Bekasi, tepat 25 tahun sudah usia kota ini, penyangga ibu kota Jakarta dengan berbagai cerita yang menerpa. Ada optimisme yang dituangkan oleh Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono sebagaimana yang dilansir oleh Poskota.co.id (10/03) bahwa Bekasi yang sudah mencapai usia perak ini sedang dalam proses menuju kehidupan yang modern dan harmonis.
Ia menilai Bekasi telah menjadi kota Metropolis yang awalnya merupakan kota yang erat dengan pertanian telah berubah menjadi kota metropolitan tanpa menghilangkan paradigma perilaku yang erat dengan sikap gotong royong masyarakat Bekasi.
Kota metropolitan Bekasi yang memiliki wajah baru ini dibanggakan dengan pembangunan infrastruktur massif pada sektor transportasi belum lagi dengan banyaknya para pengembang yang sudah membidik Bekasi menjadi sasaran investasi. Sebut saja, PT Summarecon Agung salah satu pihak pendukung berubahnya wajah Bekasi dengan pembangunan jembatan layang KH Noer Ali yang terbentang sejauh satu kilometer dengan lebar mencapai 22 meter.
Beberapa tahun belakangan ini kota Bekasi telah banyak mengantongi berbagai penghargaan. Namun sayang beribu sayang di tengah berbagai penghargaan, dari sudut pandang ekonomi Bekasi sedang berupaya mengembalikan kondisi ekonomi setelah tergopoh-gopoh melawan covid-19, hingga pada tahun 2020 Bekasi mengalami penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 50%, namun seiring melandainya kasus covid 19 di Bekasi, PLT Walikota Bekasi dalam tribunnews.com (10/03) menilai bahwa ekonomi Kota Bekasi perlahan pulih.
Optimisme ini lagi-lagi lahir dari banyaknya proyek nasional yang ada di Bekasi yang menjadikan Kota Bekasi sebagi Kota Metropolis yang awalnya terkenal dengan kota yang berplanetkan sendiri karena wajah Bekasi yang amburadul, ternyata hanya berstandarkan pada aspek infrastukrur dan banyaknya investor asing yang masuk. Sudah jelas tonggak dari banyaknya pembangunan ini hanya menuju keuntungan para kapitalis.
Pembangunan kota Bekasi pun disokong guna memuluskan kepentingan para kapitalis. Misal pembangunan jembatan yang dibanggakan itu nyatanya bertujuan untuk pemasaran properti pihak developer, bukan untuk kepentingan masyrakat.
Pemerintah Kota Bekasi, masih memiliki setumpuk persoalan yang perlu di selesaikan, salah satunya kasus kriminal yang hampir tak pernah usai, mengisyaratkan bahwa Bekasi kota Metropolitan yang masih dalam belenggu jerat kutukan kapitalis.
Peristiwa yang terjadi pada hari Selasa 8 Maret, seorang ibu hamil dikawasan dukuh zamrud Bekasi dibegal pada jam 5 Pagi. Petugas Kesehatan itu hendak berangkat untuk bekerja dan dicegat oleh 3 orang begal yang membawa senjata tajam. (Detik.com,10/03)
Peristiwa lain pada Rabu 9 Maret tentang seorang polisi yang hendak menangkap remaja pembawa senjata tajam justru ditabrak oleh pemuda tersebut karena panik dan ketakutan akan polisi yang hendak menangkapnya(Detik.com,09/03)
Belum lagi persoalan lainnya yang belum juga usai. Banjir yang tak ada habisnya saat musim hujan datang, masih banyaknya jalan yang berlubang, fasilitas pendidikan, kepentingan masyarakat dari segi fisik berupa Kesehatan maupun mental, menghiasi tatanan pembangunan metropolis.
Hal ini seolah menjadi tanda bahwa cara pandang pemerintah untuk menyandangkan Bekasi sebagai kota metropolitan hanya berkisar pada kepentingan kapitalis, sementara pemenuhan kebutuhan masyarakat berupa rasa aman, Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terabaikan.
Cara pandang sekulerisme kapitalistik yang saat ini diadopsi menjadikan pemerintah abai untuk melayani masyarakat, sebaliknya justru malah menuankan para pemilik modal.
Pembangunan yang ada tak lagi menyentuh aspek kebutuhan masyarakat, lagi-lagi hanya berpusat pada untuk rugi para pemilik modal. Pembangunan makin jalan, masyarakat makin terabaikan.
Lalu bagaiman agar Bekasi terlepas dari belenggu kututkan ? Bekasi dapat menjadi kota dambaan dan impian jika poros pelaksanaan pemerintahan memiliki tujuan kepentingan umat, dan hal tersebut dapat dirasakan jika Islam dijadikan sebagai sumber aturan, bukan hanya di Bekasi namun juga di bumi Allah ini.
Para pemimpin yang menjadikan Islam sebagai aturan yang diterapkan mampu menorehkan tinta emas dalam berbagai aspek kehidupan.
Sebagai contoh, dari sisi keamanan, penerapan sistem Islam telah menjadikan Al Mu’tashim billah membuat kehormatan Muslimah terjaga yaitu saat seorang Muslimah dilecehkan, dengan lantang Al Mu’tashim menyiapkan pasukkan untuk perang di wilayah amurriyah.
Begitu pula, dari sisi infrasturuktur, penerapan sistem Islam telah menjadikan Khalifah Umar Bin Khattab Radiallahu’anha merealisasikan pembangunan jalanan dipersiapkan sedemikan rapih dengan memastikan bahwa tak ada satupun makhluk hidup yang jatuh karena lubang di jalanan.
Contoh diatas hanyalah 2 dari banyaknya tinta emas yang ditorehkan oleh para pemimpin yang bertanggung jawab dengan ladasan keimanan kepada Allah dan penerapan Syariah dalam kehidupan sebagaimana hadist Rasulullah saw,
"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Wallahu’alam bi asshawab
Penulis: Syifa Nurjanah
0 Komentar