Dituding Radikal, Keyakinan Kian Tebal



Lagi, tudingan penceramah radikal disematkan pada para pejuang Islam, pengemban dakwah dan para ulama yang selama ini dikenal dekat dengan umat dan banyak memberikan pencerahan di tengah-tengah kaum muslimin. Meski ditujukan hanya di kalangan TNI Polri tetapi arahan Jokowi untuk tidak mengundang penceramah radikal telah memantik reaksi di kalangan kaum muslimin. Apalagi tak lama setelah itu BNPT merilis lima indikator penceramah radikal yang harus dihindari seperti dilansir Tempo.co (03/03/2022)

Menengok Sejarah Penentangan Pada Dakwah Rasul

Tudingan radikal telah lama disematkan pada Islam dan para pengemban dakwahnya. Sejak peristiwa 911, isu tentang terorisme senantiasa dikaitkan dengan Islam. Sedang radikalisme dianggap sebagai sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama. Karenanya agar tidak berkembang menjadi terorisme, radikalisme harus dibabat habis. Demikian logikanya.

Namun realita yang terjadi sama sekali tidak mencerminkan kebenaran logika tersebut. Faktanya pemberantasan radikalisme ini menyasar pada para pejuang Islam yang teguh memegang ajaran Islam, para dai yang senantiasa mengajarkan tentang Islam kafah, dan para ulama yang lurus yang senantiasa gemar melakukan amar makruf nahi mungkar.

Karenanya wajar jika mayoritas masyarakat menganggap program deradikalisasi ini hanyalah propaganda yang dibuat oleh rezim untuk membungkam dakwah Islam. Rezim tak ingin ajaran Islam kafah ini diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Sebab jika ajaran Islam yang sempurna ini diyakini sebagai solusi satu-satunya dalam mengatasi berbagai problematika yang ada saat ini, tentulah rezim ini kian tidak dipercaya oleh masyarakat.

Karenanya BNPT menyebut ciri ketiga dari penceramah radikal ini adalah menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, ujaran kebencian (hate speech), dan menyebarkan berita bohong (hoax). Intinya rezim merasa gelisah jika kekuasaannya semakin tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat, sementara keinginan untuk tetap berkuasa masih berkobar dalam dada.

Kondisi semacam ini bukanlah hal yang baru. Karena Rasulullah saw dan para sahabatnya pun pernah mengalami hal yang serupa. Bahkan Rasulullah Saw pernah disebut sebagai orang gila, tukang sihir, penyair gila, dan pemecah-belah persatuan kaumnya, sebagaimana terekam dalam Al Qur’an. Perhatikan ayat-ayat berikut ini

وَقَالُوا۟ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِى نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ

“Mereka berkata, "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.”” (QS. Al Hijr: 6)

وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ ٱلْكَٰفِرُونَ هَٰذَا سَٰحِرٌ كَذَّابٌ

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta"” (QS. Shad: 4)

وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓا۟ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍۭ

“Dan mereka berkata, "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?"” (QS. Shaffat: 36)

Padahal yang disampaikan Rasulullah dan para sahabat tak lain hanya Islam saja. Namun orang-orang kafir Quraiys memandang bahwa justru ajaran Islam yang dibawa Rasulullah inilah yang memecah belah soliditas para pembesar Quraiys saat itu. Apalagi satu per satu pembesar Quraiys mulai masuk Islam, seperti Hamzah bin Abdul Muthallib dan Umar bin Khattab. Kekhawatiran mereka akan hilangnya kekuasaan disertai dengan rasa iri, dengki dan hasud telah membuat mereka menjadi penentang utama dakwah Rasul.

Demikianlah sejarah itu berulang. Meski dalam bentuk yang berbeda namun hakikatnya sama. Adanya penolakan terhadap dakwah dari para pemegang kekuasaan karena kekhawatiran yang besar akan hilangnya kekuasaan yang disertai dengan rasa dengki dan hasud. Karenanya para pengemban dakwah wajib mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabat dalam menghadapi kondisi semacam ini.

Menebalkan Keyakinan

Tak ada upaya lain yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabatnya dalam menghadapi kebencian kaum Quraiys yang semakin menjadi-jadi kecuali dengan beberapa aktivitas sebagai berikut:

Pertama. tetap sabar dalam keimanan dan tetap yakin pada janji Allah swt.

