Valentine, Tradisi Para Bucin?


Di bulan Februari 2022 bukan hanya ada Hari Raya Imlek dan Isra Miraj Rasulullah saw yang diperingati. Walau gak ditetapkan jadi hari libur nasional, ni hari selalu aja diperingati. Hari apakah itu? Ada yang jawab Hari Valentine gak? Kalau ada, berarti anda benar.

Hari Valentine atau Valentine Day atau disingkat jadi V-Day keknya jadi tradisi wajib buat remaja untuk ngerayainnya. Gak hanya remaja sih Maknya remaja juga masih suka ada yang ngerayain. Atau minimal ngucapin selamat Valentine ke yang ngerayain. Alesannya itu kan hari kasih sayang.

Di hari itulah dianggap sebagai saat yang tepat buat mengekspresikan kasih sayang. Terutama ke pasangan. Itu pasangan mu halal apa non halal ga jadi soalan. Yang penting pasangan. Sejenis atau dua jenis juga udah gak jadi bahan pertimbangan.

Pokoknya segala macam aktivitas yang mengekspresikan kasih sayang mah sah aja dilakukan di hari kasih sayang. Sampe puncaknya kemaksiyatan dalam pergaulan (baca: zina) juga, jadi boleh dilakukan. Naudzubillah.

Sobi Besti, sebenernya apa sih V-Day itu? Gimana asal mula dia muncul? Kuy kita simak cerita berikut. Ceritanya diambil dari penjelasan The World Book Encyclopedia (1998). Katanya sih ada banyak versi cerita tentang asal muasalnya V-Day. Tapi kita mah ceritain satu aja ya.

Konon kabarnya, Valentine Day itu erat kaitannya sama perayaan  Lupercalia. Sebuah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.

Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari  gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).

Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998). The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.

Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang gak pernah diketahui ujungpangkalnya karena tiap sumber mengisahkan  cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu  menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar  Claudius II  menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat  dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis.

Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998). Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.

Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala.

Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan  panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Rasul mengingatkan, kalo kita ikut-ikutan hari besar agama lain kita bisa dimasukkan golongan mereka. “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.”(HR. Abu Dawud). 

Meski nggak ikut ngerayain, jangan sampe deh latah ikut ngasih ucapan selamat. Karena sama saja meridhoi kesesatan budaya kufur. Ulama Ibnu Qayim mengingatkan,

“Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Bagi yang mengucapkannya, berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.“ (Ibnul Qayyim )

Jadi, tak ada alasan bagi seorang muslim untuk ikut ambil bagian atau bersuka cita dalam perayaan valentine days. Jauh-jauh deh! Kita kan bukan para bucin.

Diramu dari majalahdrise.com


Penulis: Rini Sarah

Posting Komentar

0 Komentar