Ramadan sudah dilalui bersama ada yang tetap gembira mengisi hari-harinya dengan amalan saleh, ada pula yang mulai berkeluh kesah manakala menuju pertengahan bulan. Rasa rindu kampung halaman sudah menggoda di pelupuk mata setelah tiga tahun pandemi sulit bersua. Ramadan mulai diselusupi rasa gundah gulana, fokus ibadah pun mulai kegoyahan, karena pikiran tertuju pada berapa rupiah yang akan dikeluarkan untuk sanak saudara di kampung halaman. Ramadan pun ambyar ternodai dengan urusan dunia hingga ibadah pun mulai terabaikan hanya menunaikan kewajiban.
Sejatinya Ramadan yang dilalui seharusnya membuat kita introspeksi diri, terlebih dari tahun ke tahun bukan semakin banyak yang menuju ketaatan yang ada justru dipenuhi dengan orang-orang yang hubud dunya, banyak melepaskan akidahnya dan bertaburan para penista agama. Sementara di tengah Ramadan saudara-saudara kita di Palestina, muslim India, muslim Ronghiya mengalami duka cita yang tiada terkira.
Dipertengahan bulan Ramadan seyogianya kita harus banyak memperbaiki diri baik individu, masyarakat maupun negara. Selain itu juga kita harus mengembalikan semua permasalahan yang kita hadapi kepada Al Qur'an sebagai pedoman hidup kita. Tak selayaknya bagi kita mengaku muslim tetapi justru mencampakkan Al Qur'an bahkan hingga menghinanya. Naudzubillah.
Al Qur'an merupakan sebuah penerang bagi kita saat menjalani kehidupan yang gelap gulita. Kita sangat membutuhkan Al Qur'an agar hidup senantiasa dalam ketaatan. Laksana sebuah senjata Al Qur'an akan menebas berbagai kemungkaran agar tidak ada lagi kezaliman, penindasan hingga kesengsaraan, baik dunia akhirat.
Pun disaat Nuzulul Qur'an selayaknya bagi kita merenda ketaatan dengan cara sebagai berikut:
Pertama, pahami Al Qur'an sebagai pedoman hidup kita dan menjadi pegangan hidup bagi kita umat Islam.
Kedua, Merutinkan membaca Al-Quran, menghayati isinya, mengamalkan dan mendakwahkannya ke seluruh umat.
Ketiga, Jangan pernah lelah berdakwah sekalipun di Ramadan yang penuh berkah. Tak ada alasan untuk menunda dakwah hanya karena alasan berpuasa. Justru saat Ramadan harus lebih ditingkatkan amalan salehnya. Hal ini karena pahalanya dilipat gandakan dan mencari di bulan lain sangat sulit menemukan.
Keempat, Belajarlah untuk menundukkan hati terhadap seluruh hukum syariat baik dirasa enak maupun tidak. Terima semuanya dengan hati ikhlas dan taslim terhadap seluruh hukum syariat. Karena sesungguhnya Allah Swt menurunkan Al Qur'an semata-mata untuk kita manusia agar selamat dunia akhirat.
Kelima, Saat kita sulit untuk merenda ketaatan karena kurangnya iman maka yang harus dilakukan adalah mencari komunitas yang akan membimbing kita dengan Al Quran bukan justru yang menjauhkan dari sentuhan ayat- ayat Al-Quran.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan perenungan bulan Ramadan kali ini untuk lebih mendekatkan kepada Allah Swt. Menundukkan hati dan pikiran kita untuk terus dalam kondisi ketaatan kepada Allah Swt.
Selayaknya penggalan ayat suci di bawah ini jadi renungan bagi kita semua.
TQS. Al-Baqarah Ayat 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.
Walllahu alam bishshawwab.
Oleh Heni Ummu faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar