Gelombang demo mahasiswa terjadi hampir di setiap kota di Indonesia. Demo mahasiswa ini dipicu adanya kenaikan harga kebutuhan pokok, juga adanya isu penundaan pemilu. Aksi protes yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan ekonomi yang dihadapi rakyat saat ini, yang semakin menunjukkan kebijakan pemerintah tidak pernah memihak kepada rakyat.
Dilansir Sindonews Jumat 08/04/2022, Ribuan mahasiswa se-Bogor Raya menggelar unjuk rasa di dekat Pintu 3 Istana Bogor. Para mahasiswa menyampaikan tuntutannya di antaranya menolak wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden 3 periode serta menuntut Presiden Jokowi untuk mencopot Menteri Perdagangan karena naiknya bahan pokok terutama minyak goreng. Mahasiswa juga menuntut turunnya harga BBM non subsidi dan lainnya. Walaupun dijaga ketat oleh aparat TNI dan Polri, para mahasiswa tetap melakukan orasi di balik pagar kawat berduri yang membentang menutup akses jalan menuju pintu utama Istana Bogor.
Ketegasan aparat keamanan dalam menghadapi aksi mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi mereka sebagai perwakilan dari masyarakat, menunjukkan sambutan tidak positif pemerintah atas aspirasi rakyat. Padahal, demokrasi yang diagung-agungkan memberikan kebebasan bagi siapapun untuk menyampaikan pendapatnya. Namun faktanya tidaklah demikian. Hal ini terlihat dari penjagaan yang dilakukan oleh aparat TNI dan Polri dalam menghadapi aksi mahasiswa. Membentangkan pagar kawat berduri, tembakan gas air mata, tindakan anarkis aparat kepada mahasiswa, merupakan hal yang sering dilakukan untuk meredam aksi protes mahasiswa.
Demo mahasiswa seringkali menimbulkan korban akibat tindakan aparat yang menyikapi aksi mahasiswa bak penjahat yang mengancam negara. Padahal para mahasiswa hanya menyampaikan tuntutannya, dan itu merupakan bagian dari hak warga negara yang seharusnya difasilitasi oleh negara. Demokrasi yang didengung-dengungkan oleh pemerintah hanya sebagai lip service tanpa ada aplikasinya.
Inilah fakta yang tengah kita hadapi saat ini. Ketika mahasiswa bangkit untuk menyampaikan pendapatnya, justru berusaha diredam dengan menggunakan tangan besi. Rakyat justru dibungkam dengan berbagai cara agar mau menerima apapun kebijakan yang telah diketok palu oleh pemerintah. Sehingga jika ada sekumpulan mahasiswa yang bangkit untuk melakukan protes dan penolakan, selalu diperlakukan layaknya penjahat.
Karena pada hakikatnya demokrasi yang merupakan turunan dari sistem yang menihilkan peran agama dalam kehidupan (sekularisme), rakyat hanya dianggap sebagai tumbal kebijakan. Rakyat dilarang untuk menyampaikan aspirasi dan kritik kepada pemerintah. Apabila hal itu dilakukan maka pemerintah tidak segan-segan menurunkan aparat keamanan untuk menempatkannya ke dalam jeruji besi.
Hal ini membuktikan bahwa penguasa hasil cetakan sistem sekularisme melahirkan para penguasa yang anti kritik. Rakyat tidak memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi ataupun kritik yang bersebrangan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Walaupun para mahasiswa tidak diberikan ruang, dan justru diperlakukan tidak semestinya, mereka tetap saja kekeuh untuk menyampaikan aspirasinya. Kekeuh-nya para mahasiswa --yang notabene bagian dari para pemuda-- karena mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan. Sudah sekian lama para mahasiswa ini vakum. Jadi aksi mahasiswa ini sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat.
Mahasiswa adalah para pemuda yang kritis, peduli dan memiliki daya juang tinggi untuk memperbaiki kondisi yang terjadi di negerinya. Namun, harus dipahami oleh para mahasiswa bahwa tuntutan yang mereka sampaikan harus bisa menghasilkan perubahan yang bersifat menyeluruh/revolusioner. Jadi bukan hanya fokus pada tuntutan yang bersifat parsial seperti menurunkan harga sembako semata. Tetapi tuntutan tersebut harus dapat mengubah kondisi negeri ini menjadi lebih baik dan rakyat dapat hidup sejahtera.
Oleh karenanya, sebagai agen perubahan, mahasiswa harus melandasi sikap kritis dan kepeduliannya berdasarkan pemahaman yang benar untuk melakukan sebuah perubahan secara menyeluruh. Pemahaman yang benar itu harus merujuk pada sebuah ideologi yang sahih (benar), yaitu ideologi Islam yang berasal Sang Pencipta Manusia. Karena hanya ideologi Islam sajalah yang mampu menggerakkan agen perubahan ke arah makna perubahan yang hakiki.
Berbekal ideologi Islam inilah, mahasiswa tidak akan terjebak dan mudah ditunggangi oleh kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu pula. Ideologi Islam telah membimbing dan menunjuki manusia yang menginginkan perubahan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Dimana beliau dengan dakwahnya merubah kondisi bangsa Arab jahiliyah menuju pada kondisi mulia dengan cahaya Islam.
Menjadi agen perubahan untuk mengubah kondisi jahiliyah seperti saat ini, tidaklah mudah. Begitu banyak tantangan dan ujian yang menghadang di depan mata. Bahkan harus mengorbankan apapun yang dimiliki termasuk berkorban nyawa. Karena penguasa hari ini menghalalkan segala cara untuk membungkam aktivitas para pemuda.
Namun, yakinlah bahwa kemenangan Islam adalah janji Allah yang menjadi motivasi keimanan agar senantiasa berjalan di jalan dakwah untuk menuju perubahan yang hakiki yaitu dengan tegaknya sistem Islam kafah dalam naungan khilafah Islamiyyah.
Allah Swt. berfirman dalam surah Al A’raf ayat 96: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. Juga dalam surah Fushilat ayat 33: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata: “Sungguh aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)”. Saatnya pemuda (mahasiswa) menjadi ujung tombak perubahan menuju Islam kafah.
Penulis : Siti Rima Sarinah
0 Komentar