Kemiskinan, Buah Penerapan Sistem Kapitalis Sekuler




Sungguh ironis, Indonesia negeri yang dikenal dengan sebutan zamrud khatulistiwa memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, namun kemiskinan menjadi momok yang menghantui kehidupan rakyatnya. Kemakmuran dan kesejahteraan bagaikan mimpi yang sangat sulit untuk diraih. Ibarat ayam mati di lumbung padi adalah potret kehidupan rakyat di negeri ini.


Kampung Mongol yang berada di Kota Bogor menjadi salah satu contoh pusat kemiskinan yang ada di Indonesia. Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) menyebutkan Kampung Mongol merupakan kampung seram dan menjadi pusat kemiskinan ekstrim di Kota Bogor. Ia mengatakan, di Kampung Mongol banyak warga miskin yang tidak mendapatkan bantuan sosial.


Dalam kunjungannya yang disertai Walikota Bogor Bima Arya, Muhadjir mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemkot Bogor, pihak BPJS, Kementerian PUPR, Kementerian Sosial untuk melakukan penataan tempat tinggal warga Kampung Mongol serta melakukan tindakan untuk peningkatan dan pemberdayaan masyarakat Kampung Mongol (IndonesiaToday, 25/04/2022)


Kemiskinan yang mendera di Kampung Mongol, dimana masyarakatnya mengais rezeki dengan menjadi pemulung dan anak-anak mereka banyak yang stunting karena kurang gizi. Selain Kampung Mongol masih banyak deretan potret kemiskinan yang terjadi di negeri ini.


Pemerintah berupaya untuk mengentaskan kemiskinan hanya dengan memberikan bantuan sosial, itupun bersifat insidental. Upaya semacam ini hanyalah tambal sulam, tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya mengapa kemiskinan merajalela di negeri yang kaya raya ini.


Tidak dapat dipungkiri, kemiskinan yang terjadi di negeri ini merupakan kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh penerapan sistem aturan kehidupan sekuler yang menjadi rujukan pemerintah. Penerapan aturan yang menjadikan rakyat sangat sulit meraih kehidupan yang layak, karena rakyat dibiarkan berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 


Negeri ini menerapkan sistem kapitalis sekuler yang menempatkan manusia sebagai pembuat aturan dan mencampakkan aturan Sang Pencipta Manusia yakni Allah Swt. Sekulerisme artinya memisahkan agama dari kehidupan atau dengan kata lain memisahkan aturan Allah Swt. dari urusan negara. Sistem ini juga menempatkan penguasa hanya sebagai fasilitator dan regulator. Tak nampak dalam sistem ini, penguasa yang mengurusi dan melayani semua kebutuhan rakyatnya.


Urusan pelayanan publik diserahkan kepada pihak swasta sehingga rakyat harus membayar mahal. Bahkan rakyat dijadikan sapi perahan untuk membayar beban utang negara dengan berbagai macam pungutan, salah satunya adalah pungutan pajak.


Di sisi lain kekayaan alam  melimpah ruah, yang notabene milik rakyat, justru dengan 'sukarela' diserahkan kepada asing dan aseng. Atas nama investasi, kedatangan asing dan aseng layaknya disambut dengan karpet merah. Padahal hakikat dari investasi tidak lain adalah bentuk penjajahan, bahkan mereka mampu menguasai berbagai sektor mulai dari hulu sampai ke hilir. Walhasil rakyat tidak merasakan hasil kekayaan negeri ini, kecuali hanya melihat kerakusan asing dan aseng yang berkolaborasi dengan penguasa sekuler merampok seluruh kekayaan alam negeri ini.


Kalaupun ada bantuan sosial itu hanya upaya pencitraan yang dilakukan penguasa hari ini, agar terlihat seakan-akan mereka mengurusi dan peduli dengan nasib rakyatnya. Padahal sesungguhnya, kehadiran penguasa bertopeng kapitalis sekuler yang telah menjadikan seluruh rakyat negeri hidup hidup bergelimang kemiskinan dan penderitaan.


Hanya asing dan aseng serta penguasa dan para pejabatnya yang menikmati kekayaan alam negeri ini. Kita lihat bagaimana glamournya gaya hidup pejabat hari ini, tidak sedikit pun ada rasa peka dan iba terhadap kemiskinan dan kesengsaraan yang menimpa rakyatnya. Mereka hanya sibuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dan mengabaikan rakyat yang seharusnya mereka layani dan urusi, bahkan seharusnya mereka rela mati demi rakyatnya.


Namun, hal ini tidak akan pernah terjadi selama sistem yang menuhankan materi masih bertahta di negeri ini. Harus ada solusi sistemik yang mampu mengeluarkan negeri ini dari kemelut kemiskinan dan mengambil alih pengelolaan kekayaan alam milik rakyat dari kerakusan tangan asing dan aseng.


Solusi sistemik tersebut tidak lain adalah solusi Islam yang diterapkan secara menyeluruh dalam institusi negara bernama khilafah. Dan khilafah telah terbukti dalam rentang sejarah yang sangat panjang mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya di seluruh negeri, baik di kota maupun di desa. 


Karena dalam Islam, penguasa adalah pelayan bagi rakyatnya yang mengurusi apa saja yang dibutuhkan oleh rakyatnya tanpa diminta, dan diberikan secara cuma-cuma. Rasulullah Saw. bersabda, ”Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim) 


Para penguasa dalam sistem khilafah sangat memahami makna dari tuntutan di atas. Karena tuntutan inilah yang mendorong Khalifah Umar bin Khattab ra sering berkeliling di malam hari untuk melihat kondisi rakyatnya. Saat ada yang mengeluh kekurangan pangan, ia segera memberikan bantuan dan memanggul karung gandum sendiri serta mengantarkannya.


Apa yang dilakukan oleh Umar bin Khattab adalah sebagai salah satu bentuk ketaatan dan keimanan seorang pemimpin, yang apabila ia lalai dalam mengurusi dan melayani kepentingan rakyatnya, maka ia akan mempertanggungjawabkan dihadapan Rabb-nya kelak.


Akan halnya kekayaan alam milik umum (rakyat), dalam pandangan Islam haram hukumnya dikelola oleh individu/swasta apalagi diberikan kepada asing dan aseng. Semua harta milik umum dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kemaslahatan rakyat.

Maka wajarlah selama 1300 tahun khilafah memimpin dunia, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Hal ini tak lain karena hukum buatan Allah Swt. sajalah yang mampu mengentaskan persoalan kehidupan manusia. 


Karena Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi seluruh makhluk ciptaanNya. Masihkah kita berharap dengan sistem kapitalis sekuler? Tentu saja tidak. Saatnya kembali ke sistem Islam kafah dalam naungan khilafah, Allahu Akbar!


Penulis : Siti Rima Sarinah

Posting Komentar

0 Komentar