Berbagai cara ditempuh orang-orang kafir Quraisy usaha menghentikan dakwah Rasul. Namun, semua gagal. Hingga akhirnya mereka berkumpul untuk merundingkan langkah apa lagi yang akan dilakukan untuk menghentikan dakwah Muhammad saw.

Mereka berkumpul di lembah Mukhashab dan menyepakati untuk melakukan pemboikotan total terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang mendukung dakwah Rasul sampai mereka bersedia menyerahkan Nabi Muhammad untuk dibunuh. Mereka bersumpah tidak melakukan hubungan pernikahan, jual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, dan berbicara dengan dua bani tersebut.

Akibat pemboikotan itu para sahabat dan pendukung dakwah Rasul kekurangan makanan karena bahan makanan yang dibawa pedagang masuk kota Makkah langsung diborong oleh kaum Quraisy yang memusuhi Nabi. Jika pun ada yang tersiksa, harganya sudah melambung tinggi sehingga mereka tidak sanggup membeli. Mereka mengalami kelaparan, hingga jeritan kaum wanita dan bayi-bayi mengerang di balik kelaparan yang mencekam.

Namun, kesabaran dalam keimanan yang terpatri dalam dada para sahabat tetap kokoh. Itulah  yang menjadi sebab selama masa sulit tak pernah sekali pun terjadi kerusuhan yang disertai penjarahan terhadap hak milik orang-orang kaya ketika itu. Padahal, siapa pun akan memahami bila kemiskinan dan kelaparan yang mereka jalani sangat mungkin mendorong untuk melakukan penjarahan atau pencurian. Namun, semua itu tak mereka lakukan karena yakin bahwa kesabaran dan keimanan mereka pasti berbuah pada pertolongan Allah Swt. Hingga akhirnya, pertolongan datang dari sisi Allah.

Rasulullah saw bersama para sahabat menyakini benar firman Allah:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

"Dan sungguh Kami akan berikan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" (QS al-Baqarah: 155).

Kedua, menguatkan solidaritas di kalangan para sahabat dengan para pendukung dakwah Rasul.

Pemboikotan yang dilakukan para pembesar Quraisy itu ditulis dalam sebuah papan piagam yang digantung di dalam Ka’bah. Harapannya Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang tidak beriman dengan Rasulullah akan goyah karena mereka tidak akan mau menanggung penderitaan akibat pemboikotan ini. Tapi rupanya harapan mereka itu meleset, Bani Hasyim dan Bani Muthalib tetap bersatu membela Muhammad saw sekalipun harus menderita.

Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun. Selama itu pula Nabi Muhammad saw, para sahabat, dan seluruh anggota Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sekalipun belum beriman tapi karena kekuatan solidaritas kesukuan, ikut menderita. Pemboikotan ini justru berbuah dukungan dari kalangan mereka sendiri.

Ada saja pihak yang merasa kasihan, lalu secara sembunyi-sembunyi mengantarkan makanan kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib meskipun jika ketahuan kaum Quraisy mereka akan menanggung resikonya. Demikianlah dukungan dan solidaritas itu justru mengalir deras disaat terjadi pemboikotan.

Ketiga, berikhtiyar mencari pertolongan dengan tetap mengedepankan dakwah.

Walaupun dalam keadaan menderita karena pemboikotan, tapi pada musim haji Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin tetap keluar untuk bertemu banyak orang dan mengajak mereka masuk Islam. Rasul menawarkan Islam ke banyak kabilah yang datang ke Mekkah untuk berhaji. Hingga akhirnya pertolongan Allah datang melalui penerimaan suku Aus dan Khazraj dari Madinah.

Demikianlah aktivitas para sahabat yang tetap teguh dan sabar dalam menapaki jalan dakwah hingga berbuah manis berupa datangnya pertolongan Allah Swt.

Kebencian para pembesar Quraisy dengan segala kebijakannya menentang dakwah Rasul telah menebalkan keimanan para sahabat dan pendukung dakwah. Dan jika hari ini didapati kebijakan penguasa menentang dakwah Islam, sudah sepatutnya para pengemban dakwah menyikapinya dengan tepat sebagaimana dicontohkan oleh Rasul dan para sahabat. Karena hanya dengan jalan itu, nashrullah akan segera datang dan kemenangn Islam akan segera menyingsing. Insya Allah.


Penulis: Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar