Proyek Ibu Kota Negara (IKN) Baru yang berada di pulau Kalimantan menjadi perhatian bukan hanya di Indonesia, melainkan juga dunia internasional. Pasalnya, proyek IKN ini sangatlah besar dan memotivasi para pengusaha untuk berlomba-lomba menanamkan investasinya. Ditambah lagi, wilayah IKN merupakan salah satu wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Maka wajarlah, dunia internasional pun melirik IKN untuk meraup keuntungan yang besar.
Kunjungan Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair ke Istana Kepresidenan di Bogor, merupakan kunjungan yang beraroma politik. Dilansir oleh Kompas.com, 08/03/2022 bahwa dalam pertemuan tersebut Presiden Jokowi membahas ekonomi hijau, pemindahan IKN Indonesia dan proses pembahasan digitalisasi dan hilirisasi di IKN. Dengan adanya hilirisasi dan digitalisasi ini membuat Indonesia betul-betul on the right track dengan IKN Baru, yang hal ini disampaikan oleh Tony yang notabene Dewan pengarah IKN.
Dalam kunjungan tersebut Tony Blair melayangkan pujian dan kekagumannya atas kepemimpinan Jokowi karena dianggap dapat menyatukan dunia di tengah berbagai tantangan pemulihan ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19. Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang dihormati oleh dua negara adidaya seperti China dan Amerika Serikat. (CNN, 09/03/2022)
Kedatangan Ketua Eksekutif dari Tony Blair Institute For Global Change (TBI) tentunya bukan hanya untuk memberikan pujian atas kepemimpinan dan kinerja Presiden Jokowi. Namun ada motif politik dibalik kunjungan tersebut sebagaimana yang diungkap pada pertemuan sebelumnya dengan Menteri BUMN, Erick Thohir. Pasalnya Tony Blair pun mengadakan pertemuan dengan Menteri BUMN, membahas peranan penting dan kontribusi BUMN dalam mendukung presidensi Indonesia di G20 2022.
Ada tiga fokus utama dalam agenda presidensi G20 Indonesia, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan transisi energi berkelanjutan. Seperti yang kita ketahui bahwa TBI yang juga aktif dalam B20 sekaligus menjadi forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global. TBI sangat memiliki ambisi politik sehingga ikut melibatkan diri serta berkontribusi penuh dalam proyek besar IKN. Dan tahun ini Indonesia menduduki presidensi G20 sebagai negara Asia Tenggara pertama yang menjadi tuan rumah KTT G20 dengan tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Sejalan dengan pemulihan global yang menjadi tema besar presidensi G20, Menteri BUMN ini meyakini pentingnya kepemimpinan perusahaan-perusahaan plat merah melalui langkah nyata dapat memberikan dampak global. Indonesia mampu memberikan kontribusi jangka panjang pada tata kelola dunia melalui agenda berkelanjutan presidensi G20. Dan mampu memajukan perubahan dan kolaborasi ditingkat global serta menciptakan kerjasama internasional yang kuat dan inklusif. (Kompas.com, 09/03/2022)
Telah terbukti bahwa setiap kunjungan dari negara asing memiliki maksud terselubung dibaliknya. “Tidak ada makan siang gratis” adalah semboyan negara Barat ketika menjalin aktivitas politik dalam bentuk kerjasama dengan negeri-negeri muslim. Inggris dalam hal ini TBI, menawarkan jalinan kerjasama dengan Indonesia. Pemerintah Indonesia pun sangat bersuka cita dalam menyambut tawaran kerjasama ini. Karena merasa bangga mendapatkan kesempatan emas atas kerjasama tersebut.
Padahal setiap bentuk tawaran kerjasama, tidak memberikan keuntungan apapun kepada Indonesia, khususnya rakyat. Kerjasama dalam bentuk investasi, pinjaman modal (utang) dan lain-lain hanyalah bentuk tipu muslihat negara Barat untuk menguras habis kekayaan alam dan bisa leluasa mendikte negara ini. Negara Barat tidak serta merta menawarkan jalinan kerjasama, apabila Indonesia bukanlah negara yang kaya raya. Karena negara mereka berkhidmat pada sistem kapitalisme yang fokus tujuannya adalah meraih keuntungan materi sebanyak-banyaknya melalui berbagai bentuk kerjasama politik.
Rakyat sudah merasakan hasil kerjasama Indonesia dengan negara-negara Barat. Negeri ini kehilangan kedaulatan dan kemandirian baik secara ekonomi, politik dan keamanan. Hal ini sangat berdampak buruk pada perekonomian rakyat, yang semakin hari semakin sulit untuk mendapatkan hidup yang makmur dan sejahtera. Jadi sudah sangat jelas bahwa bukan rakyat yang akan diuntungkan dari segala bentuk kerjasama ini, melainkan para penguasa dan oligarki yang mendapatkan keuntungan besar.
Keikutsertaan negeri-negeri muslim dalam berbagai bentuk kerjasama ini, sesungguhnya menjadikannya masuk dalam cengkeraman dan jebakan negara-negara Barat. Sehingga seperti yang kita lihat pada hari ini, negeri-negeri muslim hanya dijadikan korban dan bagian dari permainan negara-negara Barat. Sedangkan penguasa yang diberi amanah untuk menjaga dan melindungi rakyatnya, justru menjadi penguasa boneka sekaligus antek-antek mereka dalam memuluskan semua kepentingan mereka.
Inilah bukti nyata pengkhianatan penguasa terhadap rakyatnya. Rakyat yang harusnya dilindungi dan dijaga dari berbagai ancaman dari negara Barat, malah dengan sukarela penguasa negeri ini menjadikan rakyat sebagai tumbal agar tetap melanggengkan kekuasaan dan tahta mereka. Sikap penguasa yang berkhianat kepada rakyat tidak lain merupakan hasil cetakan sistem yang menihilkan peran agama dari kehidupan. Penguasa dalam sistem ini hanya berfungsi sebagai fasilitator dan regulator, bukan untuk melayani dan melindungi rakyatnya.
Potret penguasa seperti fakta di atas, tidak akan dijumpai dalam sistem Islam (khilafah). Karena khilafah berfungsi sebagai junnah (perisai) yang melindungi rakyatnya dari segala sisi. Hadirnya penguasa dalam Islam (Khalifah) untuk menerapkan seperangkat aturan. Hal ini dilakukan untuk menjaga rakyatnya dari berbagai ancaman baik secara fisik maupun ideologi (mabda).
Untuk itu, khilafah tidak akan menjalin kerjasama apapun kepada negara Barat, seperti Inggris. Karena negara tersebut adalah salah satu negara yang berperan besar dalam menghancurkan perisai kaum muslimin, yaitu khilafah Islamiyyah 101 tahun yang lalu. Inilah peristiwa yang sangat menyakitkan bagi kaum muslim, yang mengakibatkan kaum muslim terkotak-kotak dengan nation state dan dengan mudah kaum muslim di berbagai wilayah dibantai, dianiaya dan diperangi oleh negara kafir Barat.
Allah Swt. telah mengingatkan hal ini dalam firmanNya, "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenarnya. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai padamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah” (TQS Al Baqarah : 120).
Ayat di atas telah menjelaskan bahwa negara kafir Barat sangat membenci kaum muslim. Mereka menginginkan agar kaum muslim mengikuti agama/aturan mereka. Salah satu bentuknya adalah kerjasama politik yang ditawarkan kepada negeri-negeri muslim. Karena mereka tidak rela kaum muslim berpegang teguh pada tali agama dari sang pencipta mereka. Sehingga mereka menghalalkan segala cara agar negeri-negeri muslim masuk dalam perangkap yang mereka buat.
Oleh karena itu, agar terlepas dari cengkeraman negara-negara kafir Barat, seluruh kaum muslim wajib menyatukan pemikiran dan menjadikan ideologi Islam serta merujuk pada metode dakwah Rasulullah. Agar kaum muslim dapat menegakkan kembali institusi khilafah. Tanpa khilafah, nasib negeri-negeri muslim bak buih di lautan. Jumlahnya banyak tetapi tidak memiliki kekuatan sehingga dengan mudah orang-orang kafir menganiaya dan menguasai kaum muslim.
Sudah cukup 101 tahun kaum muslim hidup tanpa perisai. Saatnya berjuang untuk mengembalikan tegaknya khilafah 'ala minhajin nubuwah di muka bumi ini. Menyambut bisyarah (kabar gembira) dari Allah dan Rasul-Nya akan tegak kembali khilafah kedua. Kabar gembira inilah yang menjadi pemacu semangat dan menjadi dorongan ruhiyah bagi para pengemban agama Islam dalam menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia.
Cepat atau lambat pertarungan antara yang hak dan batil akan segera berakhir. Cahaya kemenangan Islam akan segera menyingsing, meluluhlantakkan kekuatan kafir Barat dan mengembalikan posisi kaum muslim yang telah Allah sematkan sebagai khoiru ummah (umat terbaik). Wallahu a'lam.
0 Komentar