Dilansir Radar Bogor pada 16/05/2022, 563 warga Kota Bogor terjangkit wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan satu diantaranya meninggal dunia. Jumlah ini terus mengalami peningkatan, pada bulan April 2022 dilaporkan 152 kasus dan mengalami kenaikan dibanding pada bulan Januari 2022 ada 129 kasus. Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor, Erna Nuraena mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Maraknya kembali wabah penyakit DBD disertai datangnya musim penghujan yang mengakibatkan genangan air menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah senatiasa mengimbau masyarakat untuk hidup bersih dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Karena wabah penyakit sering muncul diakibatkan lingkungan yang kotor dan kurangnya kesadaran masyarakat akan hidup bersih.
Menjaga lingkungan agar selalu bersih, tidak bisa dilakukan hanya dengan imbauan. Karena dalam hal ini, pemerintah pun menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan bersih dan sehat bagi seluruh rakyatnya. Tidak dipungkiri, di Kota Hujan ini masih banyak masyarakatnya yang hidup dalam lingkungan tidak layak huni/kumuh. Sehingga warga yang tinggal di tempat seperti ini sangat rentan untuk terjangkit wabah penyakit seperti halnya DBD.
Bogor hanyalah salah satu contoh kota besar di Indonesia yang masih memiliki PR untuk mengatasi kawasan kumuh di kotanya. Banyaknya keberadaan kawasan kumuh di negeri ini, menunjukkan ketidakberdayaan masyarakat untuk tinggal di pemukiman yang layak huni. Bahkan kita masih sering melihat sebagian masyarakat yang harus tinggal di kolong jembatan atau tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat pembuangan sampah.
Melihat kondisi seperti ini, maka sangatlah wajar jika wabah penyakit seperti DBD mengalami lonjakan yang sangat pesat. Ditambah lagi Kota Bogor yang dikenal dengan Kota Hujan sangat rentan terdampak wabah penyakit tersebut. Faktor alam seperti halnya musim penghujan, bukanlah satu-satunya faktor munculnya wabah penyakit. Masih banyak faktor lainnya yang menjadi penunjang munculnya wabah penyakit, diantaranya yaitu kebersihan lingkungan.
Hidup di lingkungan yang bersih dan sehat memang merupakan dambaan masyarakat. Bogor dan kota-kota besar lainnya banyak menawarkan kawasan pemukiman yang sehat dan nyaman dengan fasilitas yang memadai. Namun kawasan seperti itu hanya bisa diakses segelintir orang yang memiliki uang. Sedangkan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah, tak akan mampu tinggal di kawasan tersebut. Karena keterbatasan pendapatan, mereka terpaksa hidup dan tinggal di pemukiman yang padat penduduk dengan fasilitas yang tidak memadai. Bahkan ada yang hanya bisa pasrah, tinggal di tempat kumuh tak layak huni.
Ini menunjukkan bahwa kawasan pemukiman yang bersih dan dan sehat, sudah menjadi ajang bisnis bagi para pengusaha properti. Tak jarang penggusuran perkampungan kumuh dilakukan para pengusaha dan penguasa dengan menyulap kawasan tersebut menjadi kawasan yang indah dengan harga yang sangat mahal.
Fakta ini membuktikan sistem yang hanya memfokuskan pada materi (kapitalis) telah mewujudkan kesenjangan sosial di antara masyarakat yang miskin dan yang kaya. Yang miskin dibiarkan hidup dan tinggal di lingkungan kumuh dengan keterbatasan fasilitas, sedangkan yang kaya bisa menghirup udara segar dengan fasilitas pemukiman yang sangat memadai bahkan mewah.
Hal ini diperparah dengan keberadaan penguasa hasil cetakan sistem kapitalis, yang berfungsi hanya sebagai regulator dan fasilitator bagi rakyatnya. Penguasa kapitalis lupa akan kewajibannya untuk memberikan pemukiman yang layak dan bersih bagi seluruh rakyatnya. Sayangnya peran ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, penguasa hanya menganggap rakyat adalah pembeli bagi dagangan yang dijual oleh penguasanya.
Memberikan fasilitas pemukiman yang bersih namun dengan harga yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh masyarakat luas, tidak lain merupakan hasil kolaborasi antara pengusaha dan penguasa dalam sistem kapitalis. Kolaborasi inilah yang menjadikan semua hajat hidup rakyat, seperti lingkungan bersih, kesehatan dan lain sebagainya selalu dipandang dari kacamata materi/bisnis.
