Potret Sistem Pendidikan Islam Dalam Mewujudkan Generasi Berkepribadian Islam



Generasi muda adalah penerus estasfet perjuangan bangsa dan menjadi ujung tombak peradaban. Di pundak generasilah bangsa ini menaruh harapan besar, untuk membawa bangsa ini pada kemajuan dan keberhasilan negaranya. Namun apa jadinya jika generasi yang menjadi harapan satu-satunya telah mengalami degradasi moral dan krisis identitas diri. Berbagai kerusakan yang dilakukan generasi saat ini menjadi bukti bahwa mereka kehilangan jati dirinya sebagai tulang punggung peradaban.

Salah satu contoh kerusakan generasi seperti yang terjadi di Kota Hujan. Dilansir Radar Bogor, 24/02/2022 bahwa Polresta Bogor Kota lagi-lagi mengamankan 92 remaja pelaku tawuran dan kekerasan serta mengamankan 33 buah senjata tajam dengan berbagai jenis. Sepanjang tahun 2021, akibat tawuran telah memakan jiwa, belum lagi yang mengalami luka berat. Di awal tahun 2022 saja sudah terjadi 15 kasus tawuran  dan kasus ini terus berulang.

Pemkot dan jajaran aparat kepolisian telah melakukan berbagai macam cara untuk mencegah tawuran yang rentan dengan kekerasan dan tak sedikit menimbulkan korban jiwa. Aparat senantiasa menghimbau kepada orang tua untuk senantiasa menjaga dan menasehati anak-anak mereka agar tidak terkontaminasi dengan kelompok/geng tawuran tersebut.

Namun upaya tersebut tidak membuat angka tawuran di kalangan remaja mengalami penurunan. Justru kasus tawuran terus merangkak naik, walaupun berbagai upaya sudah dilakukan untuk memberantas kasus tawuran yang tengah menggejala dikalangan remaja. Hingga kini tawuran masih menjadi PR besar yang harus dihadapi oleh pemkot Bogor. Bahkan seakan sangat sulit memberantas kasus tawuran, walaupun aparat keamanan sudah memberikan sanksi yang berat.

Jika kita mencermati maraknya kasus tawuran yang melanda generasi muda saat ini, diantaranya diakibatkan adanya krisis identitas diri yang dialami oleh remaja. Ikut tawuran merupakan salah satu bentuk eksistensi diri remaja yang kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim. Hal ini tak lepas dari sistem pendidikan kapitalis sekuler yang telah gagal dalam mencetak generasi pembangun peradaban dunia.

Sistem pendidikan kapitalis sekuler yang mengadopsi pemisahan agama dari kehidupan, menjadikan pelajaran agama tidak memiliki korelasi positif terhadap perilaku generasi. Pasalnya, pelajaran agama yang diberikan oleh sekolah dari TK hingga perguruan tinggi hanya berkaitan dengan hubungan hamba dengan penciptanya. Padahal dalam Islam, agama memiliki aturan yang komprehensif untuk mengatur kehidupan manusia.

Namun sayangnya, ilmu agama (Islam) yang ditransfer kepada siswa hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan ibadah semata. Sedangkan ketika mereka mempelajari ilmu umum tidak pernah dikaitkan dengan pemahaman dari ilmu agama. Sehingga lahirlah generasi yang pintar secara akademik tetapi miskin dari sisi moralnya. Pemisahan inilah yang menjadikan sumber kerusakan dan kehancuran yang mendera generasi saat ini.

Potret kerusakan generasi ini tidak pernah terjadi di masa kejayaan Islam. Sejarah mencatat kegemilangan generasi emas, dimana generasi muslim pada saat itu adalah generasi yang bukan hanya faqih fiddin (menguasai ilmu agama) tetapi juga mumpuni dan terdepan dalam sains dan teknologi. Bahkan bukan hanya menguasai satu bidang ilmu tetapi mampu menguasai beberapa ilmu. Deretan nama-nama para penemu, penakluk dan polymath menjadi bukti nyata keunggulan sistem pendidikan Islam.

Keberhasilan sistem pendidikan Islam, tak lain karena Islam berasal dari Sang Pencipta manusia. Yang menciptakan manusia beserta aturan hidup yang terperinci, sebagai petunjuk manusia dalam mengarungi kancah kehidupan. Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk membentuk syakhshiyyah islamiyyah (kepribadian Islam) yang terdiri dua hal yaitu pola pikir dan pola sikap. Tujuan pendidikan teraplikasikan dalam semua mata pelajaran yang didapatkan oleh para generasi di bangku sekolah. Dari level TK hingga perguruan tinggi.

Dengan kata lain, akidah Islam dijadikan sebagai landasan kurikulum dan diterapkan dalam setiap pembelajaran. Akidah Islam sebagai fondasi yang ditanamkan kepada para generasi, sehingga mereka memahami bahwa setiap amal yang mereka lakukan akan dimintai pertanggungjawaban di yaumil hisab kelak. Serta menjadikan Al-Qur’an sebagai hafalan dan panduan amal hingga akhir hayatnya.

Dengan landasan inilah generasi muslim mampu memberikan kontribusi terhadap peradaban dunia. Kisah sosok generasi emas di usia yang sangat belia mampu menaklukkan kota Konstantinopel, Muhammad Al Fatih, membuktikan bagaimana generasi muslim di masa mudanya menggunakan usia dan waktu yang dimiliki untuk fastabiqul khairat demi kemaslahatan umat. Masih banyak lagi kisah generasi muslim yang memiliki kehebatan dan keistimewaan, yang tidak lain merupakan bukti keberhasilan pendidikan dalam sistem Islam.

Selain itu, peran negara (khilafah) juga menjadi institusi terpenting dalam mewujudkan generasi emas. Negara memfasilitas dan memenuhi apa saja yang dibutuhkan rakyatnya untuk menuntut ilmu. Ilmulah yang menjadi ukuran kedudukan mulia atau tidaknya manusia. Kewajiban menuntut ilmu diperjelas melalui firman-Nya, "Allah mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan” (TQS Al Mujadalah : 11).

Selain itu, negara sebagai junnah (perisai/pelindung) harus senantiasa menjaga generasi dari hal-hal yang dapat merusak perilaku mereka. Baik dari media sosial, lingkungan dan masyarakat. Negara bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang kondusif bagi generasi sehingga mereka terhindar dari hal-hal yang merusak. Negara pun memberikan sanksi tegas kepada siapa saja yang dengan sengaja menyebar konten yang berbau kekerasan ataupun pornografi.

Dengan tahapan mekanisme ini, para generasi akan terselamatkan dari berbagai kerusakan dan kekerasan. Akan sangat mudah mewujudkan generasi emas pembangun peradaban Islam yang mulia dalam naungan khilafah. Namun selama khilafah --yang menerapkan sistem pendidikan Islam kepada generasi-- belum terwujud, maka kerusakan generasi akan terus terjadi.

Oleh karena itu, khilafah adalah solusi tuntas untuk mengatasi masalah generasi dan masalah multidimensi yang melanda negeri ini. Sudah saatnya seluruh umat Islam merapatkan barisan untuk memperjuangkan khilafah agar dapat menyelamatkan  masa depan generasi pembangun peradaban Islam dan mengembalikan predikat khairu ummah (umat terbaik) ke tengah-tengah umat. Wallahua'lam.


Penulis : Siti Rima Sarinah

Posting Komentar

0 Komentar