Allah swt pasti akan selalu menguji hamba Nya yang mengaku beriman pada Nya. Besarnya ujian tentunya tergantung dari kadar keimanannya pada Allah ta’ala. Seperti ujian yang telah dilalui oleh orang-orang yang beriman saat itu di daerah Najran, Yaman.
Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 523 M yang berjarak hampir setengah abad sabelum Rasulullah saw lahir. Islam pun belum turun, yang saat itu ada adalah Nasrani yang didakwahkan oleh para pendeta. Karena jarak peristiwanya cukup dekat dengan kelahiran Rasulullah, maka kisah ini populer di kalangan bangsa Arab tak terkecuali, Makkah.
Dalam Alquran surat Al Buruj: 1-8, dikisahkan bahwa suatu saat di kota Najran, dekat perbatasan Yaman hiduplah seorang raja yang mengaku Tuhan dan memiliki tukang sihir yang menjadi orang kepercayaannya. Penyihir tua tersebut meminta pada raja untuk dicarikan pemuda agar ia dapat meneruskan ilmunya pada pemuda tersebut.
Kemudian dibuatlah sayembara pada para pemuda untuk menggantikan tukang sihir raja. Akhirnya terpilihlah seorang pemuda bernama Ghulam, seorang pemuda cerdas untuk dikirim kepada sang penyihir untuk dijadikannya murid. Selain itu Ghulam juga dipenuhi kebutuhannya dengan diberi perhiasan, agar mau untuk terus belajar ilmu sihir.
Keesokan harinya Ghulam berangkat ke rumah tukang sihir untuk berguru padanya. Namun saat di tengah perjalanan, ia mendengar suara di gua, kemudian ia masuk ke gua tersebut. Ternyata di sana terdapat seorang pendeta yang sedang duduk berdoa.
Ghulam kemudian menemui sang pendeta seraya berkenalan dan ingin mengetahui apa yang ia lakukan di gua tersebut. Saat itu Ghulam mulai tertarik untuk juga berguru pada pendeta tentang ke Tuhanan. Namun sang pendeta berpesan agar keberadaannya dirahasiakan kepada siapapun.
Aktivitas berguru pada dua orang itu, Ghulam lakukan terus dan terus. Hingga suatu saat setelah ia sudah mempunyai ilmu sihir yang cukup dan ilmu agama yang juga mendalam, terjadi sebuah peristiwa. Saat ia berjalan menuju kota setelah ia belajar, di tengah jalan terdapat hewan entah dari mana datangnya yang menghalangi jalan dan tidak bisa disingkirkan oleh penduduk.
Penduduk setempat mengamanahkan urusan hewan tersebut pada Ghulam, mengetahui ia adalah murid sang penyihir. Ghulam membatin bahwa inilah saatnya untuk membuktikan ilmu mana yang lebih benar, apakah ajaran ke Tuhanan dari sang pendeta ataukah ilmu dari si penyihir.
Kemudian ia mengambil batu kecil seraya berkata dalam hati, “Ya Allah buktikanlah apabila ajaran Mu benar”, kemudian ia berkata,”Bismillahi Allahu Akbar” dan dilemparlah batu kecil itu. Ternyata setelah dilempar dengan batu, hewan tersebut mati. Kemudian banyak dari masyarakat yang mendatanginya dan mengatakan “Hebat sihirnya”.
Mendengar itu Ghulam mengatakan bahwa sihir itu bohong dan semua itu dusta. Sehingga mulailah ia mendakwahkan agama Nasrani di wilayah Yaman. Sehingga ia sibuk dengan aktivitasnya yang baru, kemudian penyihir melaporkan pada raja bahwa Ghulam tidak pernah datang lagi untuk menuntut ilmu sihir. Maka sang raja memerintahkan para prajurit untuk mencari Ghulam.
Prajurit ini melaporkan kepada raja tentang aktivitas Ghulam yang baru, yaitu mendakwahkan agama Nasrani di tengah penduduk. Tentu saja sang Raja terkejut dan menyuruh para prajurit untuk menangkapnya. Kemudian sang raja memerintahkan untuk menjatuhkan Ghulam dari atas gunung.
