Ramadan sebentar lagi akan berakhir. Saat hari terakhir ini konsentrasi terhadap ibadah pun sudah mulai goyah. Bayangan hari lebaran di pelupuk mata, kampung halaman yang tiga tahun sebelumnya sudah tidak bisa dikunjungi kini menjadi incaran. Biasanya untuk mudik dan pulang kampung persiapan cuan menjadi hal utama. Ujung-ujungnya THR menjadi jurus andalan bagi para pekerja.
Bahkan yang menanti THR pun bukan hanya rakyat tetapi sekelas presiden dan wakilnya pun ingin mendapatkan THR.
Sebagaimana dikutip finance.detik.co.id,
Gaji presiden dan wakil presiden sendiri diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden, Serta Bekas Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Dalam UU itu disebutkan, gaji pokok presiden adalah enam kali gaji pokok tertinggi pejabat negara selain presiden dan wakil presiden.
Sementara, gaji pokok wakil presiden adalah empat kali gaji pokok tertinggi pejabat negara selain presiden dan wakil presiden.
Bukan hanya gaji pokok presiden dan wapres akan mendapatkan tunjangan kain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi ASN.
Adapun gaji pokok pimpinan lembaga tertinggi/tinggi negara diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 75 Tahun 2000. Dalam PP itu tertulis, gaji pokok Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hingga Ketua Mahkamah Agung (MA) sebesar Rp 5.040.000 per bulan.
Dengan demikian, gaji pokok Jokowi ditaksir sebesar Rp 30.240.000, yang berasal Rp 5.040.000 dikali 6. Kemudian, gaji pokok Ma'ruf Amin adalah Rp 20.160.000.
Selanjutnya, tunjangan presiden diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 68 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 168 Tahun 2000 tentang Tunjangan Jabatan Bagi Pejabat Negara Tertentu.
Di dalam Keppres ini dijelaskan, presiden dan sejumlah pejabat lain diberikan tunjangan jabatan pejabat negara setiap bulan. Untuk presiden, tunjangan jabatan yang diberikan yakni Rp 32.500.000. Sementara, wakil presiden mendapat tunjangan Rp 22.000.000.
Berdasarkan data tersebut, THR yang diterima Jokowi diperkirakan sebesar Rp 62.740.000 yang merupakan penjumlahan gaji pokok dan tunjangan jabatan. Sementara, Ma'ruf Amin sebesar Rp 42.160.000
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo, mengatakan di 2022 ini para pejabat negara termasuk presiden juga mendapatkan THR.
(finance.detik.co.id,17/04/2022).
Di saat pemberian THR tahun 2022 yang begitu mencengangkan untuk para pejabat di negeri ini, di sisi lain kondisi utang Indonesia kian membengkak dengan angka yang sangat fantastis.
Achmad Nur Hidayat MPP Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute menyoroti utang luar negeri Indonesia saat ini yang sudah mencapai lebih dari 7.000 triliun.
Menurut Ahmad, utang tersebut harus ditanggung oleh negara dalam jangka waktu lama.
Dengan kata lain Presiden berikutnya setelah Jokowi harus menanggung utang yang sedemikian besar
(nw.warta ekonomi.co.id, 20/4/2022)
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap orang memang menantikan kehidupan yang lebih baik terutama bagi masyarakat kecil yang kurang mampu. Namun justru di sistem demokrasi kapitalisme yang merasakan kemapanan hanya orang-orang tertentu saja. Para kapitalis beserta pejabat saja yang merasakan itu semua, sementara rakyatnya justru banyak yang kelaparan. Berburu THR dari gaji yang tidak menjamin kesejahteraan hanyalah solusi tambal sulam di sistem demokrasi. Sementara pejabatnya menikmati fasilitas ditengah utang yang kian membengkak. Bahkan saat kondisi ekonomi ini terpuruk akibat hantaman pandemi penguasa di negeri ini justru memprioritaskan pemindahan IKN ke Kalimantan.
Rasa sesak di dalam dada masyarakat saat perekonomian ini terpuruk tak pernah membuat penguasa ini jera untuk terus berhutang dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tak menuntaskan masalah. Bahkan saat Ramadan tiba harga-harga kebutuhan hidup terus melonjak naik. Belum ditambah dengan masalah pencabutan subsidi dan masalah lainnya. Sekalipun THR cair buat masyarakat tetapi nyatanya tak sebanding dengan pengeluaran yang kian membengkak. Angka kemiskinan penduduk yang terkenal mayoritas inipun terus meroket.
Mengharapkan sejahtera di sistem kapitalisme rasanya sangatlah sulit. Karena sistem ini hanya melahirkan penguasa yang rakus dan abai terhadap rakyatnya. Sekalipun peduli hanya solusi tambal sulam. THR diberikan rakyatnya justru menelan pil pahit kenaikan kebutuhan pokok.
Hal ini justru berbanding terbalik dengan penguasa di sistem Islam. Di dalam sistem Islam penguasanya bertanggung jawab atas rakyatnya.Berusaha memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya secara maksimal. Tidak heran jika dalam Islam tidak ada yang namanya THR, hal tersebut karena rakyatnya sudah sejahtera.
Penguasa di sistem Islam mereka tidak digaji hanya di santuni saja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Penguasa di sistem Islam begitu takut dalam menggunakan harta, tenaga saat ada rakyatnya yang masih kelaparan. Penguasa di sistem Islam begitu malu kepada Allah saat tidak berlaku adil.
Jangankan minta THR menggunakan lampu yang merupakan minyaknya dari baitulmal mereka tidak berani seperti yang pernah dilakukan Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Abdul Aziz sosok penguasa yang sangat adil dan dikenal dalam sejarah Islam. Sekalipun masa kekuasaannya singkat tetapi mampu menyejahterakan rakyatnya. Sosok beliau dijuluki sebagai khulafaur rasyidin kelima.
Umar bin Abdul Aziz merupakan cucu khalifah Umar bin Khattab RA.
Umar dibai'at sebagai khalifah dari Bani Umayah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Gaya hidup Umar sangat sederhana ketika menjadi khalifah. Gajinya hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Meski menjabat hanya 2-3 tahun, karyanya sangat mengagumkan dan banyak kisah-kisah menarik tentang dirinya.
Dikisahkan, suatu malam, Umar bin Abdul Aziz terlihat sibuk merampungkan sejumlah tugas di ruang kerja istananya. Tiba-tiba putranya masuk ke ruangan bermaksud hendak membicarakan sesuatu. Saat putranya hadir, Umar menanyakan apakah urusan nya untuk negara apa keluarga. Ketika putranya menjawab urusan keluarga maka Umar pun mematikan lampu yang minyaknya diambil dari baitulmal. Melihat kondisi tersebut putranya justru terheran-heran terhadap sikap ayahnya. Namun kemudian Umar menjelaskan bahwa apa yang dilakukan sesuatu yang keliru. Kemudian mengambil lampu dari ruang ruang dalam dengan bantuan pembantunya. Setelah itu kemudian mempersilakan putranya untuk bicara.
Itulah sikap seorang khalifah yang sangat sederhana, adil dan takut kepada Allah saat tidak bisa berlaku adil terhadap rakyatnya. Gambaran khalifah Umar yang sangat hati-hati dalam mengelola aset negara.
Jangankan bermegah-megah secuil minyak yang digunakan untuk berbicara saja sangat kah takut. Takut sama Allah yang mendorong dirinya untuk berbuat adil dan amanah. Fasilitas yang diberikan pun hanya sekadarnya saja. Maka sangat pantas jika dimasanya kesejahteraan rakyatnya sangat terkenal. Semua ini buah dari keimanan dan ketakwaan serta sistem yang berlandaskan akidah Islam. Maka sangat pantas jika melahirkan para penguasa yang amanah, qona'ah,zuhud dan bertakwa. ."
Wallahu alam bishshawwab.
Oleh Heni Ummu faiz
0 Komentar