Perempuan dan Kemuliaanya, Selalu Terjaga di Dalam Sistem Islam



“Jika kamu mendidik satu laki-laki maka kamu mendidik satu orang, namun jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi,” demikian ungkapan bijak dari Mohammad Hatta yang sering kita dengar, ungkapan yang begitu memuliakan seorang perempuan disaat masih banyak yang memandang ‘sebelah mata’ kaum hawa ini, meskipun hidupnya telah memasuki sebuah era modern. 


Perempuan, dikala itu sosoknya yang kerap menjadi bulan-bulanan syahwat, selalu termarjinalkan, dianggap mahluk lemah, kehadirannya di dunia menjadi aib yang begitu memalukan bagi ayahnya. Diperlakukan seperti barang yang bisa diwariskan, dan tidak ada hak apapun baginya dalam kehidupan. Aktivitas kehidupannya pun hanya berkutat seputar tiga hal saja, yaitu sumur, dapur, dan Kasur. Hal ini terjadi sebelum datangnya Islam yang akhirnya mampu merubah pandangan dan perlakuan terhadap perempuan.


Perlakuan semena-mena yang didapatkan permpuan kala itu, tidak hanya terjadi pada masa jahiliyah bangsa Arab, tetapi juga pada zaman Yunani kuno. Perempuan hanya dipandang sebagai alat penerus generasi dan semacam pembantu rumah tangga serta pelepas nafsu seksual lelaki. Filosof Demosthenes berpendapat isteri hanya berfungsi melahirkan anak, dan Aristoteles menganggap perempuan sederajat dengan hamba sahaya. 


Kondisi yang sama pun terjadi di Eropa, di masa sebelum datangnya Islam pada tahun 586 M agamawan di Perancis masih mendiskusikan apakah perempuan boleh menyembah Tuhan atau tidak? Apakah mereka juga dapat masuk ke surga? Lalu  diambil kesimpulan bahwa perempuan memiliki jiwa, tapi tidak kekal dan dia bertugas melayani lelaki yang bebas untuk diperjualbelikan. 


Kemudian, ketika Islam hadir semua perlakuan diskriminasi tersebut pun lenyap. Semua bentuk perbudakan, pembunuhan terhadap anak perempuan dihapuskan. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan masa sebelumnya, di dalam Islam perempuan mempunyai kedudukan yang sangat agung, terbukti banyaknya hadist bahkan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang istimewanya perempuan. Sampai-sampai ada salah satu surat di dalam Al-Qur’an yang bermakna perempuan. 


Islam begitu memuliakan perempuan, hingga ia haruslah dijaga dan dilindungi bagaikan sebuah perhiasan. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an  surat An-Nisa ayat 34 yang artinya, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya.” Dengan hadirnya perempuan dalam kehidupan, bersamanya kaum laki-laki akan mendapatkan ketenangan lahir dan batin. 


Tapi sayang beribu kali sayang, ketenangan lahir dan batin yang Allah turunkan dengan hadirnya perempuan bagi laki-laki dan bagi kehidupan perempuan itu sendiri kini patut dipertanyakan. Kemuliaan dan perlindungan yang pernah diberikan oleh Islam kini tiada lagi dirasakan. Kemiskinan, pelecehan, penindasan, eksploitasi semuanya menimpa kaum perempuan tidak hanya di negeri ini, tetapi juga dialami oleh semua perempuan di belahan bumi lainnya. 


Hal ini terjadi tidak lepas dari sistem yang tengah diemban dan diterapkan di berbagai negara. Sistem kapitalisme yang mencengkeram dunia saat ini membuat perempuan kembali menjadi bulan-bulanan. Ditambah lagi kampanye barat mengenai emansipasi dan kesetaraan gender ikut masuk dan mempengaruhi cara berpikir kaum hawa tersebut. Sehingga berlomba-lombalah kaum perempuan turun ke ranah publik hanya untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Tidak lagi perduli akan peran dan kehormatannya yang seringkali tergadaikan hanya demi sebuah slogan kesetaraan.


