Pertamax Naik Jelang Mudik?



Pemerintah telah membuka peluang mudik tahun ini setelah dua tahun berturut-turut aturan mudik lumayan ketat. Meski demikian aturan boster bagi pemudik tetap diberlakukan sekalipun pandemi Covid-19 sudah berlalu. Benar bahwa boster bagian dari upaya pencegahan selanjutnya setelah dua dosis vaksin diberikan. Namun kebijakan untuk mewajibkan boster bagi pemudik ini dianggap diskriminatif, pasalnya aturan yang sama tidak diberlakukan untuk konser dan balap MotoGP beberapa waktu yang lalu.

Aroma diskriminatif terhadap umat Islam ini memang dirasakan semenjak rezim ini berkuasa. Program moderasi beragama yang menyerang Islam kafah kian hari kian kencang digaungkan. Aturan toa masjid, aturan speaker masjid saat tadarus dan tarawih, digesernya libur hari besar umat Islam dan sebagainya adalah contoh yang sangat jelas menunjukkan adanya aturan diskriminatif ini. Di sisi lain penghinaan dan penistaan terhadap ajaran Islam terus berjalan tanpa tersentuh hukum sehingga umat Islam semakin yakin bahwa rezim memang tidak pro terhadap kaum muslimin di negeri ini.

Anehnya, meski umat Islam selalu menjadi korban dari kebijakan yang dianggap diskriminatif ini, pemerintah masih bergantung pada kaum muslimin. Betapa tidak besarnya jumlah kaum muslimin di negeri ini adalah potensi yang bisa dioptimalkan oleh rezim. Sudah menjadi rahasia umum, saat menjelang pemilu, para politikus mendekati umat Islam. Mereka mendadak menjadi dermawan dengan menyumbang berbagai fasilitas untuk mushola, masjid, majelis taklim dan sebagainya. Mereka pun tak malu untuk menggunakan busana muslim dan menggandeng para penceramah. Tentu harapannya hal ini mampu mendongkrak suara umat untuk mereka.

Sekalipun dua tahun ini jamaah haji batal berangkat dengan alasan pandemi, tetapi pemerintah tanpa malu-malu menaikkan ongkos naik haji.  Biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) kini naik menjadi Rp 45 juta. Usulan kenaikan biaya perjalanan ibadah haji menjadi Rp 45 juta telah disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam rapat kerja dengan Komisi 8 DPR tanggal 17 Februari 2022 lalu.

Pemerintah berani menaikkan biaya ini karena yakin jumlah jamaah haji akan terus meningkat akibat meningkatnya ghirah umat Islam di negeri ini. Pemerintah tak menggubris permintaan netizen yang mempertanyakan dana haji dua tahun sebelumnya yang batal berangkat.

Kini, menjelang mudik tahun ini, pemerintah dengan tebal muka kembali menaikkan harga pertamax, meski harga minyak internasional mengalami penurunan. Mengapa? Karena selama mudik diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi BBM. Direktur Utama Pertamina, Patra Niaga Alfian Nasution, bahkan merincinya. Kenaikan konsumsi diprediksi secara total naik 14 persen. Khusus untuk Pertamax terutama, kata Alfian bisa naik 14,8 persen.

Sedangkan Pertalite naik 1,4 persen. Konsumsi LPG juga diprediksi akan naik sampai 3,4 persen. Adapun solar diprediksi naik 10 persen. Alfian juga menjelaskan untuk mengantisipasi hal ini Pertamina sudah menyiapkan stok. Untuk LPG, ketahanan stok hari ini mencapai 18,3 hari. Sedangkan Pertamax, 17,2 hari dan Solar 11,8 hari dan Pertalite 7,5 hari. (Republika, 28/03/22)

Faktanya, di lapangan kelangkaan pertalite mulai terjadi. Beberapa pengamat memprediksi karena mahalnya pertamax, banyak pengguna kendaraan yang beralih ke pertalite. Akibatnya pertalite mulai menipis, langka bahkan diprediksi akan benar-benar menghilang menjelang mudik. Maka bisa jadi justru saat puncak mudik nanti pertalite kosong sehingga mau tidak mau masyarakat terpaksa membeli pertamax yang harganya selangit.

Semua realitas ini pada akhirnya kian meyakinkan kaum muslimin bahwa rezim hanya “memanfaatkan” umat Islam demi memuluskan semua kepentingannya. Besarnya jumlah umat Islam hanya dilihat dari sisi keuntungan yang bisa diambil. Sedangkan untuk kebutuhan umat Islam dalam menjalankan ibadahnya, pemerintah sangat abai bahkan tak peduli sama sekali.

Tampak sekali watak sistem kapitalis yang hanya mengejar materi, materi, dan materi belaka telah menyatu dan mendarah daging di tubuh rezim saat ini. Hampir tidak ada sama sekali kepedulian dan empati terhadap rakyat, apalagi kaum muslimin. Akankah sistem seperti ini terus dipertahankan?

Saatnya umat Islam bangkit dan menunjukkan kepada dunia bahwa sistem Islam jauh lebih baik dan lebih manusiawi dalam mengatur urusan manusia. Karena tak ada yang bisa membantu kaum muslimin dalam menyelesaikan semua persoalan-persoalan yang dihadapi saat ini kecuali Allah Swt. Dan Allah hanya akan menolong hamba-Nya ketika jalan yang dilalui oleh hamba-hamba-Nya adalah jalan yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya. Karenanya mengembalikan kehidupan Islam adalah satu-satunya solusi bagi umat untuk bangkit dari berbagai keterpurukan ini. Wallahua’lam.  


Penulis: Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar