Juara 1: 101 Umat Tanpa Junnah, Bersegera Menyongsong Bisyarah Rasulullah

 


Assalamu'alaikum Sahabat Muslimah, beberapa waktu lalu MJ melakukan lomba menulis opini dengan tema "101 Tahun Tanpa Khilafah, Kehancuran Kapitalisme & Songsong Peradaban Islam," Masyallah tulisan yang masuk semuanya keren-keren!

Namun setelah memasuki babak seleksi dan penjurian dari sekian banyak tulisan, Alhamdulillah sdh ditetapkan pemenangnya... Untuk Sahabat Muslimah yang belum beruntung jangan berkecil hati ya Masih ada hari esok untuk terus belajar dan berkembang. Semoga kita semua senantiasa menjadi penggerak opini Islam yang tangguh. Dan berikut adalah pemenang pertama lomba kali ini. Kami ucapkan selamat bagi pemenang 🏆🏆🤩

------------

101 Umat Tanpa Junnah, Bersegera Menyongsong Bisyarah Rasulullah

Penulis: Ahsani Annajma (Penulis dan Pemerhati Sosial)

Langkah perjuangan ini takkan terhenti
Walau dengan segala tantangan menghalangi
Seluruh umat terus berjuang wujudkan kemenangan Islam
Yakin janji Allah benar
Tuk lanjutkan kehidupan Islam

Barangkali, potongan nasyid ini dapat membangkitkan girah kaum muslim tuk kembali bangkit dari hibernasinya yang panjang. Nestapa, sengsara, derita begitulah kondisi yang tergambar pada umat Islam yang tengah kehilangan perisainya selama ratusan tahun. Umat Islam laksana anak ayam yang kehilangan induknya, tidak memiliki penjaga yang mampu melindungi harta, nyawa dan kehormatannya. Akankah mimpi buruk ini segera berakhir?

Sosok di Balik Runtuhnya Daulah Khilafah

Tepat pada 3 Maret 1924 (28 Rajab 1342 Hijriyah) tak banyak umat muslim yang tahu, peristiwa penting yang tak terlupakan, menjadi sejarah kelam umat yang mulia ini. Sebuah tragedi besar yang memutar roda tatanan kehidupan umat Islam, rusaknya peradaban terbaik sepanjang masa, seiring dengan terjungkalnya umat dalam kubangan penderitaan yang tak kunjung usai hingga saat ini. Peristiwa ini bukanlah peristiwa tsunami atau bencana alam yang menyisakan korban jiwa. Lebih dari itu, adalah sebuah malapetaka dahsyat yang menghantam negara adidaya yang telah berusia 13 abad lamanya, negara yang memancarkan cahaya kegemilangan dan menjadi pusat perhatian dunia, dengan kekuasaan yang membentang 2/3 dunia, Daulah Khilafah Islamiah.

Saat itu, daulah mengalami guncangan di dalam tubuhnya, merosotnya merosotnya ghirah Islam berkompromi pada pemikiran luar Islam, hingga upaya sistematis orang-orang kafir yang tidak menginginkan umat Islam memimpin peradaban. Sungguh ini menjadi awal bencana besar sepanjang sejarah manusia, setelah Islam memimpin kurang lebih 13 abad lamanya. Dialah Mustafa Kemal Ataturk, seorang etnis Yahudi, dibalik sosok yang merusak dan menghapuskan Daulah Khilafah Islam yang berpusat di Turki. Mustafa Kemal adalah seorang militer Turki dan juga agen Inggris dari Salonica. Sayang seribu sayang, pribadinya tak seindah nama yang tersematkan.

Mustafa Kemal sesungguhnya adalah orang yang paling bertanggung jawab atas runtuhnya perisai kaum muslim, Khilafah Islamiah. Akibat ulahnya, umat Islam sampai saat ini harus menelan pil pahit hingga kritis. Sungguh ironis, saat kita duduk di bangku sekolah dan dijejali sejarah Islam dalam kurikulum demokrasi, nama Mustafa Kemal dikenal bak pahlawan Revolusi Islam. Sesaat semuanya berubah menjadi ajaib, sekejap ia menjadi orang yang paling berjasa untuk Islam. Orang menganggap Mustafa Kemal Presiden negara Turki pertama sebagai peletak kedigdayaan Republik.

