Anak adalah karunia dan amanah yang dititipkan oleh Allah swt kepada orang tua. Memiliki anak merupakan kebahagiaan yang tiada tara bagi orang tua. Sebagai orang tua pasti sudah memahami bahwa ia memiliki kewajiban yang harus ditunaikan untuk buah hatinya. Dari kewajiban memberikan pendidikan yang terbaik kasih sayang dan pengasuhan yang baik, tempat tinggal,lingkungan, dan teman yang baik, makanan dan minuman yang halal thayyib dan masih banyak lagi kewajiban yang lainnya.
Dalam menjalankan kewajibannya ini orang tua harus menyadari bahwa adalah amanah dan bagian dari tupoksinya. Namun, adakalanya dalam menunaikan kewajiban sebagai orang tua menganggapnya sebagai beban. Tidak dipungkiri mengapa hal ini bisa terjadi, dikarenakan faktor ekonomi orang tua yang kadang tidak mendukung untuk menjalankan kewajibannya dengan baik.
Saat ini kita hidup dimana kebutuhan sehari-hari terus merangkak naik dan akhirnya berdampak pada kesulitan ekonomi keluarga. Biaya sekolah yang serba mahal, belum lagi biaya hidup yang lain pun menjadi sangat mahal. Padahal setiap orang tua menginginkan memberikan semua hal yang terbaik untuk anak mereka.
Inilah fakta kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. Namun, apakah kondisi ini membuat kita sebagai orang tua menyerah dan berputus asa? Sedangkan kewajiban kita harus kita tunaikan dan akan dimintai pertanggungjawaban apabila melalaikannya.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk bangkit. Aturan sistem kehidupan yang kita naungi saat ini, tidak kondusif dan tidak mendukung orang tua untuk menjalankan perannya dengan baik.
Bahkan tidak jarang sebagian orang tua memiliki persepsi bahwa anak banyak meminta kepada mereka. Ini adalah persepsi yang salah besar, pasalnya ketika sang anak meminta sesuatu untuk memenuhi kebutuhan akan sekolah, kesehatan, makan, minum dan segala hal yang menyangkut kebutuhan anak. Jadi dalam hal ini anak bukan meminta, tetapi memang menjadi kewajiban orang tua untuk memenuhi semua kebutuhan sang anak
Kesalahan persepsi inilah yang mengakibatkan orang tua terkadang menuntut dan meminta kompensasi atas pemberiannya ketika sang anak sudah lulus kuliah dan memiliki penghasilan. Karena beranggapan telah mengeluarkan uang yang banyak untuk membiayai sang anak dari kecil hingga dewasa.
Astaghfirullah al adziim. Menunaikan kewajiban harus dibayar oleh sang anak dengan memberikan kompensasi berupa harta kepada orang tuanya.
Cara pandang orang tua seperti ini karena sudah terkontaminasi dengan arus kapitalis yang telah mengakar kuat dalam tatanan kehidupan kita. Padahal kita kembali kepada petunjuk berupa Al Qur’an dan As sunnah yang telah Allah berikan kepada manusia, apapun yang orang tua berikan kepada anaknya akan diberi ganjaran yang setimpal.
Ada satu hal yang tidak boleh orang tua lupakan bahwa ketika Allah swt menitipkan amanah anak kepada mereka, bersamaan itulah Allah memberikan rezeki kepada anak yang dilahirkan. Hal inilah yang harus diyakini dan menjadi pondasi aqidah bagi orang tua untuk melewati ujian kehidupan yang tengah dihadapinya.
Allah pun telah memberikan seperangkat aturan agar orang tua bisa menjalan perannya sesuai dengan yang dikehendakiNya.
Sudah seharusnya sebagai orang tua wajib mentaklif dirinya untuk senantiasa menjadi pencari ilmu sejati agar bisa menunaikan kewajibannya dengan baik. Tanpa ilmu orang tua tidak akan bisa menunaikan kewajibannya, bahkan menganggap kewajiban sebagai orang tua dan anak sebagai amanah merupakan beban bagi dirinya. Tentu kita tidak menginginkan menjadi orang tua yang memiliki persepsi yang salah terkait kewajibannya tersebut.
Sesungguhnya anak adalah aset orang tua bukan hanya untuk urusan dunia melainkan juga untuk urusan kehidupan yang abadi yaitu kehidupan akhirat. Selain itu anak merupakan ladang pahala bagi orang tuanya. Seperti halnya sebuah ladang harus diolah dengan baik agar kelak kita akan panen hasilnya nanti di hari akhir. Siapkah kita untuk beramal diladang pahala ini, dengan memberikan pengasuhan dan pendidikan yang terbaik buat anak-anak kita?
Karena pendidikan adalah tanggung jawab orang tua. Seorang ibu yang memahami sosoknya yang dimuliakan dimana ia menghabiskan waktunya untuk mengurus anak dengan penuh kasih sayang, memberikan pendidikan agama sebagai pondasi aqidah kelak bagi anak-anaknya, sembari mengerjakan pekerjaan rumah serta menyediakan yang halal dan thayyib untuk anak-anaknya. Upaya ini kelak akan mendapat limpahan kebaikan yang berbuah surga.
Begitupun dengan sang ayah sebagai qowan/pemimpin bagi keluarga, memahami tupoksi sebagai pencari nafkah untuk memberikan nafkah yang baik bagi anak-anaknya. Agar anak-anak mereka tumbuh dalam keimanan dan ketakwaan karena yang mereka makan adalah dari nafkah yang diridhoi oleh Allah.
Saling bekerjasama dalam mendidik anak dalam menjalan perannya sebagai orang tua kelak akan memetik hasil yang baik. Pengasuhan dan pendidikan yang sesuai tuntunan sang pemilik jiwa manusia inilah, akan melahirkan anak-anak yang akan menjadi salah satu pahala jariyah bagi orang tuanya.
Rasulullah saw bersabda,”Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh” (HR Muslim) Di hadis lain disebutkan Rasulullah bersabda,”Seseungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba shalih di surga, lalu ia berkata,”Wahai Tuhanku, darimana aku dapatkan semua ini?” Kemudia Allah menjawab,”Dengan sebab istighfaar anakmu untuk dirimu” (HR Ahmad).
Hadis-hadis diatas menunjukkan bahwa orang tua harus menyadari bahwa sesungguhnya kelak yang banyak memberi bukanlah orang tua melainkan anak. Anaklah yang kelak akan memberi banyak hal kepada orang tuanya, ketika kelak orang tuanya telah meninggalkan dunia fana ini. Aliran pahala bak mata air terus mengalir kepada orang tua yang apabila orang tua mampu mendidiknya menjadi anak yang shalih, penghafal dan pengemban Al Qur’an.
Oleh karena itu, jadikanlah ladang sebagai ladang pahala bagi orang tua. Kewajiban orang tua untuk memberikan yang terbaik untuk pendidikan dan pengasuhan yang terbaik harus diupayakan semaksimal mungkin. Kondisi sistem yang rusak dan masalah ekonomi bukanlah menjadi penghalang untuk menjadikan anak kita sebagai aset akhirat kita.
Senantiasa bersabar dan bermunajat kepadaNya agar selalu diberi kekuatan dan kemudahan dalam proses memberikan pengasuhan dan pendidikan yang terbaik, agak kelak menjadi jalan mengalirnya pahala bagi kita di dunia dan di akhirat. Dan menjadi sebab terbukanya pintu surga bagi orang tua sebagai imbalan terbaik yang Allah berikan kepadanya. Wallahua’lam
0 Komentar