Beberapa bulan terakhir Bekasi dipenuhi dengan berita tawuran di beberapa wilayah. Tawuran yang dilakukan oleh remaja ini tidak hanya menelan korban jiwa, tapi merugikan material yang menyebabkan kebakaran sebuah kios dan kendaraan roda dua. Bahkan para remaja ini sudah tidak ada rasa takut lagi jika terlihat sedang membawa senjata tajam, seperti yang diberitakan detikjabar beberapa pemuda terlihat memamerkan celurit kepada orang sekitar di Jatiasih, Bekasi. (22/02)
Tak jauh dari sana juga terjadi tawuran antar remaja yang mengakibatkan kebakaran yang merugikan material sekitar 100 juta rupiah. Walaupun tidak memakan korban jiwa, tapi sebuah kios bahan bakar hancur dan motor yang sedang di parkir pun ikut terbakar (detikjabar).
Menurut kepolisan Polres Bekasi Kota akan segera mencegah terjadinya tawuran dengan menyiapkan tim lapangan secara bergantian untuk berjaga di wilayah-wilayah rawan tawuran. Walaupun sudah dijaga tetapi kepolisan belum membentuk tim khusus untuk mencegah tawuran (pojokbekasi).
Maraknya tawuran remaja di Bekasi mencirikan para pemuda saat ini sudah tidak ada rasa takut ataupun malu terhadap apapun yang mereka lakukan. Dengan pergaulan bebas yang sekarang sudah tertanam dalam benak para pemuda saat ini menjadikan mereka berpikir bahwa melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan pemuda normal bisa viral, menjadi pusat perhatian bahkan mereka malah tertawa saat ditangkap oleh kepolisian.
Karena mereka tahu hukuman yang akan diberikan hanga berupa peringatan dan penertiban berupa cukur rambut, dinasehati ataupun hukuman ringan lainnya selagi masih dibawah umur. Bahkan para remaja ini pun tidak takut dengan hukuman yang diberikan oleh kepolisian apalagi Allah Swt.
Penyebab terjadinya tawuran antar remaja ini banyak sekali. Mulai dari saling ejek di sosial media atau media lainnya seperti mencoret tembok atau saat bertemu dijalan.
Perundungan juga menjadi alasan tawuran saat ini karena pergaulan saat ini yang terbiasa berkelompok sesuai skala “sosial” yang menurut mereka nyaman dan sejalan dengan pemikiran mereka, lalu mereka merasa hebat dan berkuasa lalu merundung remaja lainnya yang dikira lemah. Saling rebut pacar juga masih menjadi alasan tawuran dan alasan ini sudah sejak dulu terhembus dipergaulan antar remaja.
Tak hanya pergaulan di sekolah tapi lingkungan dirumah juga menjadi alasan beberapa remaja ikut tawuran. Seperti kurangnya perhatian kedua orangtua yang sibuk mencari nafkah hingga tidak tahu bagaimana perkembangan anaknya sendiri, tidak punya waktu untuk memperhatikan kegiatan anaknya, bahkan sampai tidak peduli dengan keberadaan anaknya. Maka wajar saja jika seorang anak mencoba mengalihkan perhatian orangtuanya dengan mencari ulah disekolah.
Penyebab terjadinya tawuran remaja saat ini juga tak lepas dari lemahnya dunia pendidikan di Indonesia.Pendidikan saat ini secara teoritis memiliki visi dan misi yang bagus tapi sayangnya tidak sesuai dengan fakta yang ada. Pendidikan saat ini lebih mengedepankan nilai yang tinggi dibandingkan kemampuan dan bakar yang dimiliki oleh seorang murid.
Para murid tidak hanya disibukkan dengan mengejar nilai tinggi tapi juga les sana sini dari kedua orangtuanya, belum lagi jumlah tugas yang harus mereka selesaikan dirumah. Bahkan Ujian Nasional pun sudah sejak lama dinilai kurang efektif dijadikan standar kelulusan murid dari setiap jenjang pendidikan.
Hingga akhirnya menemukan akar dari permasalahan ini pemerintah sendiri. Pemerintah kurang serius dalam menanggapi tawuran remaja yang setiap harinya berulang, tidak hanya di Bekasi tapi juga di daerah lainnya. Pemerintah juga tidak mampu menetapkan kurikulum pendidikan yang bermutu dan tegas bagi para pemuda saat ini. Sehingga tidak mampu membentuk kepribadian yang baik bagi generasi penerus peradaban nanti. Seharusnya pemerintah bisa membentuk kurikulum tidak hanya secara pendidikan teori tapi juga pendidikan secara fisik seperti adab, pergaulan dan bagaimana mebentuk sakhsiyah sesuai dengan standar sang pencipta.
Akibat jauhnya pemerintah saat ini dari islam, sehingga tidak menjadikan islam sebagai standar hukum di negeri ini.
Islam memiliki solusi dengan pendidikan secara menyeluruh, mulai dari teori, kepribadian hingga disediakan pendidikan sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing para remaja. Islam juga menetapkan orangtua di rumah tidak bergantung pada pendidikan di sekolah saja, justru orangtua menjadi peran utama dalam membentuk kepribadian seorang anak. Orangtua dan para guru pun dilatih dan dibina agar memiliki standar kepribadian islam (sakhsiyah islamiyah). Sehingga tak hanya secara saintis dan teori seorang pemuda penjadi penerus peradaban di dunia ini tapi juga secara fisik dan kepribadiannya sudah siap. Maka tak akan ada lagi tawuran karena hal-hal sepele ini terjadi.
Penulis: Rifka Fauziah Arman, A.Md. Farm.,
0 Komentar