Seiring berkembangnya waktu, sejarah tak selamanya membisu. Satu persatu konspirasi gelap orang-orang kafir yang dipimpin oleh Inggris dengan kaum munafik tersingkap. Mereka berargumen ingin mengembalikan kekuasaan dan kehormatan Islam pada pemiliknya yaitu Arab. Lihatlah ketika Mustafa Kemal memimpin, ia membuat reformasi besar-besaran. Turki yang semula bernapas Islam, digarap penuh kebencian dalam sekejap disulap menjadi negeri sekuler, mengembuskan pemikiran nasionalisme dengan menjadikan penguasanya adalah antek penjajah.

Nestapa Tanpa Perisai

Penghianatan yang dilakukan oleh Mustafa Kefal menjadi mimpi buruk yang berkepanjangan bagi umat Islam. Akibat perbuatannya, kaum muslim harus merasakan pedihnya kehilangan sang induk yang merupakan segalanya bagi sang anak. Sang induk yang telah membersamainya selama 1300 tahun lamanya. Hal ini menjadi pukulan telak dan nelangsa yang tak berkesudahan. Tentu ini membuka wawasan kaum muslimin, bahwa Turki yang saat itu menjadi ibu kota Khilafah telah di caplok paksa oleh kafir penjajah, dengan kaki tangannya keturunan yahudi, Kemal Attartuk laknatullah alaih. Sejak saat itu daulah Islam dalam genggaman para penjajah,

Pertama, negara–negara Islam terpecah belah oleh nation state, sehingga terasa ada sekat di antara umat. Simbol-simbol dan syiar Islam terasa asing sendiri bagi pemeluknya. Hagia Sofia yang merupakan masjid agung simbol kemenangan Islam disulap menjadi museum, bahasa arab yang merupakan bahasa amiyah (percakapan) sehari-hari diganti dengan bahasa Turki. Bahkan hingga hari ini umat Islam masih banyak yang terseok-seok dengan bahasanya para penduduk surga. Pemikiran umat dicabik-cabik dan dirusak dengan pemahaman Barat sekulernya itu.

Kedua, umat Islam menjadi umat yang termaginalkan. Mereka berada dalam kondisi yang terpuruk di segala bidang. Baik di bidang ekonomi, sosial dan Pendidikan. Umat Islam menjadi korban peradaban Barat yang tengah berkuasa, jauh dari harapan sebagai pemimpin peradaban. Mereka melaksanakannya tanpa tahu kepada siapa mereka harus mengadu, mereka mengangkat tangan seakan-akan menyerah pada keadaan, padahal sejatinya negeri-negeri muslim Allah karuniakan kekayaan ekologi yang luar biasa.

Lihat saja negeri Afrika dan jazirah Arab yang merupakan negeri berlimpah akan barang tambang seperti minyak, emas, dan uranium. Disisi lain, nusantara juga tak kalah melimpah ruah kekayaan alamnya, baik di darat, laut maupun di perut bumi. Sungguh sangat ironi, kekayaan melimpah ruah itu tak berbanding lurus dengan kondisi kaum muslimin yang masih harus bergelut dengan derita kemiskinan. Tak masuk akal, bagaimana mungkin ibarat seekor ayam bisa mati di lumbung padi?

Ketiga, Kehormatan wanita muslimah sangat murah tanpa khilafah. Belakangan ini, suara Muslimah menggema meneriakkan kehormatan dan menuntut haknya sebagai hamba Allah. Pelarangan, pelecehan, penistaan, sampai tindak penganiyaan yang dirasakan oleh kaum wanita meluas seantero raya, anak-anak pun menjadi sasaran keji oleh musuh-musuh Islam.

Keempat, umat Islam di mana pun menjadi sasaran empuk musuh-musuh Islam. Akal bulus mereka untuk menghancurkan umat Islam sampai tak ada sisa kecuali jasad mereka. Hal ini terbukti dari upaya mereka yang tak kenal lelah untuk merusak pemikiran dan lebih tragis lagi ketika mereka membunuhi kaum muslimin dengan propaganda “war on terorism” yang sejatinya adalah “war on Islam”. Di mana ada muslim di situ ada upaya stigmatisasi, kriminalisasi, labelisasi, monsterisasi dan diskriminasi para penganutnya maupun pada ajarannya. Sungguh kita harus menyadari bersama ini adalah strategi musuh-musuh Islam. Mereka akan terus menanamkan hagemoninya di negeri-negeri kaum muslimin, mencengkram dengan pemikiran-pemikiran Barat sekuler agar umat Islam tak lagi bangkit untuk memimpin dunia.

