebangkitan tidak hanya membutuhkan individu dan masyarakat yang beriman atau pemimpin yang mumpuni. Namun dibutuhkan juga sistem yang shahih, yang harus diterapkan ditengah-tengah kehidupan, yaitu tidak lain adalah Islam. Karena meskipun individu dan masyarakatnya sudah beriman dan bertaqwa namun jika negara tidak menerapkan syariatnya, maka mustahil indvidu dan masyarakat tadi dapat menjalankan keimanan dan ketaqwaannya secara menyeluruh. 

Rasulullah tidak hanya mengajak umat untuk meninggalkan berhala, namun setelah negara Islam tegak di Madinah, Rasulullah juga mengubah sistem yang ada dengan sistem Islam. Rasulullah menerapkan syariat Islam diseluruh aspek kehidupan, mulai dari sistem pergaulan, sistem sosial-budaya, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik pemerintahan hingga hubungan luar negeri dan perang. Tidak ada yang tidak menggunakan sistem Islam.


Oleh Anita Rachman


Posting Komentar

0 Komentar