Ade Armando Dianiaya, Islam jadi Bulan-Bulanan

 


Meski lama bungkam, akhirnya mahasiswa bergerak turun ke jalan untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Konon, hal tersebut dipicu wacana penguasa untuk memperpanjang umur kekuasaannya menjadi tiga periode. Dilansir dari laman suara.com, 11/4/2022, sekitar 1000 mahasiswa dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di Gedung MPR/DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat. 


Namun, di tengah aksi tersebut terjadi pengeroyokan terhadap Ade Armando. Dia adalah seorang pegiat media sosial sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Dikutip dari halaman kompas.com, 12/4/2022, Ade Armando menjadi korban pengeroyokan saat aksi demo di DPR RI, Senin (12/4) lalu. Dia mengalami luka di bagian kepala akibat tindak kekerasan oleh sejumlah pelaku saat aksi unjuk rasa.


Fakta tersebut menimbulkan asumsi beragam. Entah merupakan skenario atau karena kebetulan, akibat kejadian itu substansi demo 11 April yang dilakukan mahasiswa ambyar. Laman GenPi.com, 13/4/2022 mewartakan bahwa Menurut Jamiluddin Ritonga, seorang pengamat komunikasi dan politik dari Universitas Esa Unggul, media massa akhirnya lebih banyak memuat pemukulan Ade Armando ketimbang aksi mahasiswa. Oleh karena itu, terkesan ada pergeseran isu di media dari tuntutan mahasiswa menjadi kekerasan yang dilakukan massa (genpi.com, 13/4/2022).


Jika kita bandingan respon media dengan aksi unjuk rasa yang juga dilakukan mahasiswa sebelumnya di Patung Kuda dan beberapa daerah di Indonesia, tentu sangat berbeda. Media sepi pemberitaan, miris. Hal tersebut membuktikan adanya pengalihan opini dari esensi tuntutan mahasiswa pada unjuk rasa tersebut.


Banyak pihak mengecam tindak kekerasan itu. Namun, tidak sedikit masyarakat yang merasa senang dengan musibah yang menimpa Ade. Alasannya, pernyataan Ade dikenal sangat kontroversial di media sosial. Hal ini senada dengan pernyataan Rocky Gerung. Laman GenPi.com, 12/4/2022 menulis bahwa menurut Rocky, kelakuan Ade Armando selama ini memang menunjukkan arogansi. Kapasitas Ade tidak lagi dipandang sebagai akademisi. Tetapi, citra pegiat media sosial dan buzzer yang justru menjadi salah satu motif pengeroyokan oleh massa.


Bahkan, banyak pengamat mengatakan bahwa pernyataan Ade yang kerap merendahkan ajaran Islam dan kaum Muslim sebagai penyebab kekerasan yang dialami. Seperti pernyataannya bahwa syariat itu tidak ada, dia Muslim tapi tidak percaya syariat, Allah bukan orang Arab dan azan tidak suci (suara.com, 13/4/2022).


Parahnya dalam kejadian ini lagi-lagi justru umat Islam yang menjadi sasaran fitnah. Laman sindonews.com, 12/4/2022, merilis bahwa Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid menyatakan bahwa pelaku pengeroyokan Ade Armando saat demo 11 April di Gedung DPR memiliki pola pikir yang mirip dengan kelompok terorisme. Menurutnya, kuat dugaan para pelaku kekerasan tersebut terpapar virus takfiri.


Tidak ketinggalan, Permadi Arya alias Abu Janda yang sangat benci dengan ajaran Islam dan pengembannya juga turut mengomentari peristiwa itu. Dia menyindir pihak yang menganiaya Ade Armando saat puasa Ramadan merupakan "Sel Tidur ISIS". Dia menyebut bahwa penganiayaan ini adalah cermin dari radikalisme.


Tentu tuduhan tersebut adalah bentuk kezaliman yang nyata. Umat Islam selalu saja menjadi bulan-bulanan para pembenci. Mereka menggunakan standar ganda untuk menjatuhkan citra buruk ajaran Islam dan penganutnya. Kasus penganiayaan Ade Armando saat aksi unjuk rasa mahasiswa dibesar-besarkan. Padahal, sebelumnya juga terjadi tindak kekerasan yang dilakukan oknum kepolisian kepada mahasiswa saat unjuk rasa. Mahasiswa dibanting hingga kejang. Tapi, ujung-ujungnya diselesaikan secara kekeluargaan.


Inilah nasib hidup di bawah naungan sistem demokrasi sekularisme. Umat Islam dan ajarannya selalu saja jadi kambing hitam dalam setiap kekisruhan yang dibuat oknum tidak bertanggung jawab. Hukum siap sedia untuk orang-orang atau hal-hal yang dekat dengan penguasa. Namun, "buta" untuk rakyat jelata dan umat Islam. 


Buktinya, Polisi bisa dengan sigap menangkap pelaku pengeroyokan Ade Armando. Pihak kepolisian memakai teknologi canggih untuk mengidentifikasi yakni metode face recognition. Namun, untuk menangkap para koruptor kelas kakap tidak memiliki daya sama sekali. Selain itu, pelaku penembakan pada kasus KM. 50 justru divonis bebas. 


Pemerintah selalu memiliki power ketika kekuasaan dirasa sedang terancam. Tapi luput dengan kewajiban utamanya dalam meri'ayah rakyatnya. Di saat pemerintah belum bisa menangkap para mafia minyak sawit dan minyak goreng, mengendalikan harga BBM dan harga kebutuhan pokok, mereka justru sibuk fokus pada masalah radikalisme yang belum jelas faktanya.


Namun, hal tersebut wajar dalam sistem bobrok yang sedang sekarat ini. Sistem Demokrasi memang akan terus memproduksi pemimpin yang culas dan tamak. Sehingga, kepentingan rakyat menjadi nomor kesekian. Siapa saja yang dianggap berseberangan dan mengancam eksistensinya, maka akan dilibas.


Kesibukan rezim menggoreng isu radikalisme dan terorisme adalah gambarannya. Sikapnya seolah mengonfirmasi bahwa penguasa sengaja mengecoh perhatian umat atas kegagalannya dalam mengurus rakyat. Penguasa tidak ingin terlihat tidak becus kerjanya. Oleh karenanya, mereka justru menebar isu-isu receh di tengah masyarakat.


Allah SWT mengingatkan kita dalam firman-Nya, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil sebagai pemimpin kalian orang-orang yang membuat agama kalian menjadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelum kalian dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Bertakwalah kalian kepada Allah jika kalian betul-betul kaum Mukmin” (QS al-Maidah [5]: 57).


Oleh karena itu, "nyinyiran" dan fitnah yang ditujukan orang munafik kepada umat Islam tidak akan berakhir jika sistem ini masih menaungi. Beralih pada sistem shahih buatan iLlahi Rabbi merupakan jalan keluar agar umat Islam tidak terus-menerus direndahkan. Dengan aturan Islam yang sempurna, kesejahteraan rakyat merupakan keniscayaan.


Islam akan mencetak pemimpin bertakwa yang amanah. Rakyat tidak perlu harus sampai turun ke jalan hanya untuk memperjuangkan kebutuhan dasarnya. Kezaliman dan aksi main hakim sendiri tidak akan dibiarkan. Keadilan akan didapatkan rakyat tanpa pandang bulu. Sehingga, kejahatan jalanan minim terjadi. Oleh karenanya, hanya dengan menaati aturan Allah SWT maka kehormatan kaum Muslim dan kesejahteraan rakyat akan diraih. Wallahualam bishawab.


Penulis: Anggun Permatasari

Posting Komentar

0 Komentar