Tidak akan ada cerita Islami di Eropa jika dakwah hanya stagnan di Timur Tengah. Tidak akan lahir ilmuwan muslim di negara sosialis jika dakwah tak pernah eksis. Beruntunglah, dakwah menyapu di seluruh lapisan permukaan bumi. Dari Jazirah Arab, hingga masyarakat Barat yang dulunya tak beradab. Terbayang, jika nabi Muhammad saw. dan para sahabat dahulu mengenal Islam hanya menjadi konsumsi pribadi, mungkin pada hari ini mustahil Islam dapat sampai ke tengah-tengah kita, dan mustahil pula ratusan juta manusia dapat memeluk akidah Islam, juga makna Islam rahmatan lil'alamin, tak akan pernah dapat dirasakan oleh umat manusia hingga kini. Karena tantangan yang mengadang keimanan Rasulullah saw., untuk menghentikan dakwah saat itu begitu besar.
Alhasil, dakwah Islam merupakan aktivitas yang diwariskan Nabi kepada umatnya. Dan kita harus menjaga serta tetap memelihara, jika kita memang ingin menjaga dan memelihara keberlangsungan Islam di tengah-tengah kita. Pasalnya, kita tidak bisa membayangkan, Islam memiliki pengaruh tanpa adanya aktivitas dakwah, yang justru dimaksudkan untuk memujudkan pengaruh tersebut. Kita tidak bisa membayangkan kemurnian Islam bisa dirasakan dalam jiwa-jiwa para pengikutnya, tanpa adanya perjuangan dakwah yang justru untuk membersihkan berbagai kotoran yang ada di benak dan pemikiran dengan memengaruhinya.
Untuk itulah, mengapa Islam memerintahkan umatnya untuk getol menyebarkan dakwah Islam. Mengacu pada surat Ali Imran ayat 104. Sebagaimana firman Allah: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104).
Di dalam ayat ini terkandung dua hal; pertama, mulianya umat Islam adalah dengan dakwah. Kedua, tegak dan eksisnya umat Islam adalah dengan menjalankan konsep amar ma’ruf nahi munkar.
Siapapun dan apapun profesinya seorang muslim, tugas dakwah tidak boleh ditinggalkan. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang mukmin yang senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya.
Disaat musuh-musuh Islam begitu serius dan terang-terangan menunjukkan kebencian mereka, disaat pelaku kezaliman dengan bangga mempertontonkan dan menyebarluaskan tindak keji mereka, maka umat Islam seyogianya tak perlu ragu dan takut untuk menebar kebenaran dan cahaya Islam. Namun, apakah kita dapat melakukan aktivitas mulia itu hanya sendiri? Rasanya tidak, surga terlalu luas untuk dihuni sendiri, ia terlalu indah untuk dinikmati sendiri. Kita butuh teman seperjuangan untuk saling mengingatkan dan menguatkan langkah dalam jalan mulia ini.
Ingatkah, kisah tentang seorang sahabat yang selalu setia menemani sahabatnya hingga rela berkorban untuk sahabat terkasihnya itu. Abu Bakar Ra selalu berganti posisi dalam perjalanannya ke Madinah bersama Rasulullah saw. Terkadang berada di depan Rasulullah saw., lalu pindah ke belakang Rasulullah. Kemudian sekejap pindah lagi ke depan hingga Rasulullah bertanya padanya mengapa beliau bertindak seperti itu?
Ternyata, saat Abu Bakar berjalan di depan Rasulullah, beliau khawatir ada hal yg buruk menimpa Rasulullah dari belakang. Lalu, ketika beliau berjalan di belakang Rasulullah saw., beliau khawatir ada hal yg buruk menimpa Rasulullah saw. dari arah depan, begitu seterusnya. Inilah seuntai kisah dari hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah bersama Abu bakar.
Kalaulah dakwah sangat indah untuk dinikmati sendiri, tidaklah Rasululllah saw. menjadikan Abu Bakar sebagai teman hijrahnya. Tidaklah Rasulullah saw. menjadikan Abdullah bin Abu Bakar sebagai perantara informasi hijrahnya. Tidaklah Rasulullah menjadikan Amir bin Fuhairah sebagai penghapus jejaknya. Dan juga tidaklah seorang Asma binti Abu Bakar, mengantarkan makanan untuk Rasulullah dan ayahandanya selama bersembunyi di gua Tsur, kendati ia sedang hamil tua.
Meski harus diiderai air mata sebagai saksi perjuangan, setetes keringat kan menjadi bersaksi, betapa indahnya mereka bersama di jalan dakwah. Tersirat ketulusan mereka untuk saling menjaga, menguatkan, dan saling menunjukkan rasa cintanya dalam perjuangan dakwah bersama. Tunjukkanlah bahwa akan terasa mudah dan ringan jika dilalui bersama (berjemaah).
Sejak dahulu, aktivitas dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan para Rasul dan Anbiya. Dalam pandangan Allah, dakwah adalah tugas mulia hingga dengan dakwah tersebut Allah menyematkan predikat kuntum Khoiru ummah (kalian adalah sebaik-baiknya umat) dalam surat Ali Imran:110, kepada umat nabi Muhammad yang melakukan aktivitas ini.
Aktivis mulia untuk menyerukan umat manusia kepada jalan hidup yang diridai Allah, karena kehidupan ini hanyalah sementara. Sedang, ingatlah bahwa tujuan kita hidup di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Dan Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu" (QS. Az-Zariyat Ayat 56).
Begitupula seorang mukmin, seyogianya memiliki tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah. Ketika tujuan hidupnya telah jelas, maka akan didapat motivasi hidup yang luar biasa. Bersegera mengumpulkan amal kebaikan sebanyak banyaknya, Bersegera menjadi seorang mukmin yang takwa. Ibadah yang dimaksud ini bukan hanya sekadar menjalankan rukun islam yang lima itu. Menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan juga ibadah , serta cita-cita mulia.
Oleh sebab itu, dalam merealisasikan nya butuh perjuangan dan kesabaran, butuh keikhlasan dan keistiqomahan dalam menjalaninya. Dan satu hal yang tak luput, bahwa kita harus memiliki partner yang memiliki arah dan perjuangan yang sama, agar dapat meraih impian yang sama, yakni surga. Dakwah itu adalah tanda cinta, sebagaimana cintanya Abu bakar terhadap Rasulullah saw. yang tak ingin terjadi hal-hal buruk menimpanya.
Sebagai seorang partner, harusnya kita tidak rela jika partner kita hanyut dalam kemaksiatan. Karena dakwah adalah bentuk ekspresi dari kasih sayang sebagai sesama manusia. Terutama sebagai saudara seiman. Jika kita berdiam diri terhadap kemaksiatan yang ada di depan mata, maka bukan hanya pelaku maksiat saja yang dapat dosa. Orang yang yang tahu dan hanya berdiam diri, akan terkena dosa pula. Pilihannya, kita harus mengingatkan agar sama-sama hidup dalam keindahan. Karena dakwah itu adalah aktivitas menebar kebaikan plus memanen pahala. Masya Allah, inilah keutamaannya :
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893). Bahkan pahala orang yang didakwahi tidak berkurang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2674)
Wallahu'alam bisshowab.
Penulis: Ahsani Annajma (Penulis dan Pemerhati Sosial)
0 Komentar