وَسَا رِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 133)
Sobi Bestie, menurut Tafsir Al Musayyar, dalam ayat di atas, Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk bersegera menuju sesuatu yang menjadikannya mendapat ampunan dari Allah, dan sesuatu yang menjadikannya masuk ke dalam surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi.
Keberuntungan dengan memperoleh keridaan dan kenikmatan disediakan bagi para kekasih-Nya. Adapun para kekasih-Nya semasa hidupnya yang gemar melakukan ketaatan dan menjauhi hal-hal yang diharamkan. Mereka senantiasa memakan barang yang halal, berkata baik, amar ma’ruf nahi munkar dan bersegera terhadap kebaikan, maka baginya berhak mendapat ampunan dari Allah dan diangkat derajatnya serta menjadi penghuni surga.
Sobi Bestie, ternyata untuk meraih ampunan dan dapet anugerah Kartu Tanda Penduduk eh Penghuni Surga dari Allah Swt, selain harus taat sama seluruh perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Kita juga harus gercep alias bersegera untuk menjalankan syariatnya. Gak pake nanti, apalagi tapi.
Ke-gercep-an dalam menjalankan syariat sukses dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan generasi sahabat dan sesudahnya. Dalam riwayat Al Bukhari dari Abu Saru’ah, beliau berkata : Suatu saat aku shalat Ashar di belakang Nabi saw. di Madinah. Kemudian beliau saw. membaca salam dan cepat-cepat berdiri, lalu melangkahi pundak orang-orang yang ada di masjid menuju ke sebagian kamar istrinya. Maka orang-orang pun merasa kaget dengan bergegasnya Nabi. Kemudian Nabi saw. keluar dari kamar istrinya menuju mereka. Nabi melihat para sahabat sepertinya merasa keheran-heranan karena bergegasnya beliau. Kemudian beliau saw. berkata, “Aku bergegas dari salat karena aku ingat suatu lantakan emas yang masih tersimpan di rumah kami. Aku tidak suka jika barang itu menahanku, maka aku memerintahkan (kepada istriku) untuk membagi-bagikannya.”
Dalam riwayat Muslim yang lain Nabi saw. bersabda: “Aku meninggalkan sebuah lantakan emas dari zakat di rumahku dan aku tidak suka menahannya.”
Hadits ini memberi petunjuk kepada kaum Muslim agar bersegera dan cepat-cepat melaksanakan perkara yang telah diwajibkan Allah Swt. kepada mereka.
Al-Bukhâri meriwayatkan dari al-Barrâ’, beliau berkata: Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw. shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan; dan Beliau lebih menyukai untuk menghadap Ka’bah. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Sungguh Aku telah melihat bolak-baliknya wajahmu ke Langit agar Aku menghadapkanmu ke Kiblat yang kamu sukai.” Maka Nabi saw. pun salat menghadap ke Ka’bah. Pada saat itu ada seorang laki-laki yang salat Ashar bersama beliau saw., kemudian ia keluar menuju kaum Anshar, dan berkata dirinya bersaksi bahwa ia salat bersama Nabi saw. dan beliau menghadap ke Ka’bah. Maka kaum Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka’bah) padahal mereka sedang ruku salat Ashar.
Segercep itu kan, Sobie Besti. Ketika turun perintah, gak pake nunggu selesai segala urusan. Pas denger, langsung kerjain. Hal yang sama juga terjadi ketika sampai hukum mengenai larangan. Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Anas bin Mâlik ra., beliau berkata: Suatu hari aku memberi minum kepada Abû Thalhah al-Anshary, Abû Ubaidah bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari Fadhij, yaitu perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang datang, ia berkata, “Sesungguhnya khamar (minuman keras) telah diharamkan.” Maka Abû Thalhah berkata, “Wahai Anas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!” Anas berkata, “Maka aku pun berdiri mengambil tempat penumbuk biji-bijian milik kami, lalu memukul kendi itu pada bagian bawahnya, hingga pecahlah kendi itu.”
Dalam riwayat lain bahkan diceritakan, ketika mendengar ayat mengenai haramnya judi dan khamar, Dia (perawi hadits) berkata, “Sebagian di antara mereka minumannya masih ada di tangannya, sebagiannya telah diminum, dan sebagian lagi masih ada di wadahnya.” Dia berkata, “Sedangkan gelas minuman yang ada di bawah bibir atasnya, seperti yang dilakukan oleh orang yang membekam (gelasnya masih menempel di bibirnya), kemudian mereka menumpahkan khamar yang ada pada kendi besar mereka seraya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah berhenti.”
Inilah perilaku orang-orang yang layak untuk mendapatkan surga yang luas. Luasnya surga yang dinyatakan dalam QS Ali Imran:133 digambarkan dalam tafsir Ibnu Katsir dengan begitu indahnya. Menurut suatu pendapat, makna firman-Nya "Yang luasnya seluas langit dan bumi " untuk mengingatkan luas panjangnya seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menggambarkan tentang hamparan surga (permadaninya), yaitu melalui firman-Nya:
مُتَّكِــئِيْنَ عَلٰى فُرُشٍۢ بَطَآئِنُهَا مِنْ اِسْتَبْرَقٍ ۗ وَجَنَاالْجَـنَّتَيْنِ دَا نٍ
"Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat." (Ar-Rahman: 54)
Dengan kata lain, dapatkah kita bayangkan bagaimana keindahan bagian luarnya?
Menurut pendapat lain, lebar surga itu sama dengan panjangnya, mengingat bentuk surga seperti kubah yang terletak di bawah Arasy. Sedangkan sesuatu yang berbentuk seperti kubah, yakni bulat, ukuran panjang dan lebarnya sama. Pendapat ini oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:
«إِذَا لْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ اسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ لَى الْجَنَّةِ الْجَنَّةِ ارُ الْجَنَّةِ ا ال»
kalian kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, karena sesungguhnya ketika Firdaus adalah bagian yang paling tinggi dari surga dan sekaligus pertengahannya. Darinya mengalir sungai-sungai surga, dan atap surga adalah Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.
Oleh Rini Sarah
Jadi termotivasi kan, Sobi Bestie? Jadi pengen juga kan ngetag lahan di surga? Jangan sampe deh, kita gak kebagian lahan di surga yang luas banget itu. Gegara kita gak menuhi syarat jadi penghuninya. Karena kita jadi kaum yang bandel gak mau taat dan lelet menjalankan seluruh hukum Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Mumpung, Ramadhan yuk kita makin giat melatih jiwa agar senantiasa tunduk, taat, dan bersegera menjalankan hukum syara. Allahu Akbar!
0 Komentar