Hidup di lingkungan kumuh, mengakibatkan sangat mudah terserang penyakit. Pun keterbatasan ekonomi memaksa mereka hanya mampu mengkonsumsi makanan seadanya, bahkan kadang jauh dari kecukupan nilai gizi seimbang. Saat mereka sakit dan membutuhkan pelayanan kesehatan, lagi-lagi mereka hanya mendapatkan pelayanan alakadarnya karena tidak mampu membayar pelayanan kesehatan yang berkualitas yang identik dengan biaya mahal. Inilah potret kehidupan rakyat dalam sistem kapitalis, yang hanya memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat yang memiliki uang saja.
Potret kehidupan di atas sangat bertolak belakang dengan kehidupan yang terwujud dalam sistem Islam (khilafah). Khilafah adalah sistem yang mengaplikasikan aturan Islam secara menyeluruh di setiap lini kehidupan. Kesempurnaan aturan Islam yang diterapkan dalam kehidupan dapat dirasakan oleh setiap individu rakyat tanpa ada pembedaan status sosial.
Akan halnya kebersihan, Islam adalah agama yang sangant concern dengan hal tersebut. Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda, ”Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih” (HR. Thabrani).
Kebersihan adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam. Karena kebersihan merupakan pangkal sehat dan menjadi bagian dari keimanan seorang muslim. Kebersihan ini meliputi seluruh aspek dalam kehidupan, baik lingkungan, tempat tinggal dan semua hal yang berkaitan dengan manusia harus dilingkupi dengan suasana bersih dan sehat.
Menjaga kebersihan lingkungan perlu dilakukan secara kontinyu untuk mewujudkan individu-individu rakyat yang sehat dan dapat menunaikan ibadah serta aktivitas kehidupan lainnya. Untuk mewujudkan hal ini, khilafah wajib menyediakan fasilitas serta sarana prasarana yang dibutuhkan, sehingga dapat mewujudkan dan menjaga kebersihan lingkungan di muka bumi ini.
Negara akan memastikan setiap individu rakyatnya hidup di lingkungan yang layak huni dan bisa menghirup udara segar dan bersih setiap hari. Sehingga negara akan menata pemukiman rakyat harus jauh dari tempat pembuangan sampah dan tempat-tempat yang dapat menghantarkan bibit penyakit.
Penyediaan air bersih juga menjadi hal penting yang harus diutamakan. Maka negara akan menjamin terpenuhinya ketersediaan air bersih bagi setiap rakyatnya dimana pun mereka tinggal. Karena air merupakan hal pokok yang dibutuhkan manusia baik untuk ibadah dan untuk aktivitas lainnya.
Demikian pula sarana prasarana pembuangan limbah rumah tangga pun menjadi tanggung jawab negara. Negara menyediakan lahan yang luas sebagai tempat pengelolaan sampah yang jauh dari pemukiman rakyat. Tidak membiarkan sampah bertumpuk, menyediakan tempat sampah yang mudah dijangkau oleh rakyat, menyediakan akses jalan dan transportasi yang akan memudahkan mengangkut sampah dan membuangnya di tempat pengelolaan sampah. Serta memberikan sanksi kepada siapa pun yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Negara juga melakukan edukasi kepada rakyatnya tentang pentingnya hidup bersih dan sehat karena dorongan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Pelayanan kesehatan juga menjadi fokus negara agar individu rakyatnya menjadi sehat. Pelayanan kesehatan yang terjamin kualitasnya akan diberikan negara kepada rakyat yang sakit, tanpa membedakan apakah ia miskin ataupun kaya. Semua mendapatkan pelayanan dan hak yang sama untuk mendapatkan fasilitas kesehatan terbaik.
Inilah mekanisme dalam sistem khilafah yang mampu menjamin rakyatnya hidup dalam hunian yang layak, nyaman dan bersih serta bebas dari wabah penyakit. Kalaupun ada rakyat yang sakit, maka khilafah menjamin pengobatannya secara gratis dan berkualitas. Semua ini dapat terwujud karena tata kelola negara khilafah yang bersumber dari zat yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan, yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk ciptaan-Nya. Wallahua’lam.
Penulis : Siti Rima Sarinah
0 Komentar