Diawal pemaparannya Ustadz Ismail dalam acara Tahrib Ramadhan Mubarak yang bertajuk “Agar Ramadhan Lebih Berkah Dengan Syariah Kaffah” menjelaskan bahwa tujuan utama diwajibkannya berpuasa agar kita sebagai umat Islam semakin bertakwa. Takwa menurut para ulama dikatakan sebagai fi’lul wajibat wal tarkulmuharomat (melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua yang diharamkan) oleh Allah swt.
Puasa sesungguhnya adalah ibadah yang bentuknya fisikal, yang secara dzahir kita tidak makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Ibadah yang fisikal hasilnya sesuatu yang non fisikal yaitu takwa. Takwa itu adalah sesuatu yang non fisikal. Hal ini perlu kita renungkan bahwa ketika kita beribadah/ beragama diperlukan dua hal penting. Yang pertama kemampuan, bahwa seluruh ibadah mampu dilakukan oleh manusia. Karena Allah mengetahui batas kemampuan manusia tatkala menciptakannya. Contohnya kewajiban puasa dan zakat yang diperintahkan Allah kepada manusia, karena Allah mengetahui dimana ambang batas manusia mampu untuk menunaikan kewajiban tersebut dan memberikan rukshoh/keringanan agar manusia bisa melakukan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
Allah menciptakan agama ini agar dapat dikerjakan dengan mudah bahkan ringan. Namun masih banyak orang yang tidak menunaikan kewajiban agama, seperti yang kita lihat hari ini amasih ada yang tidak mau sholat dan membayar zakat meskipun dia mampu. Dan di bulan Ramadhan masih banyak yang tidak mau berpuasa. Mengapa hal ini terjadi, Ustadz Ismail melanjutkan penjelasannya, karena selain kemampuan yang kedua juga diperlukan kemauan tanpa kemauan, yang berat atau yang ringan enggan untuk tidak lakukan.
Sesungguhnya puasa ini menempa kemampuan kita untuk taat. Ketika ada kemauan yang haram atau yang halal bisa kita tinggalkan jika makan disiang hari dibulan Ramadhan dilarang untuk dilakukan. Semua itu bisa dilakukan selama ada kemauan untuk taat, itulah takwa. Nabi berkata bahwa sesungguhnya puasa itu adalah sesuatu yang bersifat non fisikal dan ini harus direnungkan dan dihayati.
Inilah yang harus kita capai, bagaimana kita melaksanakan puasa dengan penuh penghayatan sehingga kita bisa menempa kemampuan kita untuk taat dan jadilah kita orang yang semakin bertakwa.
Jika dikaitkan dengan hubungan masyarakat, bahwa masyarakat adalah kumpulan individu, sistem dan aturan. Jika diisi dengan orang-orang yang memiliki kemauan taat kepada Allah, kemudian membuat aturan dalam rangka taat kepada Allah, jadilah masyarakat yang penuh keberkahan. Inilah yang dikatakan oleh Allah “Andai penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa akan dibukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi”. Bertambahnya kebaikan dan pahala, jadi Ustadz menekankan, puasa sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial bermasyarakat.
Karena taat kepada Allah inilah, seharusnya ia menyusun aturan dalam rangka taat kepada Allah. Namun, jika puasa tidak memberi pengaruh untuk taat, maka juga tidak akan ada pengaruh bagi individu maupun masyarakat. Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa kecuali lapar dan haus”. Tidak mendapatkan pahala, hikmah dari puasa juga tidak dan hal ini dikhawatirkan terjadi.
Puasa dikatakan agar menjadikan sesorang menjadi takwa. Namun saat ini orang yang bertakwa yang mau menerapkan Islam secara kaffah disebut radikal. Ustadz menjelaskan terkait hal ini bahwa jika ia melihat dengan kacamata taklwa , maka ia akan suka melihat orang bertakwa. Tetapi jika kacamatanya un-takwa, maka jika ia melihat orang yang bertakwa ia tidak suka. Karena ketidaksukaan itulah disebut dengan berbagai macam sebutan dengan konotasi negatif.
Orang yang bertakwa yang maun menerapkan aturan Islam kaffah, dan hal itu dipuji oleh Allah sebagai orang yang paling disisiNya. Hari ini disebut sebagai orang yang jelek, dan ini sangatlah menyedihkan
Semua orang menginginkan masuk surga, dan jaminan untuk masuk surga hanyalah takwa. Seharusnya takwa menjadi pusat perhatian, karena itu seluruh kegiatan individu, keluarga, masyarakat dan negara harus mengarah kesana, Ustadz menekankan. Karena negara memiliki pengaruh paling besar terhadap kehidupan masyarakat. Kita patut cemas. Ketika negeri ini menjauhi prinsip-prinsip takwa, ini akan menimbulkan persoalan kerusakan didalam kehidupan nyata sekarang ini, yang nampak dari contoh-contoh yang telah Ustadz sampaikan.
Karena orang-orang yang mengajak kepada takwa untuk mendapatkan berkah itu, justru mendapatkan kriminalisasi luar biasa. Ustadz mengingatkan, bahwa kita tidak boleh putus asa , tetap berjuang meskipun ada resiko dan ada harapan.
Di akhir pemaparannya, Ustadz menyampaikan program khilafah channel yang membahas topik-topik aktual dan menjawab keraguan tentang syariah dan khilafah, sebagai wadah untuk mencari ilmu. Dan sebagai closing ustadz menyampaikan, penting bagi kita menyambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan. Kegembiraan itu apabila kita memahami bahwa yang akan datang adalah tamu yang sangat istimewa. Mengaajak semua orang-orang ada disekitar kita untuk menyambut Ramadhan dengan bersuka cita. Dan puasa harus ditujuan untuk meraih takwa harus menjadi spirit dan energi tetap istiqomah dalam memperjuangkan dakwah
Reporter : Rima Sarinah
0 Komentar