Mahasiswa dan Hakikat Perubahan



Banyaknya kebijakan yang tidak pro rakyat adalah pemicu awal gerakan perubahan di negeri ini. Mahasiswa tampil untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Gelombang aksi yang digelar sejak tanggal 1 April 2022 di berbagai kota di seluruh Indonesia menunjukkan telah munculnya kesadaran di tengah-tengah umat akan kerusakan yang terjadi hari ini. Karenanya harus ada perubahan ke arah yang lebih baik.

Perubahan sejatinya hanya akan terjadi jika memenuhi empat komponen. Kompenen pertama, munculnya kesadaran akan adanya sebuah realita yang buruk. Saat ini komponen pertama dari perubahan sudah terwujud di kalangan masyarakat. Geliat aksi yang dilakukan oleh mahasiswa pada dasarnya merupakan bentuk kesadaran akan banyaknya kedzaliman yang terjadi di masyarakat.

Komponen  kedua, munculnya kesadaran akan realita ideal yang ingin di wujudkan. Komponen kedua ini tampaknya belum ada secara jelas di benak masyarakat. Agar tercapai realita ideal, perubahan yang dilakukan haruslah mengarah pada pelenyapan akar masalah yang menyebabkan realita buruk itu terjadi. 

Saat ini penerapan sistem kapitalislah sebenarnya yang menjadi pangkal munculnya berbagai kedzaliman yang ada. Andai rezim ini tidak mengadopsi sistem kapitalis, tentu utang negara plus bunganya tidak akan bertambah, harga barang kebutuhan pokok tidak akan meningkat, takkan akan program IKN tanpa kajian yang mendalam, apalagi keinginan untuk penundaan pemilu yang justru disinyalir akan menambah lama dan panjangnya penderitaan rakyat.

Kesadaran inilah yang seharusnya membersamai komponen pertama di benak mahasiswa dan umat. Sehingga pergerakan yang terjadi mengerucut pada perubahan yang mendasar dan tidak sekedar mengulang kesalahan dari berbagai upaya perubahan yang sudah sebelumnya.

Komponen ketiga, munculnya kesadaran akan metode perubahan yang benar. Saat ini, perubahan yang tergambar di benak masyarakat hanyalah dengan bentuk aksi, demonstrasi dan kudeta. Jika dicermati hampir semua metode perubahan ini akan berujung pada kekerasan dan aksi anarkis yang akan mengukir sejarah dengan darah dan air mata. Padahal jika merujuk pada Islam, akan didapati metode perubahan tanpa harus menumpahkan darah dan air mata.

Rasulullah telah mencontohkan bagaimana beliau melakukan sebuah upaya transformasi dari masyarakat Arab jahiliyah menjadi bangsa Arab yang beradab. Beliau melakukan perubahan tersebut dengan cara dan metode yang langsung dibimbing oleh wahyu dari Allah swt. Yakni dengan mengubah pemikiran masyarakat Arab.

Kesadaran yang merupakan buah dari perubahan pemikiran inilah yang membuat masyarakat Arab berubah secara drastis. Kerasnya benturan antara pemikiran Islam dan pemikiran jahiliyah kala itu menunjukkan gambaran akan kerasnya upaya yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabatnya.

Dengan mencermati arah perjuangan Rasulullah saw, terdapat dua hal penting yang harus menjadi acuan arah perjuangan umat Islam saat ini. Pertama: Rasulullah saw. membina para sahabat, kader dakwah yang disiapkan menjadi tulang punggung perubahan. Metode yang digunakan Rasulullah saw. untuk mengubah kondisi masyarakat jahiliah yang rusak adalah melalui dakwah. Aktivitas dakwah yang dilakukan beliau tersebut berupa aktivitas yang terorganisir secara rapi. Beliau tidak hanya mengajak mereka memeluk agama Islam dan mengajarkan al-Quran. Beliau juga menghimpun mereka dalam satu kelompok (kutlah) dakwah yang dibina dan dikontrol oleh beliau.

Kedua: Target perubahan yang dilakukan Rasulullah saw. adalah perubahan rezim dan sistem. Hal tersebut terlihat dengan jelas pada dakwah Rasulullah saw. yang tidak sekadar mengajak orang kafir memeluk Islam. Dakwah juga diarahkan untuk mewujudkan masyarakat Islam, yakni dengan mengganti sistem jahiliyah dengan sistem Islam. Terbukti pasca hijrah, Rasulullah saw. dan para Sahabat mendirikan masyarakat Islam dalam institusi politik Daulah Islamiyah di Madinah.

Melalui institusi daulah itulah Rasulullah saw. sebagai kepala negara mampu menerapkan hukum-hukum Islam di tengah-tengah masyarakatnya. Rasulullah saw. telah berhasil mengganti sistem dan tatanan jahiliyah dengan sistem Islam. Seperti itulah semestinya umat Islam melakukan perubahan. Intinya, perubahan harus diarahkan pada upaya mewujudkan institusi politik Islam, yakni Khilafah Islamiyah. Melalui Khilafah itulah akan terwujud kembali masyarakat Islam yang di dalamnya diterapkan hukum-humkum Islam (syariah) secara kaffah. Dengan demikian perubahan hakiki yang diinginkan akan terwujud.

Komponen keempat dari perubahan itu sendiri adalah adanya kelompok pengusung perubahan itu sendiri. Bagaimanapun melakukan sebuah perubahan yang mendasar itu sangat berat dan sulit. Karena itu memperjuangkan perubahan tersebut harus dilakukan oleh semua elemen masyarakat secara berjamaah dan terorganisir.

Dulu Rasulullah melakukannya bersama dengan para sahabat. Rasul membina pemikiran mereka sekaligus mengorganisir para sahabat untuk bergerak mengubah pemikiran masyakarat Aran jahiliyah, menyerang pemikiran-pemikiran kufur yang bertentangan dengan Islam sekaligus menyingkap makar-makar yang membahayakan umat. Rasul dan para sahabat bergerak untuk membebaskan umat saat itu dari cengkeraman pemikiran kufur.

Karenanya jika mahasiswa hari ini bergerak dengan landasan pemikiran yang berbeda-beda, sikap yang tidak satu (seperti adanya penyikapan yang berbeda anatara BEM SI dan BEM Nus, serta BEM beberapa perguruan tinggi lainnya) dan terorganisir hanya sekadar menjelang aksi, maka kemungkinan besar perubahan yang diharapkan tak bisa terwujud.

Karenanya jika umat saat ini menginginkan perubahan hakiki yang akan mengantarkan pada kondisi yang lebih baik, kondisi yang diridloi Allah swt, maka jalan satu-satunya adalah dengan mewujudkan keempat komponen perubahan itu sendiri. Meneladani Rasulullah menjadi hal yang harus terpatri pada diri kaum muslimin saat ingin melakukan perubahan di tengah masyarakat ini. Sebab Rasul adalah teladan terbaik sebagaimana telah termaktub dalam QS. Al-Ahzab: 21

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21). Wallahua’lam


Penulis: Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar