Allah swt berfirman,”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya” (TQS At Tahrim : 6)
Ayat diatas Allah swt mengingatkan kepada seluruh manusia untuk senantiasa beriman dan bertakwa. Mereka yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan olehNya kelak akan mendapat ganjaran yang setimpal. Selain itu, ayat tersebut juga merupakan peringatan Allah swt terkait anak dan harta yang keduanya adalah cobaan yang harus dihadapi dengan ilmu agama yang mumpuni agar dapat menghadapi ujian tersebut dengan sabar dan ikhlas.
Ilmu yang dimaksud disini adalah pendidikan agama yang harus ditanamkan sejak dini didalam keluarga agar seluruh anggota keluarga memiliki pemahaman agama yang menjasad dalam diri setiap anggota keluarga. Dengan pemahaman inilah akan melahirkan ikatan yang kuat untuk saling menjaga dan saling mengingatkan demi mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Suasana amar ma’ruf nahi mungkar menjadi bi’ah/kebiasaan yang diterapkan didalam keluarga, agar tak satupun anggota keluarga yang melanggar aturan Allah swt. Motivasi keimanan dan ketakwaan menjadi dorongan bagi semua anggota keluarga sehingga senantiasa fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) untuk meraih ampunan dan balasan surga seluas langit dan bumi.
Agar suasana dan bi’ah keimanan terbangun dalam keluarga, maka peran ayah sebagai Qowwan (pemimpin dalam rumah tangga) yang memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam hal ini. Peran ayah bukan hanya sekedar pencari nafkah yang halal untuk memberikan penghidupan yang layak bagi anak dan istrinya saja. Melainkan lebih dari itu, peran ayah sangat penting untuk mempola keluarganya menjadi hamba yang senantiasa takut akan azab dariNya jika ada salah satu anggota keluarganya yang keluar dari rel syariat Islam.
Peran sang ayah akan berjalan optimal, apabila ibu sebagai ummu warabbatun bait pun dilibatkan untuk membuat program agar menjadi keluarga Ahlul Qur’an. Sinergi antara ayah dan ibu dalam membangun dan membentuk program keluarga yang harus dibuat secara rinci dan detil. Dan kemudian memahamkan program tersebut kepada seluruh keluarga, sebelum program tersebut dijalankan.
Diriwatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud dan Imam Turmudzi bahwa Rasulullah saw pernah bersabda,”Perintahkanlah kepada anak untuk mengerjakan salat bila usianya mencapai tujuh tahun, dan apabila usianya mencapai sepuluh tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya,”
Hadis diatas adalah kewajiban perintah shalat kepada anak sedari dini, agar kewajiban ini menjadi pembiasaan yang terus akan sang anak lakukan. Pembiasaan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah swt, memang harus dikenalkan dan ditanamkan sejak kecil. Sehingga disini peran ayah yang menjadi teladan utama dalam keluarga yang senantiasa membangun pembiasaan shalat ini dengan cara senantiasa mengajak anak laki-lakinya untuk shalat berjama’ah ke masjid dan menjelaskan keutamaan dan pahala bagi seorang muslim yang gemar shalat berjama’ah dimasjid.
Bukan hanya pembiasaan shalat wajib saja tetapi juga amalan yang bersifat sunnah, seperti shaum di bulan Ramadhan, tilawah Al Qur’an, tahajud, dhuha, bersedekah, membantu orang yang kesulitan dan lain sebagainya. Pembiasaan ini harus dilakukan sejak dini agar menjadi pembiasaan yang membekas hingga sang anak beranjak dewasa. Ayah dan Ibu juga harus menjadi pionir yang terdepan untuk mengajarkan dan memberikan contoh kepada anak-anak mereka serta melibatkan mereka. Misalnya menyediakan takjil bagi orang yang berpuasa dan meminta sang anak untuk membantu mengantarkan takjil tersebut ke masjid. Ini hanyalah salah satu contoh dalam rangka mengajarkan anak mengejar pahala dari setiap amal shalih yang ia lakukan.
Setelah anak beranjak baligh, ayah dan ibu pun harus mempersiapkan anak-anak mereka melanjutkan pendidikan mereka ke pesantren untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mengemban dan pengemban Al Qur’an. Pesantren adalah salah satu tempat dimana anak-anak akan mendapatkan pemahaman agama dan pembiasaan untuk terikat terhadap aturan Al Khaliq karena dorongan keimanan. Di pesantren tersebut lisan-lisan mereka senantiasa dibasahi oleh ayat deni ayat Al Qur’an yang senantiasa mereka lantunakan dan hafalkan setiap hari.
Karena Al Qur’an merupakan sumber ilmu bagi kaum muslim. Oleh karena itu, setiap muslim harus menjadi Al Qur’an bukan sekedar petunjuk hidup melainkan menjadi bithanah/temen dekat bagi anak-anak kita yang senantiasa menyertai dalan menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan tantangan dan ujian, Dengan cahaya berasal dari Al Qur’an akan menjadi anak-anak kita menjadi orang-orang yang hanya akan berbicara, berfikir, dan beramal bersama apa yang ada didalam Al Qur’an. Akan muncul rasa khawatir dan takut apabila sedikit saja mereka melanggar atau lalai dari apa yang telah ditetapkan didalam Al Qur’an.
Ayah dan ibu pun, harus juga menjadi bagian dari hamba pengemban dan penghafal Al Qur’an. Bukan anak saja yang mereka harapkan menjadi penghafal dan pengemban Al Qur’an, yang kelak di hari kiamat awal memberikan reward bagi orang tua yang memiliki anak penghafal Al Qur’an berupa mahkota dan jubah kemuliaan. Sehingga ayah dan ibu sebagai orang tua teladan bagi anak-anak mereka harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengazamkan diri menjadi penghafal dan mengemban Al Qur’an. Bukankah setiap keluarga muslim menginginkan mendapatkan predikat Ahlul Qur’an yang Allah menjamin surga bagi mereka?
Untuk itu ayah dan ibu harus mengikhlaskan dan memotivasi anak-anak mereka agar mau menimba ilmu ke pesantren. Ini adalah salah satu upaya orang tua untuk menjadikan anak mereka hamba-hamba yang taat agar dijauhkan dari siksa api neraka. Jangan karena rasa sayang kepada anak kita membiarkan anak-anak kita tumbuh tanpa memiliki ilmu dan pemahaman agama yang mumpuni. Bukankah kita menginginkan semua anggota keluarga kita terhindar dari siksa api neraka?
Untuk itulah, perlu ilmu dan iman untuk menjadikan seluruh anggota keluarga selamat dari siksa api neraka. Islam telah memiliki begitu banyak panduan bagaimana seharusnya memberikan pendidikan dan pengasuhan anak yang terbaik untuk anak-anak kita. Dan Islam pula memiliki banyak panduan bagaimana menjadi orang tua yang diharapkan oleh Allah swt. Dengan Panduan inilah setiap orang tua dapat membentuk dan membangun keluarga yang taat dan patuh terhadap aturan Allah swt.
Dan satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa membangun keluarga muslim taat kepada Allah swt, juga punya kewajiban untuk melakukan aktifitas amar ma’ruf nahi mungkar yang merupakan bagian dari aktifitas dakwah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Sehingga kita tidak fokus menjaga dan memelihara keluarga kita saja dari siksa api neraka, melainkan kita pun wajib menjadi bagian dari pengemban agama Allah swt.
Dengan upaya inilah kita berharap seluruh kaum muslim memiliki pemahaman yang benar dalam menjalani kehidupan. Walaupun saat ini kita hidup dalam sistem yang Allah tidak ridhoi, justru menjadi tantangan bagi seluruh kaum muslim untuk senantiasa menjadi hamba-hamba yang hanya tunduk dan patuh terhadap aturan Allah semata bukan yang lain. Wallahua’lam
Oleh : Siti Rima Sarinah
0 Komentar