Jaga mulut, jaga hati, jaga mata. Puasa! Kami Iman, kami Islam, kami taqwa. Puasa!
Kami ingin mulia dengan taat syariat, dengan Islam kaffah masuk surga. Puasa!
Itulah yel-yel yang diteriakkan peserta tarhib Ramadhan 1443 H yang digelar pada hari Kamis, 31 Maret 2022 di bundaran Patung Kuda Jakarta.
Sejak pukul 08.00 peserta tarhib ramadhan sudah mulai berdatangan dengan mengendari motor, mobil, angkutan umum dan bus yang terlihat membawa rombongan santri. Sambil mengibarkan bendera Rasulullah Al Liwa dan Ar Roya peserta tarhib ramadhan mengawali acara dengan lantunan shalawat kepada baginda Rasulullah SAW.
Selanjutnya tarhib diisi dengan orasi dari para tokoh. Di awal orasi Ustadz Teguh menyampaikan, sebagai seorang muslim kita harus menyambut ramadhan dengan penuh kegembiraan. Jika menginginkan pengampunan dan barokah, maka harus menjadi umat yang bertaqwa, tidak hanya secara individu, tapi juga masyarakat dan juga negara. Fakta hari ini negeri-negeri muslim telah terang-terangan mencampakkan aturan-aturan Allah. Namun Ustadz Teguh meyakinkan bahwa kelak dunia akan kembali dipimpin oleh Islam. Kekuasaannya digambarkan dalam sebuah hadis; “Sesungguhnya Allah SWT telah mengumpulkan (dan menyerahkan) bumi kepadaku sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya....”.
Hal senada juga disampaikan oleh Ustadz Kelurawan. Bahwa umat Islam hari ini tidak sepenuhnya menaati ayat-ayat Alquran, khususnya dalam hal muamalah. Hukum qisas yang bertujuan menjaga dan melindungi nyawa manusia hari ini tidak diterapkan. Ayat haramnya Riba tak lagi dihiraukan. “Bahkan uang-uang yang ada di dompet kitapun mengandung riba”, ungkapnya. “Kita diminta taat pada ulil amri, tapi kita tidak punya ulil amri, yaitu pemimpin yang taat pada Allah dan Rasulnya, dialah khalifah atau amirul mukminin yang menggantikan tugas kenabian, menyatukan umat seluruh dunia dan menjalankan syariat”, lanjutnya panjang lebar.
Ustadz Kelurawan menyampaikan, ketaqwaan yang haqiqi adalah ketika ketaatan itu menyeluruh, melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala larangannya atau kaffah, sebagaimana Allah berfirman Al Baqarah 208.
Malam diturunkannya Alquran menjadi malam yang paling mulia. Ini membuktikan bahwa Al Quran semakin luar biasa. Memuliakan malam lailatul qadar adalah dengan memuliakan Al Quran, namun tidak hanya sekedar membaca dan menghapal, namun menjadikannya petunjuk atau Al Huda, sebagaimana tujuan Al Quran diturunkan.
Ustadz Navi Gunawan dari Majelis Sahabat Rasul membuka orasi dengan mengutip ayat Al Quran Surat As Saff ayat 10 “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”
Termasuk perkara yang paling utama adalah dakwah. “Maka niatkan mulai hari ini, Hidupku untuk dakwah. Dakwah together, Islam forever”, ajaknya. Meskipun kita harus lebih banyak bersabar apalagi di bulan Ramadahan memang bulan kesabaran. Sabar karena semakin hari permusuhan terhadap dakwah Islam semakin terang-terangan. Umat Islam dibuat bermusuhan satu dengan yang lain.
Orasi dilanjutkan Oleh Ustadz Haris Iskandar yang menyampaikan bahwa Ramdahan adalah bulan Al Quran. Mengimani Al Quranpun harus utuh sebagaimana diturunkan yaitu 30 juz. “Satu ayat saja diingkari, keluar dari Islam”, ujarnya. Usatdz Haris mempertanyakan hari ini kewajiban puasa di tunaikan oleh umat muslim di seluruh dunia, tapi apakah wajibnya hukum qisas juga ditunaikan? “Padahal mengamalkan Al Quran harus utuh, tidak parsial, bukan sedikit demi sedikit, tapi menyeluruh atau kaffah. Bahkan ketika ada umat muslim yang tidak shalat, tidak bisa siapa yang menghukum?”, tanyanya.
Dan memang tidak akan pernah bisa menerapkan hukum Islam secara kaffah kecuali dengan khilafah. Maka khilafah ini adalah kabar gembira sekaligus peringatan. Bahwa khilafah adalah ajaran Islam dan sudah menjadi kesepatakan ulama setiap muslim wajib mengangkat seorang khalifah dan menerapkan Islam. Imam nawawi, menyebutkan ini diwajibkan secara syariat buka secara aqly (akal). ”Mari kita sambut dengan gembira ramadhan tahun ini dan semoga ramadhan selanjutnya telah tegak khilafah”, harapnya.
Di sela-sela orasi peserta tarhib diajak kembali menyanyikan yel-yel. Cuaca di langit Jakarta teduh selama orasi. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu bersemangat menyahut seruan para orator.
Sementara itu Kyai Miqdad Aska menyoroti kondisi hari ini dimana sudah ada pola-pola yang sengaja membatasi umat Islam. “Shalat tarawih harus vaksin. Ada apakah dibalik semua ini? Mengapa mereka yang notabene adalah orang kafir mengatur ibadah kita umat muslim?. Adakah grand design yang ditujukan kepada umat muslim?”, tanyanya.
Kyai Miqdad menyampaikan ramadhan adalah bulan persatuan. Persatuan umat muslim di gambarkan dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 103 “dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai...”. Salah satu bentuk persatuan umat yang paling kecil adalah ketika umat sujud, rukuk, shalat bareng-bareng”, paparnya. Tapi Ustadz Miqdad prihatin bahwa ada pejabat yang justru menyamakan adzan, panggilan shalat dengan gonggongan anjing.
Ustadz Miqdad berpesan agar ramadhan tahun ini bisa kita manfaatkan untuk menampa diri menjadi pejuang Islam, sebagaimana Rasulullah melahirkan para mujahid perang badar. Sekaligus sebagai tonggak perlawanan terhadap semua bentuk kezaliman yang terus ditujukan kepada Islam, umat dan ajarannya.
Intelektual muda Ustadz Debi ikut ambil bagian dalam orasi kali ini. Ustadz
Debi memandang Islam selalu distigma negatif oleh musuh-musuh Islam, baik itu orang kafir maupun orang-orang munafik, termasuk dengan istilah khilafah. Ustadz Debi heran apa sebenarnya yang dikhawatirkan dari khilafah. Padahal khilafah dulu pernah menyelamatkan Amerika dari kelaparan. Khilafah memberikan jaminan pengobatan dan pendidikan berkualitas secara gratis. “Jangan-jangan mereka khawatir tidak bisa mengambil uang rakyat?, tanyanya. “Kami yang hadir disini mengingatkan kepada seluruh warga Jakarta, kepada para pejabat, pak polisi, bahwa khilafah adalah ajaran Islam. Khilafah adalah seruan Allah sebagaimana adzan. Bertaubatlah kalian semua dengan masuk Islam secara kaffah!" serunya.
“Bertaqwalah kepada Allah dengan cara menerapkan khilafah dinegeri tercinta ini, maka Anda para pemimpin akan mendapatkan kemuliaan dari Allah dan dari rasulnya. Dan ketika Anda mencampakkan khilafah, mencampakkan Islam, maka nanti kami akan menuntut di akhirat dan kalian akan menerima azab Allah yang sangat pedih. Maka takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah”, tegasnya menutup orasi.
Kyai Khailullah Ra’is Ratibul Hadad menyeru untuk terus berjuang sekuat tenaga untuk terwujudnya daulah islamiyah, tegakknya aturan-aturan Allah yang telah di emban dan diwajibkan kepada umat Islam. Orasi ditutup dengan doa memohon pertolongan Allah, tegaknya syairat Islam, karena syariat Islam akan menolong umat islam seluruh dunia, keadilan akan tercapai, kezaliman akan musnah. “Satukan kami dalam kalimat laillahaillallah, matikan kami dengan kalimat laillahaillallah!”. [AR]
0 Komentar