Duka. Itulah yang dirasakan kaum perempuan saat ini, tatkala berbagai problematik menimpa mereka. Di era kapitalis ini, perempuan menjadi komoditas seksual dan benda yang dinikmati semata. Tidak diperhatikan kemanusiaannya, tetapi lebih pada feminitasnya. Berbagai pelanggaran dan kejahatan dialami perempuan seperti perzinaan, pelacuran, aborsi, perselingkuhan, homoseksual dll yang mengakibatkan timbulnya penyakit mental dan fisik pada perempuan. Tak hanya itu, di ranah keluarga perempuan pun mengalami kerusakan hubungan dan disintegrasi. Masa depan generasi dan umat pun terancam. Hal ini diungkap oleh Ustadzah Dedeh Wahidah dalam acara Talkshow Muslimah Tangerang Selatan via daring bertema Membongkar tuntas Carut-marut Problematik Perempuan Era Kini pada Sabtu (19/2).
Ustadzah Dedeh menjelaskan bahwa penyebab berbagai problematik perempuan adalah adanya penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekulerisme. “Umat tidak lagi berpegang pada ajaran agama. Mereka menghalalkan segala hal selama itu menguntungkan,” jelasnya. Pergaulan bebas merajalela, serta hubungan seksual dianggap sebagai motivasi kehidupan. Penyebab nestapa perempuan lainnya adalah masuknya ide moderasi beragama dan feminisme yang meracuni pemikiran perempuan. Moderasi Islam ala Barat menghendaki karakter muslimah harus moderat, yaitu mendukung demokrasi, mengakui HAM (termasuk kesetaraan gender dan kebebasan beragama), menghormati sumber hukum non-agama, dan menentang terorisme dan kekerasan (menurut tafsiran Barat). “Kaum Feminis menggugat dan mengobok-obok syariat seputar perempuan seperti pembagian waris, pakaian, poligami, sunat perempuan, kepemimpinan laki-laki atas perempuan, serta peran perempuan sebagai ibu rumah tangga,” ulas Dedeh.
Lantas, apa solusi tuntas carut-marut problematik perempuan era kini? “Penerapan Islam kaffah adalah solusi untuk menyelamatkan perempuan dari kenestapaan,” ujar Dedeh. Islam memiliki strategi untuk memuliakan perempuan dengan penerapan berbagai sistem seperti sistem sosial, sistem pendidikan, sistem ekonomi dsb yang dilakukan oleh negara. Negara, merupakan perisai hakiki bagi perempuan. Negara bertanggungjawab menjadikan keluarga agar menjadi benteng yang kokoh di lingkup terkecil. Keluarga dibentuk agar mampu menjalankan fungsinya, di mana ayah adalah qawwam (pemimpin) yang mampu menjadi pemimpin dan menjalankan kewajiban sebagai wali. Sementara ibu berfungsi sebagai ummun wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). Sehingga, keharmonisan dan keseimbangan fungsi dalam keluarga akan terwujud.
Sejatinya, ada perbedaan peran negara dalam sistem Islam dengan kapitalis sekuler. Dalam Islam, negara memikul tanggungjawab dengan persentase paling besar dibanding keluarga dan masyarakat. Sementara di negara kapitalis sekuler, individu dan keluarga memiliki porsi paling besar. “Terbukti, sistem Islam mampu menjaga perempuan dan keluarga. Hal ini pernah berlangsung berabad-abad lamanya ketika Khilafah, sistem pemerintahaan dalam Islam diterapkan,” pungkas Dedeh.
Reporter: Noor Hidayah
0 Komentar