Dalam perjalanan, Ghulam menasihati para prajurit bahwa sang raja bukanlah Tuhan, ia hanya manusia biasa. Namun para prajurit tidak mau mendengar nasihat Ghulam. Kemudian Ghulam berdoa, dalam riwayat Bukhori dijelaskan bahwa doa ini dilakukan bila ada orang terzolimi. Ia katakan “Hamba sudah berusaha Ya Allah, maka ambil alihlah orang-orang ini”.
Maka Allah turunkan badai yang besar di gunung, dan menjatuhkan para prajurit dari gunung, tinggal Ghulam seorang diri. Kemudian ia kembali lagi ke istana. Mendengar hal itu, sang raja makin marah. Kemudian raja melakukan cara lain untuk membunuh Ghulam, yaitu dengan diikat dengan batu besar dan dibuang ke laut.
Penduduk yang mendengar dan melihat peristiwa itu berkata bahwa bila Ghulam selamat lagi dari cobaan ini, maka saya akan beriman pada Isa as. Ghulam menasihati para prajurit tersebut dan jawabannya sama dengan yang lalu, mereka tidak mau beriman. Kemudian Ghulam meminta kepada Allah dengan doa yang sama.
Tiba-tiba datang pertolongan Allah, datang ombak besar dan rantai yang mengikat Ghulam lepas. Semua tenggelam namun Ghulam selamat dan berenang ke pantai dan ia berkata pada panduduk bahwa Allah yang menyelamatkan saya. Kemudian ia kembali lagi pada raja. Sang raja masih terus berusaha untuk membunuh Ghulam, namun ia bingung dengan cara apa.
Lalu Ghulam menawarkan cara, yaitu Anda ambil busur panah saya ini dan kumpulkan masyarakat Yaman lalu panahlah saya dengan membaca “Bismillahi Rabbul Ghulam” (Dengan menyebut nama Tuhannya Ghulam). Dengan cara tersebut engkau bisa membunuhku, karena yang bisa membunuh saya adalah Allah swt bukan engkau.
Tanpa berpikir panjang, maka sang raja melakukan apa yang dikatakan Ghulam tersebut. Maka dikumpulkanlah panduduk Yaman dan ia bersiap untuk memanah dengan busur pemuda beriman tersebut. Dikatakan dalam buku ssejarah bahwa penduduk yang terkumpul berjumlah kurang lebih 20.000 orang, selain itu prajurit pun juga ribuan yang berkumpul.
Kemudian sang raja pun bersiap untu memanah pemuda tersebut. Dengan suara yang lantang ia berkata, “Bismillahi Rabbul Ghulam”. Seketika itupun Ghulam wafat. Melihat hal tersebut seluruh manusia yang terkumpul bukannya mengacungi jempol pada sang raja, justru mereka semua beriman pindah ke agama Nasrani.
Tentu saja melihat hal itu sang raja marah luar biasa. Lalu ia memerintahkan untuk menyiapkan parit yang penuh dengan api, lalu satu persatu penduduk di lemparkan ke api karena mereka tak mau mengakui sang Raja adalah Tuhan.
Salah satu dari penduduk terdapat seorang ibu yang menggendong bayinya, saat sang ibu menuggu giliran untuk dilempar ke api, tentu ia khawatir dengan keselamatan sang bayi. Namun atas ijin Allah swt, bayi tersebut berbicara,”Lompatlah wahai ibu, karena engkau di jalan yang benar”. Seperti yang disebutkan dalam quran surat Alburuj ayat 8,”Mereka menyiksa orang mukmin itu hanya karena orang mukmin itu beriman kepada Allah Maha Terpuji”.
Dalam kisah tersebut bisa diambil ibroh bahwa sejak zaman dahulu kebenaran akan selalu bertentangan dengan kedzoliman. Pada akhirnya yang kalah adalah kemungkaran dan yang menang adalah kebenaran. Sehingga istiqomahlah sampai akhir hayat di jalan Allah swt.
Wallahu’alam
Penulis : Ruruh Hapsari
0 Komentar