Mereka tidak menyadari bahwa eksploitasi telah terjadi, disebabkan manisnya frasa emansipasi dan kesetaraan. Kezaliman yang diterima tanpa sadar dan sukarela akibat rusaknya sistem kapitalis yang dipakai sebagai asas dalam kehidupan. Akhirnya peran perempuan yang  begitu besar sebagai madrasatul al ula dalam mendidik generasi menjadi terabaikan.


Padahal perannya terutama sebagai seorang ibu demikian besar untuk menentukan kualitas generasi berikutnya. Kondisi yang tercipta dari sistem sekuler liberal yang akhirnya menjadikan kaum perempuan hanya sebagai alat komoditas belaka. Seakan kembali ke masa dahulu, pada masa zaman jahiliyah dan zaman kuno memandang perempuan hanya seperti benda yang bisa diperlakukan semaunya. 


Islam memandang bahwa keberhasilan seorang perempuan bukan ketika ia mampu bersaing dengan laik-laki, atau berkiprah diluar rumah. Melainkan dari kesuksesannya membersamai suami dan mampu mencetak generasi yang berkualitas, generasi pemimpin yang mampu membawa serta melanjutkan kehidupan di bawah naungan Islam, hingga rahmatan lil a’lamin tersebar di muka bumi. 


Kewajibannya tersebut lah yang membuat seorang perempuan cukup berada di sektor domestik, jika pun ada keharusannya untuk keluar rumah harus dengan penjagaan yang sempurna. Misal dengan menutup aurat secara sempurna serta tidak diperbolehkan keluar tanpa adanya izin dari suami atau walinya. Hal ini harus dilakukan semata-mata demi keselamatan perempuan itu sendiri dan bukan pengekangan sebagaimana yang sering dilontarkan oleh para pembenci Islam.  


Sangat menyedihkan dan begitu miris perlakuan yang didapatkan perempuan khususnya seorang muslimah yang hidup di dalam sistem sekuler kapitalis. Tidak ada kebebasan dan perlindungan untuk bisa menjalankan perintah agamanya secara menyeluruh. Lihat saja di India, isu mengenai ditolaknya perempuan muslimah yang mengenakan hijab tidak diperbolehkan untuk masuk ke sekolah atau universitas tempat mereka mengenyam pendidikan. Mereka dipaksa untuk membuka hijab atau burqanya jika masih ingin terus melanjutkan sekolahnya. 


Hal ini terjadi tidak hanya di India, tapi sudah merebak di seantero negeri lainnya bahkan negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Alih-alih memberikan rasa aman, kesejahteraan, dan kesempatan yang tinggi bagi seorang muslimah untuk menjadi tonggak peradaban. Yang terjadi justru eksploitasi dan kezaliman yang tiada henti dirasakan dan dialami. 


Penjagaan dan perlindungan yang begitu totalitas di dalam Islam. Tengok saja di dalam sejarah peradaban Islam, pada tahun 837 M, Al-Mu’tashim Billah menyahut seruan budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar  yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh seorang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri terlihatlah sebagian auratnya. Perempuan itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah. Tidak tanggung-tanggung maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki) setelah mendengar laporan mengenai pelecehan tersebut. Diriwayatkan bahwa panjang barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota 

Tidak ada perbedaan status sosial untuk mendapatkan jaminan keamanan di dalam Islam, semuanya berhak mendapatkan perlindungan dan penjagaan yang sama. Lalu bagaimana dengan saat ini, adakah pembelaan yang demikian besar didapatkan oleh seorang perempuan? Adakah sistem yang begitu memuliakan dan mengangkat derajat perempuan begitu tinggi selain dari Islam? Adakah sistem lainnya yang bisa memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan selain dari Islam? Sampai kapanpun tidak akan pernah ditemukan sistem yang mampu menandingi keunggulan sistem yang bermuara dari Ilahi robbi. Wallahualam.


Penulis: Elif Shanum

Posting Komentar

0 Komentar