وَلَـقَدِ اسۡتُهۡزِئَ بِرُسُلٍ مِّنۡ قَبۡلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِيۡنَ سَخِرُوۡا مِنۡهُمۡ مَّا كَانُوۡا بِهٖ يَسۡتَهۡزِءُوۡنَ
Dan sungguh, beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olokkan, sehingga turunlah azab kepada orang-orang yang mencemoohkan itu sebagai balasan olok-olokan mereka (TQS al an'am:10).
Potongan ayat di atas begitu tepat dengan kondisi umat saat ini. Begitu banyak orang yang lisannya tidak terjaga dan mudah mengatakan kata-kata kotor seolah semuanya tidak akan dipertanggung jawabkan. Mengumpat, menyebarkan berita bohong hingga orang dibuat percaya dengan semua logika recehnya. Sedikit pun tak ada rasa takut apalagi datangnya azab. Kesombongan diri atas segala yang dimiliki hingga membuat lupa diri.
Jiwa yang mati mengakibatkan hidayah susah masuk sekalipun ada yang mengingatkan dianggap sebuah candaan semata. Menghina Islam serta pembawa risalah-Nya yaitu Rasulullah telah merenggut keimanannya pada akhirnya mata hati buta, telinganya tuli, mulutnya membisu mengucapkan kebenaran yang ada justru sebaliknya. Mulutnya laksana pedang yang siap menyayat hati kaum muslim. Tatapannya dipenuhi kebencian terhadap ajaran Islam. Kelakar tawanya penuh kesombongan serta puas saat Rasulullah tercinta dia caci maki, ajaran Islam dikoyak dengan memelintir dalil Allah Qur'an sekendak hati. Dirinya merasa menang saat umat Islam jadi pihak tertuduh. Tujuannya satu adalah meraup cuan demi menyenangkan kafir Barat sang tuan. Nauzubillah.
Seorang muslim sejati tidak akan membiarkan kekasihnya dihina-hina. Tak rela junjungannya terus dijadikan bahan olokan oleh mereka para pendengki. Bagi muslim yang yakin akan kebenaran Islam rela kehilangan nyawa demi kehormatan agama ini. Rida Allah senantiasa dinanti demi membeli kehormatan agama ini.
Sedangkan bagi kaum munafik dan penjilat, kekuasaan mereka rela korbankan harga dirinya. Menukar hidayah dengan kesesatan demi sebuah rupiah.
Kemunafikan dengan cara mengolok-olok Rasulullah saw.sebuah pertanda bahwa dia sudah menyiapkan dirinya untuk mendapatkan azab baik di dunia maupun akhirat. Allah telah memberi gambaran berapa pedihnya siksaan yang akan didapatkan kelak di akhirat.
Sebagaimana di dalam firman Allah Swt, surah an-Nisaa ayat ke-145 dinyatakan, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."
Bagaimana gambaran orang munafik di masa Rasulullah, Di masa Rasulullah sudah dikabarkan tentang seseorang yang dikategorikan munafik. Orang tersebut adalah Abdullah bin Ubay. Ia begitu membenci Rasulullah karena menganggapnya sebagai penghalang dirinya untuk menjadi penguasa Madinah. Sejak Rasul dan para sahabat hijrah ke kota Madinah, terjadi perubahan dalam tatanan politik di Madinah.
Kebencian terhadap Rasulullah dan ajaran Islam telah memompa rasa dendam dengan cara mengadu domba umat Islam. Baginya ketika melihat umat Islam saling bermusuhan hatinya teramat senang. Orang munafik sekelas Abdullah bin salul ternyata mendapat kehinaan baik di dunia terlebih di akhirat. Karena pekerjaan nya senantiasa mengejek, mengolok-olok ajaran Islam sementara ketika di hadapan Rasulullah bermanis muka.
Orang-orang munafik baik di masa lalu maupun sekarang sungguh sangat berbahaya. Laksana musuh dalam selimut. Bagi kita yang saat ini hidup di era akhir zaman menjadi pelajaran untuk tetap waspada terhadap para pelaku munafik. Karena bukan hanya di akhirat di dunia pun akan dihinakan sehina-hinanya.
Oleh karena itu, waspada dan jangan lengah karena fitnah saat ini mampu menjerumuskan manusia ke dalam kemunafikan.
"Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. At-Taubah:84). Wallahualam.
Penulis: Heni Ummu faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar