Mengisi Ramadhan, Bukan Hanya Dengan Mengatur Jam Operasional Rumah Makan



Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan. Semua kaum muslimin tentunya menanti bulan yang di dalamnya banyak diberi limpahan pahala oleh Sang Pencipta Alam. Tentunya kegembiraan menyambut dan mengisinya dengan hal yang mulia suatu hal yang lumrah terjadi di kalangan kaum muslimin.

Suasana ini memang seharusnya menggejala bukan hanya di kalangan masyarakat tapi juga di struktur pemerintahan. Seperti yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur yang menertibkan semua warung dan pertokoan di wilayahnya saat kedapatan buka di siang hari (Republika.co.id 3/4/2022).

Apa yang dilakukan Satpol PP Bangkalan tersebut lakukan didasari dari edaran yang dikeluarkan Nomor 450/1529/433.012/2022 tenang himbauan memasuki bulan suci Ramadhan. Warung yang kedapatan melanggar akan dilakukan pembinaan.  

Kepala Satpol PP Bangkalan, Rudiyanto mengatakan bahwa pada hari pertama puasa pihaknya sengaja melakukan pemantauan. Hal ini dilakukan untuk menindak lanjuti edaran yang mengatur bahwa warung dibolehkan buka pada pukul 15.00 WIB.

Situasi yang sama juga ada di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Pemerintah Kabupaten Pamekasan melarang pemilik warung makan untuk membuka usahanya pada siang hari di bulan Ramadhan. 

Begitu juga yang terjadi di Tangerang dan Bekasi. MUI setempat menghimbau para pemilik rumah makan untuk menyasuaikan jam operasional pada bulan Ramadhan untuk menghormati yang sedang berpuasa. 

Berbeda dengan yang lainnya, DKI Jakarta justru membolehkan pengusaha makanan untuk membuka gerainya. Seperti yang dikatakan wakil gubernur, Ahmad Riza Patria di Balai Kota, “Ya, seperti tahun lalu kan kita tetap mengatur agar restoran yang dibuka di bulan Ramadhan tetap bisa mengatur ya, menghormati yang puasa, diantaranya ditutup dengan tirai pembatas”, ujarnya (Suara.com 31/3/2022).

Pengaturan Jam Operasional Pengusaha Kuliner

Pengaturan jam operasional saat Ramadhan sesungguhnya tak berpengaruh atas rejeki yang pengusaha dapatkan. Seperti yang dikatakan Yoyok Heri Wahyono, pengusaha kuliner dalam acara Tarhib Ramadhan online, 27/3/2022,”Ramadhan dilihat dari parameter bisnis merupakan bulan merugi”. 

Ia melanjutkan,“Rejeki tidak ada kaitannya dengan berdarah-darahnya ikhtiar manusia. Karena wilayah manusia adalah wilayah ikhtiar, sedangkan rejeki adalah wilayah yang dikuasai oleh Allah swt. Rejeki juga tidak ada hubungannya dengan kesolehan kita.”

Namun entah apa yang mendasari perbedaan aturan ketetapan jam operasional usaha kuliner tersebut. Seharusnya pemerintah dari pusat hingga daerah satu suara tentang hal ini karena berkaitan dengan ketaatan antara hamba dan Rabb nya. 

Bila semua pengusaha kuliner memahami bahwa rizki di tangan Allah, maka tanpa butuh aturan dari penguasa pun mereka akan langsung menutup usahanya. Begitu juga masyarakat, bila ketaatan pada Allah swt ada dalam dada, maka tidak harus dipantau pun, mereka tak akan masuk rumah makan. 

Degradasi keimanan saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Pengeroposan iman selalu terjadi tiap saat. Hingga masalah yang Islam menghukumi wajib pun, masih menjadi ajang perdebatan. Di lain pihak, jauhnya ketaatan ini juga terjadi secara struktural. Pemerintah dengan sengaja membuat aturan yang pada akhirnya membuat masyarakat memaklumi untuk tidak terikat dengan ketentuan Allah swt. 

Pengaturan Dalam Tiap Sisi Kehidupan

Walaupun di sebagian daerah sudah berlaku penertiban atas pelanggaran jam operasional, namun lebih baik lagi jika aturan tegas ini juga dilakukan di semua sisi kehidupan. Seperti masalah peradilan, korupsi, penguasaan oleh oligarki, mahalnya kebutuhan pokok dan lain sebagainya. Aturan menyeluruh berlandaskan syariah inilah yang diperlukan dalam mengatur sebuah negara.

Karena dalam mengatur kehidupan, dalam hal ini negara, banyak sekali sisi yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Dengan akal, manusia tidak bisa menyelesaikan permasalahan umat. Termasuk tentang pengaturan jam operasional usaha kuliner. 

Dengan akal pula, solusi tuntas dari berlapisnya masalah tidak juga didapatkan hingga tuntas. sehingga hanya pada Sang Maha Pencipta jua lah hanya tempat bersandar, tak ada lagi solusi total kecuali datang dari Yang Kuasa. Ramadhan lah waktu yang tepat untuk mengevaluasi semuanya. 

Wallahu’alam


Oleh Ruruh Hapsari


Posting Komentar

0 Komentar