Belum genap satu pekan viral unggahan video seorang pria yang meninta Menag Yaqut hapuskan 300 ayat Al-Qur´an, dengan dalih ayat-ayat tersebut memicu perilaku intoleran bahkan radikal yang membahayakan masyarakat Indonesia. Ayat-ayat tertentu dapat membenci orang lain karena beda agama. Selain itu, pria yang mengaku pendeta bernama Saifuddin meminta Menag untuk merombak kurikulum yang ada di pesantren dan perguruan tinggi juga mengganti guru-gurunya. Ia mengklaim bahwa pesantren melahirkan kaum radikal. (Beritahits.id, 14/03/2022).
Sungguh hal ini merupakan buntut dari moderasi yang mengusung tinggi nilai-nilai toleransi yang kebablasan, pada akhirnya munculah para penista agama kepermukaan. Al-Qur´an sebagai kitab suci yang kebenarannya bersifat mutlak karena bersumber dari Allah swt bukan bersumber tanpa adanya campur tangan manusia. Diminta untuk di revisi dan di hapuskan ayat-ayatnya yang meraka anggap sebagai pemicu radikalisme. Jelas perilaku ini membuat geram kaum muslimin yang dihatinya ada keimanan.
Ketika ditelusuri lebih lanjut pria tersebut murtadin yang mendukung Menag Yaqut yang selama ini mengaruskan ide moderasi beragama di berbagai lini. Walaupun demikian, sampai saat ini orang tersebut tidak ada tanggapan dari pemangku kekuasaan karena penistaan agama tersebut. Mereka bungkam saat adanya kasus ini. Seolah-olah hal demikian tidak berbahaya.
Sikap seorang muslim hendaknya mengecam atas perilaku tersebut. Ranahnya sudah mengubek-ngubek masalah aqidah tentang keimanan kepada kitab Allah swt yang tidak perlu adanya upaya revisi apalagi menghapus satu ayatpun yang ada di dalamnya. Ketika hal ini ada oknum tertentu yang menginginkan revisi dan pengapusan ayat diterima oleh orang-orang yang lemah imannya maka berpotensi adanya keragu-raguan terhadap kitabullah dampaknya keimanan semakin terkikis tanpa disadari.
Dalam ayat-ayat Al-Qur´an seungguhnya tidak ada satu ayatpun yang menyuruh untuk menjadi muslim yang radikal maupun intoleran. Sekalipun berbicara tentang orang-orang kafir di dalamnya. Sebagai contoh dalam Qs.Al-Kafirun ayat 6. Kalimat لکم دینکم ولیدین yang mengandung arti untukmu agamamu dan untukku agamaku. Merupakan ayat yang menyuruh berbuat toleransi dalam arti membiarkan mereka yang berbeda agama/keyakinan untuk melakukan ibadah dan membiarkan mereka tanpa adanya ikut campur mengurusi urusan agama mereka. Ayat inipun tidak ada konotasi yang mengarah kepada perilaku membenci mereka yang berbeda keyakinan dengan kita.
Bahkan kita diwajibkan melakukan tolong menolong kepada siapapun yang berhak untuk ditolong sekalipun berbeda keyakinan. Kita diberikan kebebasan untuk bermuamalah dengan mereka selama tidak mencampuri urusan aqidah masing-masing. Kehidupan seperti ini merupakan manifestasi ajaran Islam yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur´an. Namun, perlu dipahami dan diyakini sepenuhnya upaya mereka menginginkan revisi atau penghapusan ayat Al-Qur´an sesungguhnya mereka tidak akan mampu melakukannya karena Allah swt telah menurunkan Al-Qur´an sekaligus menjaganya.
Namun, PR besar umat ini adalah harus tegas menindak perilaku yang menjurus kepada penistaan agama dan memutus rantai ide-ide moderasi beragama yang membahayakan umat.
Wallahualam.
Oleh Sri Mulyati
0 Komentar