Kelima, hilangnya sang perisai Khilafah telah membuat hilangnya perlindungan kehormatan umat Islam di seluruh dunia. Di beberapa negara dimana kaum muslimin menjadi kaum minoritas, mereka mendapatkan penindasan serta perlakuan yang tidak baik. Hari ini kita terus-menerus dipertontonkan dengan penyiksaan dan pembantaian saudara-saudara kita di berbagai belahan negeri-negeri muslim. Tengoklah penyerangan Gaza oleh zionis Israel, Suriah yang harus menghadapi penguasanya sendiri, pembantaian sadis oleh negara penjajah seperti, muslim Rohingya di Myanmar, Kashmir oleh penguasa Hindu, Uyghur oleh komunis China, Afganistan, Uzbekistan, Pakistan, Ukraina, dan masih banyak negeri-negeri lain dalam derita berkepanjangan, termasuk di Tanah Air dengan segala persoalannya adalah karena campur tangan mereka. Akankah kita terus terdiam?

Menyosongsong Bisyarah Rasulullah

Berbagai tragedi yang terjadi hari ini adalah cita-cita besar yang telah lama di inginkan oleh penjajah kafir untuk melumpuhkan kekuatan Islam agar terkubur selama-lamanya. Satu abad sudah umat Islam tanpa seorang Junnah hendaklah menjadi renungan sekaligus pemantik bahwa kebangkitan Islam akan terwujud jika umat ingin berubah, dan berjuang secara pasti dan terarah. Setelah sekian lama kabut hitam menyelimuti dunia Islam, tentulah kita menginginkan keadaan yang terang benderang? Makin pekatnya malam, bukankah menandakan kehadiran sang fajar makin dekat? Kabar gembira hadirnya sang fajar khilafah adalah janji Allah sebagaimana firman-Nya yang tertuang dalam Surat An Nuur ayat 55 dan juga bisyarah dari baginda Rasulullah saw., “… Selanjutnya akan tegak kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar).

Tugas kita sebagai orang-orang yang meyakini bisyarah ini adalah dengan menyebarkan pemahaman Islam kafah baik melalui lisan atau tulisan. Saat ini, dunia gencar dengan gawainya. Orang berlomba-lomba memanfaatkan media sosial untuk menebar beropini, melakukan diskusi individu atau kelompok, dan sebagainya. Tak jarang, berseliweran di telinga kita opini-opini miring yang masif diarahkan untuk menyerang Islan. Jadi, masihkah kita membiarkan opini-opini negatif tentang Islam terus berkembang? Hingga makar yang dibuat oleh musuh-musuh Allah itu terus membahana? Pilihan kita hanya ada dua, mau mejadi penonton ataukah pemain dalam mewujudkan kemenangan Islam.

Wahai kaum muslim tidak ada kata nanti dan menunda, mari bersegera bahu-membahu untuk meraih kemenangan Islam. Jangan mudah terpedaya oleh pemikiran yang bukan berasal dari Islam sekalipun secara hawa nafsu lebih menggiurkan dan mengandung manfaat. Terlebih, terdapat bisyarah yang menguatkan langkah kita untuk istikamah dan lurus berada dalam koridor yang telah Allah tetapkan. Mestinya bisyarah ini menjadi motivasi ruhiyah kita dalam mewujudkan tegaknya kemenangan diin ini.

Bisyarah adalah kabar gembira yang harus kita sambut dengan suka-cita. Dalil akan tegaknya kemenangan bagi umat Islam dan kebenaran akan semua janji-Nya ini adalah ujian keimanan. Katakanlah pada musuh-musuh Islam, bahwa janji Allah itu selalu tepat dan bukanlah sebuah mimpi atau ilusi. Bagi kaum muslim, janji Allah ini adalah harapan di tengah keputusasaan. Dengan bisyarah inilah kaum muslim akan terdorong untuk mengukir tinta emas dalam sejarah peradaban dunia. Wallahualam.


Posting Komentar

0 Komentar