Miris Kerumunan Imlek Menebar Ketidakadilan Saat Lebaran Dipertontonkan


 

Melihat ramainya lautan manusia saat perayaan Imlek menjadi sebuah pemandangan yang ironi. Bagaimana tidak, saat melonjaknya varian Omicron melonjak justru kerumunan seolah diperbolehkan. Seolah himbauan agar menjauhi kerumunan terus diabaikan.

Dikutip dari Suara.com, saat pandemi berlangsung akan berdampak terhadap berbagai aktivitas keagamaan termasuk ketika merayakan hari-hari besar keagamaan. Terhitung sudah beberapa kali hari besar tersebut harus dirayakan dalam suasana berbeda demi menghindari lonjakan kasus positif yang lebih besar.

Namun sayangnya justru  saat perayaan Imlek begitu berbeda, lautan manusia di sebuah pusat perbelanjaan begitu ramai. Walaupun banyak pengunjung yang mengenakan masker (Suara.com,1/02/2022).

Geram hingga marah ketika beredarnya video perayaan Hari Raya Imlek dipertonto kan. Ada kesan pembiaraan terhadap kondisi tersebut. Netizen yang notabene merupakan mayoritas umat Islam melihat ketidakadilan terhadap kebijakan penguasa di negeri ini.

Saat perayaan umat minoritas terjadi justru diperbolehkan sekalipun harus melanggar protokol kesehatan. Namun ironisnya justru saat perayaan agama Islam yang mayoritas di negeri ini justru diperketat dengan berbagai alasan.

Seharusnya pihak pemerintah berlaku adil bagi siapapun.Tak seharusnya tebang pilih apa pun ras, bangsa, agama apa pun, ketika melanggar maka harus diberikan sanksi tegas demi menurunkan lonjakan varian Omicron yang kian menelan korban.

Lantas, kita bertanya mengapa pemerintah begitu lunak terhadap para kapitalis yang menguasai dunia usaha, semisal pusat perbelanjaan padahal justru dengan kebijakan kelonggaran tersebut justru memicu lonjaknya varian omicron.

Varian omicron yang kini terus melonjak di sejumlah negara menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siapa pun yang menyaksikannya. Namun, justru pemerintah seokah tidak mau berkaca dari peristiwa di masa lalu saat covid 19 pertama melanda negeri ini. Pemerintah seharusnya menutup pintu dari manapun, agar negeri ini tidak terus dalam kondisi terpuruk akibat dampak pandemi yang berkepanjangan. Rasanya bagi kita masyarakat sudah jenuh dengan berbagai kebijakan mengatasi pandemi tetapi di sisi lain justru pemerintah membiarkan hal-hal yang memicu lonjakan covid tersebut .

Dari sini kita menyadari penguasa di sistem kapitalisme tidak akan  bersikap adil apalagi menyehahterakan rakyat tak terkecuali kepada umat Islam. Umat Islam yang hidup di sistem kapitalisme akan terus dibuntuti rasa kecewa, geram, marah hingga timbul kebencian. Perlakuan tidak adil dan tebang pilih terhadap umat Islam menjadi bukti kebobrokan sistem kapitalisme.  Umat Islam akan dibayang-bayangi rasa takut dan ancaman dengan berbagai kebijakan yang tidak adil.

Termasuk perayaan keagamaan. Umat Islam yang mayoritas di negeri ini tetapi justru berasa minoritas.

Hari ini kita akan menyaksikan kebusukan penguasa secara terang-terangan. Kebijakan yang tidak pro rakyat apalagi terhadap umat Islam kian kentara. Semisal kriminalisasi terhadap ulama dan berbagai simbol Islam. Sayangnya, penguasa dan para pejabatnya yang merupakan bagian dari  umat Islam tidak membela umat ini begitupun rakyatnya, yang terjadi justru begitu getol membela kaum kapitalis yang merupakan agen Barat. Demi sebuah cuan rela melakukan ketidakadilan bagi rakyatnya sendiri.

Padahal sejatinya para kapitalis tidak akan berhenti untuk mengeruk keuntungan daeu tubuh umt Islam. Mereka akan menghambat dan mengancam siapapun yang dinilai akan menghalangi kepentingannya dalam meraup keuntungan berupa materi. Maka tidak heran jika kemudian saat pandemi berlangsung mall dan pusat perbelanjaan tetap buka. Ketika pusat perbelanjaan buka, maka pundi-pundi rupiah siap mereka terima.

Kebijakan Pandemi di Sistem Islam

Islam memberi sejuta solusi atas permasalahan umat. Kebijakan yang diberikan oleh sistem Islam memberi rasa adil ke semua kalangan termasuk di dalamnya nonmuslim. Para khalifah di sistem Islam ketika memberi kebijakan tak akan tebang pilih termasuk saat oandemi melanda.Siapapun yang melanggar akan diberikan sanksi tegas.Semua itu dilakukan agar pandemi segera berakhir.

Rakyat di sistem Islam berusaha memenuhi prokes semata-mata di dasari iman dan takwa. Ketika menaati aturan dari khalifah maka sesungguhnya telah melaksanakan bagian dari ibadah. Rakyat memahami ketika kebijakan itu dilaksanakan akan berbuah manis bagi semua yaitu berakhirnya pandemi. Hal ini seperti pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab. Semua masyarakat tunduk terhadap kebijakan khalifah. Sementara bagi khalifah meriayah dan melindungi rakyat dari virus yang mematikan sebagai bagian rasa tanggung jawab terhadap rakyat. Tidak ada kebijakan tebang pilih

Mengeluarkan kebijakan terkait pandemi, semata-mata takut kelak Allah menghisabnya. Hadis ini menjadi pegangan bagi para oemimpin di sistem Islam.

"Tidaklah seseorang diangkat untuk mengurus rakyat, lalu mati, sementara ia menipu (menzalimi)rakyatnya, kecuali Allah haramkan bagi dia surga(HR al Bukhari)." Wallahualam.

 Oleh : Heni Ummu Faiz
Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar