Balapan mobil listrik Formula E akan digelar sebentar lagi. Tepatnya Sabtu, 4 Juni 2022 di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara. Berbagat persiapan telah dilakukan. Bahkan pada H-6 persiapan gelaran Formula E sudah mencapai 90 persen. Bukan hanya infrastrukturnya, para pembalap dan juga perlengkapan balap juga sudah datang. Bahkan tiketnya sudah hampir ludes terjual semuanya.
Pasokan listriknya juga sudah disiapkan. General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Doddy B Pangaribuan mengatakan dari daya listrik yang dibutuhkan dalam ajang balap mobil listrik tersebut sebesar 7 MVA nantinya akan dipenuhi PLN dari energi bersih yang terjamin dalam produk Renewable Energy Certificate (REC) yang diaudit oleh sistem tracking internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, Amerika Serikat. Dengan begitu, penyelenggara Formula E dapat membuktikan eksistensinya dalam berkontribusi mengurangi emisi karbon dengan menggunakan energi yang berasal dari pembangkit EBT di Indonesia. (web.pln.co.id, 14/05/22)
Mengurangi emisi karbon dan memperbaiki kualitas lingkungan adalah salah satu narasi yang selalu disebut-sebut dalam ajang balap mobil ini. Benarkah demikian? Jika ditelisik lebih jauh, ternyata keuntungan menggiurkan dari bisnis otomotif dan investasi inilah yang sebenarnya lebih dikedepankan. Tak tanggung-tanggung, asumsi pergerakan perekonomian selama balapan disebut tim Formula E mencapai 78 juta poundsterling atau senilai Rp1,4 triliun.
Bisnis mobil listrik ini memang mulai naik daun. Mulai banyak produsen yang masuk ke mobil listrik. Hyundai Ioniq 5, misalnya, adalah mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia. Mobil ini dipamerkan di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta 31 Maret yang lalu. Kendaraan ini rencananya juga akan dipakai para petinggi negara di KTT G-20 pada November 2022 mendatang. Dan mobil ini dijual mulai Rp 718 juta untuk varian bawah Prime Standar Range, dan dibanderol Rp 829 juta untuk varian tertinggi Signature Longe Range.
Dan untuk ini pulalah pemerintah sudah jauh-jauh hari menyiapkan regulasi agar bisnis ini bisa mendapatkan ekosistem yang baik. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Sedangkan untuk infrastruktur pengisian listrik, melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2020 sebagai turunan Perpres Nonor 55 Tahun 2019, ada dua jenis infrastruktur pengisian listrik. Pertama, Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) untuk motor. Kedua, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk mobil. Penyediaan infrastruktur ini dilaksanakan melalui penugasan kepada PT PLN (Persero) bekerjasama dengan BUMN atau badan usaha lainnya. Artinya, secara bertahap menunjukkan pemerintah telah menyiapkan ekosistem menyambut era revolusi mobil listrik.
Pertanyaannya pihak manakah akan akan mendapat keuntungan dalam bisnis ini? Yang jelas bukanlah rakyat kecil dan pengusaha UMKM. Jadi konsep trickle down effect dalam teori ekonomi sebagai pilihan strategi pembangunan hanyalah sebuah dogma yang sama sekali tidak bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil.
Apalagi istilah ini pada awalnya muncul sebagai sebuah satire yang dikemukakan oleh Will Rogers, seorang komedian yang mengkritik kebijakan Presiden Herbert Hoover ketika berupaya mengatasi depresi besar ekonomi (the great depression) di Amerika pada dekade 1920-an. Saat itu Rogers berujar, "Money was all appropriated for the top in the hopes it would trickle down to the needy."
Jadi jelaslah bahwa ajang formula E bukan semata untuk kepentingan rakyat atau pemanasan global dan emisi karbon, namun lebih pada kepentingan para pemilik modal saat menguasai era digital. Bukan pula kepentingan politik Anies ataupun para buzzer. Pun bukan untuk mengharumkan nama Jakarta ataupun Indonesia. Sebaliknya Indonesia, khususnya Jakarta di Formula E ini, hanya dijadikan tempat ajang promosi untuk produk-produk yang dipasarkan. Waspadalah! Wallahu a’lam.
Penulis: Kamilia Mustadjab
0 Komentar