Aksi di Tengah Oligarki


Hari ini tepatnya tanggal 11 April 2022, sekitar 1000 massa mahasiswa dipastikan akan turun. Mereka melanjutkan aksi demonstrasi di depan istana yang sudah berlangsung sejak Jumat, 1 April yang lalu. Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus melakukan long march dari kampus Trisakti menuju Istana Negara.

Setidaknya ada 6 tuntutan utama yang diusung dalam aksi kali ini. Yakni, pertama, menuntut Presiden Joko Widodo bersikap tegas menolak dan memberikan pertanyaan sikap terhadap penundaan Pemilu 2024; kedua, menuntut dan mendesak Presiden Jokowi untuk menunda dan mengkaji ulang UU IKN; ketiga, mendesak untuk menstabilkan harga dan ketersediaan bahan pokok di masyarakat.

Adapun tuntutan keempat, berharap Presiden Jokowi mengusut tuntas para mafia minyak goreng serta mengevaluasi kinerja menteri terkait; kelima, menuntut penyelesaian konflik agrarian; dan keenam, meminta presiden dan wakil presiden berkomitmen penuh dalam menuntaskan janji kampanya di sisa masa jabatannya.

Sayangnya, aksi mahasiswa yang sudah berjalan sekian hari ini terasa kurang menggigit. Mengapa demikian? Sebab isu yang diusung terkesan lebih sarat pada kepentingan politik tertentu. Jika dicermati, poin pertama dari tuntutan mahasiswa terkait dengan penundaan pemilu yang memang sedang ramai disuarakan. Tentu poin ini adalah isu sensitif bagi kalangan parpol yang berkepentingan, bukan isu sensitif di kalangan mahasiswa dan masyarakat.

Apalagi sebelumnya polemik ini sudah terjadi. Terbaca pula oleh masyarakat bahwa isu ini lekat dengan upaya mempertahankan kekuasaan hingga 3 periode. Kasus Silatnas Apdesi (29/03/22) yang pada akhirnya digunakan untuk mendukung 3 periode beberapa waktu yang lalu cukup menunjukkan gambaran akan hal ini. Belum lagi pertemuan LBP dan Puan di Bali tanggal 25 Maret lalu yang menurut pengamat politik, Ujang Komarudin, bisa juga dianggap sebagai rangkaian skenario untuk memuluskan 3 periode (akurat.co, 27/02/22). Pertanyaannya, lantas apa kepentingan mahasiswa dengan isu ini?

Bisa saja aksi mahasiswa ini dibuat untuk menunjukkan bahwa proses demokrasi sedang berjalan di Indonesia. Ada suara publik yang didengar. Suara publik itu diwakili oleh mahasiswa sebagai legitimasi bahwa demokratisasi berjalan pada rel yang seharusnya. Meski ada kemungkinan ke depan, kondisi akan berbalik. Jadi yakinkah bahwa isu tersebut murni suara mahasiswa tanpa ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu?

Di tambah lagi mahasiswa tak lagi seia sekata dalam masalah ini. BEM Nusantara sudah menyatakan diri tidak ikut dalam aksi tanggal 11 April ini. Mereka lebih memilih audiensi dan tidak turun ke jalan. Begitu pula dengan BEM UI. Kepala Biro Humas BEM UI, Navio, membenarkan pihaknya tidak akan turun bersama ribuan mahasiswa lainnya esok. (Tribunnews.com, 10/03/22)

Perbedaan penyikapan antara BEM SI dan BEM Nusantara ini secara tidak langsung menunjukkan adanya upaya yang tak kasat mata untuk men-drive pergerakan mahasiswa dalam meneriakkan isu-isu tertentu. Jadi mahasiswa sebagai agent of change kini tak lagi murni mengusung idealisme. Pergerakan mahasiswa kini lebih sarat pada kepentingan politik pihak-pihak tertentu yang ada di belakang layar.

Wajar jika kemudian banyak yang pesimis bahwa aksi mahasiswa di tengah oligarki saat ini takkan berbuah pada reformasi ataupun revolusi apapun. Kecuali pergerakan mahasiswa ini dilandasi oleh pemahaman yang benar akan konsep perubahan masyarakat sebagaimana dipahami dalam QS. Ar Ra’du: 11

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’du: 11)

Metode perubahan masyarakat ini juga telah dicontohkan Rasulullah saat beliau hijrah dari Mekkah ke Madinah. Karenanya jika mahasiswa ingin melakukan upaya perubahan ke arah yang lebih baik, maka mencontoh metode perubahan Rasul adalah satu-satunya jalan yang dijamin kebenaran dan keberhasilannya oleh Allah swt. Dengan begitu oligarki takkan bisa men-drive-nya untuk kepentingan politik tertentu apapun.


Penulis: Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar