Menanti Happy Ending Episode Panjang Penderitaan Palestina





Palestina kembali menjerit. Palestina meminta pertolongan dari saudara seakidah dari berbagai penjuru dunia. Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtay berharap dunia bisa meminta Israel untuk menghentikan serangan militer mereka terhadap warga sipil Palestina.

Pesan ini ia sampaikan selama rapat kabinet Otoritas Palestina yang digelar di Kota Ramallah, Tepi Barat sebelum akhirnya disampaikan secara resmi. "Eskalasi Israel terhadap warga Palestina, yang meliputi pembunuhan, penyiksaan, penangkapan serta membolehkan pemukim melakukan kejahatan, menimbulkan ancaman yang luar biasa terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan. Israel mengizinkan para pemukim membawa senjata dan membunuh warga Palestina hanya karena mereka tersangka,” kata Istahye dalam sidang kabinet tersebut. (www.wartaekonomi.co.id) 

Innalillahi, bahkan dalam kondisi menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan warga Palestina seperti harus terbiasa dengan pembantaian. Israel laknatullah tak sedikit pun memberi rehat kepada kaum Muslim Palestina agar bisa menjalankan ibadah dan menikmati berkahnya Ramadhan.

Episode Panjang Penderitaan Palestina

Episode panjang penderitaan Palestina diawali ketika perisai umat runtuh pada tahun 1924. Dalam buku Jejak-Jejak Juang Palestina karya Musthafa Abd Rahman dijelaskan, dua peristiwa sejarah yang menjadi fondasi perampokan tanah Palestina yang berbuah penderitaan itu berkisar pada 1900-an. Pertama, peristiwa Perjanjian Sykes-Picot pada 1916 antara Inggris dan Prancis.
Inggris dan Prancis membagi peninggalan Khilafah Ustmaniyah di wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut ditegaskan bahwa Prancis mendapat wilayah jajahan Suriah dan Lebanon, sedangkan Inggris memperoleh wilayah jajahan Irak dan Yordania. Sementara itu, Palestina dijadikan status wilayahnya sebagai wilayah internasional.
Kedua, peristiwa sejarah Deklarasi Balfour pada 1917. Perjanjian ini menjanjikan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina pada gerakan zionisme. Di bawah payung legitimasi Perjanjian Sykes-Picot dan Deklarasi Balfour tersebut, warga Yahudi di Eropa mulai bermigrasi ke Palestina pada 1918.
Pada awal 1930-an, gerakan Zionis di Palestina berhasil mendapat persetujuan pemerintah protektorat Inggris untuk memasukkan imigran Yahudi ke Palestina secara besar-besaran. Reaksi rakyat Palestina saat itu tegas. Mereka akhirnya melakukan mogok total pada 1936. Walaupun upaya mogok ini bisa dihentikan atas bujukan negara-negara Arab yang diminta oleh Inggris.

Singkat cerita, masalah Palestina terdampar di meja sidang PBB. Dengan resolusi PBB no 181 tanah Palestina dibagi dua dalam porsi 56 persen untuk Yahudi dan 44 persen untuk Arab. Tahun berikutnya berbekal resolusi ini Ben Gurion mendirikan negara Israel. 

Beberapa saat dari pengumuman itu, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan pengakuannya terhadap negara Israel yang kemudian disusul dengan pengakuan dari Uni Soviet.

Selanjutnya, meski tak seluruh negara di dunia mengakuinya, negara baru bernama Israel itu pun berhasil masuk menjadi anggota penuh PBB. Inilah perampokan dengan "telanjang mata" tanah Palestina yang menyisakan duka bagi masyarakat Palestina.

Episode-episode duka pun tayang. Kisah sedih dari tanah Palestina tak terhitung banyaknya. Pembunuhan, kekurangan pangan dan air bersih, pemboman, penembakan, dan kekejian lain menjadi tontonan stripping yang entah kapan ada ending. 

Jangan Berharap Pada Amerika

Permasalahan mengenai adanya entitas Yahudi di tanah Palestina adalah masalah yang akan senantiasa dipelihara oleh negara adidaya, terutama Amerika Serikat. Bagi Amerika menjaga eksistensi penjajah Yahudi adalah harga mati. Siapa pun yang menjadi presiden, baik Partai Demokrat atau Republik, akan menjaga prinsip ini.

Di samping penjajah Yahudi merupakan mitra terpercaya Amerika di Timur Tengah, karena kesamaan ideologi dan sejarah, keberadaan penjajah Yahudi di kawasan ini penting bagi Washington untuk menciptakan instabilitas permanen di Timur Tengah. Tetap bergejolaknya kawasan ini penting sebagai legitimasi intervensi Amerika di kawasan panas dunia ini. Penjajah Yahudi, bagaikan duri dalam daging, yang dicangkokkan Barat untuk tetap menimbulkan gejolak kawasan.

Dukungan terhadap penjajah Yahudi ini juga penting bagi siapa pun politisi Amerika untuk mendapatkan dukungan dari kelompok penekan lobi Yahudi yang sangat berpengaruh di negara Paman Sam ini. Perlu dicatat, ketika Presiden Joe Biden akan terpilih, meskipun belum menang secara formal, karena masih terganjal dengan gugatan hukum Trump, kelompok Yahudi Amerika telah mengucapkan selamat atas kemenangan Biden. Selama ini, Biden juga dikenal sebagai pendukung kuat penjajah Yahudi dan berpandangan bahwa hubungan AS-Israel adalah harga mati.

Biden pun tetap melestarikan solusi dua negara (Two State Solution). Two state solution merupakan solusi palsu yang sering ditawarkan Amerika untuk penyelesaian krisis Palestina. Solusi ini intinya tetap mempertahankan penjajah Yahudi, dengan didampingi negara Palestina yang lemah karena dikendalikan sampai pada batas yang tidak mengancam penjajah Yahudi. Solusi ini tidak akan pernah menyelesaikan persoalan Palestina, sebagaimana solusi perdamaian, karena solusi ini tetap mensyaratkan eksistensi penjajah Yahudi. Padahal akar persoalan krisis di Palestina justru karena keberadaan penjajah Yahudi ini. Penjajah yang merampas tanah Palestina, mengusir dan membunuh penduduknya, membangun perumahan ilegal, dan terus membombardir wilayah Palestina. Walhasil, jangan berharap kepada Amerika untuk mengakhiri episode panjang penderitaan Palestina ini.

Happy Ending dengan Khilafah
Palestina pun tak bisa berharap pada para penguasa muslim. Mereka sama-sama melakukan pengkhianatan bahkan sejak awal. Reaksi mereka sampai saat ini hanya sebatas kecaman tak ada pengerahan pasukan untuk mengusir penjarah dan bebaskan Palestina dari penjajahannya. Bahkan, yang lebih mengerikan, saat ini mereka ramai-ramai menormalisasi hubungan dengan Israel.

Padahal penyelesaian masalah Palestina wajib dikembalikan pada Islam. Persoalan Palestina bukanlah persoalan rakyat Palestina atau orang-orang Arab saja, tetapi merupakan persoalan kaum Muslim. Sebabnya, umat Islam merupakan umat yang satu (ummah wahidah). Tidak boleh dipisahkan oleh ras, suku, warna kulit atau bangsa. Umat Islam dipersatukan oleh akidah Islam. Bukankah Rasulullah saw. telah memberikan gambaran tentang ukhuwah Islamiyah yang harus kita bangun? Disatukan oleh akidah Islam, umat Islam bagaikan tubuh yang satu. Kalau satu bagian sakit maka bagian tubuh yang lain juga menjadi sakit. Umat Islam bagaikan satu bangunan yang saling memperkuat satu sama lain.

Karena itu, negeri Islam  mana pun yang dijajah, penduduknya diusir, dizalimi, dibunuh maka wajib hukumnya mengusir penjajah dengan memerangi mereka. Kewajiban ini berlaku bagi umat Islam dimana pun berada, selama penjajah masih bercokol di negeri Islam dan belum diusir. Allah SWT berfirman (yang artinya): Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (TQS al-Baqarah [2]: 190).

Solusi syar’i yang komprehensif atas masalah Palestina ini tidak lain adalah mencabut penjajahan hingga akar-akarnya dari Bumi Palestina yang diberkati. Sebab, penjajahan entitas Yahudi inilah yang menjadi  persoalan mendasar krisis Palestina.

Hal itu bisa dilakukan jika ada yang mengumandangkan jihad untuk membebaskan Palestina. Yang bisa mengumandangkan jihad dan menyatukan seluruh elemen kekuatan umat Islam hanyalah satu. Yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. Sebagaimana dulu ketika Shalahuddin Al Ayubi membebaskan Palestina. Pada saat itu Daulah Khilafah Islamiyah masih menaungi kaum muslim. Bahkan, di akhir-akhir kekuasaan, Khilafah masih mampu melindungi Palestina dari lancangnya kaum zionis yang menginginkan tanah yang diberkati ini. 

Wahai, Kaum Muslim, episode panjang penderitaan Palestina hanya bisa berakhir happy ending jika sudah ada khilafah sang pembebas. Tidaklah pada tempatnya jika kita masih phobia terhadapnya. Mari kita kenali dan perjuangkan penegakannya. Insya Allah keberkahan dari langit dan bumi akan menyelimuti alam ini. Allahu Akbar!

Penulis : Rini Sarah

Posting Komentar

0 Komentar