Ramadan tinggal di penghujung hari. Hari kemenangan dan malam sejuta pahala yang dinanti umat Islam sudah di depan mata. Lailatul Qadar didamba karena begitu banyak menyimpan segudang ampunan dan pahala. Di dalam Al-Qur 'an banyak membahas tentang malam yang utama ini. Pun demikian di as Sunah.
"Taukah kamu, apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. (TQS.al Qadar(97):2-3).
"Siapa saja yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR al Bukhari-Muslim).
Dalil dari Al-Quran dan as Sunah ini memberi sebuah penjelasan tentang keutamaan malam tersebut. Selayaknya bagi kita menghidupkan malam-malam tersebut demi meraih derajat takwa. Bahkan berharap Allah rida dan memasukkan diri kita ke surga yang dijanjikan.
Disebutkan pula bahwa jika ingin mendapatkan malam Lailatul Qadar harus mencari di hari-hari yang ganjil.
Menurut Imam al Ghazali dalam kitab ihya Ulum ad-Din, 3/121 Allah menyembunyikan malam tersebut boleh jadi bahwa agar manusia mau melipat gandakan seluruh amalan salehnya.
Namun patut dipahami bukan hanya sekadar di bulan Ramadhan saja kita melipat gandakan tetapi di luar Ramadan pun harus. Jika saat menyambut Lailatul Qadar begitu taat maka sesudah tuntas Ramadan harus jauh lebih taat.
Terlebih sebentar lagi kita akan merayakan hari fitri yaitu Idul Fitri. Hari kemenangan bagi mereka yang telah mampu melaksanakan ibadah shaum.
Kemenangan bagi mereka yang telah mampu melawan segala hal yang menyesatkan. Mampu menundukkan hati dan pikiran hanya untuk Allah semata, terlebih di malam sepuluh terakhir.
Seyogianya, umat Islam yang beriman masih mengharapkan Ramadan mubarrak bulan penuh keberkahan. Namun, Allah menetapkan waktu bulan Ramadhan antara 29 hari atau 30 hari. Bulan berikutnya adalah bulan sebagai ladang menanamkan benih ketakwaan serta ketaatan yang disemai di bulan Ramadan.
Ketakwaan serta ketaatan saat Ramadan terlebih menjelang Lailatul Qadar dan hari kemenangan tiba menjadi modal besar untuk terus ditingkatkan di bulan selanjutnya. Bukan justru menurun apalagi menghilang begitu saja.
Semua suasana ini sebenarnya akan terus berlangsung jika sistem yang diterapkan adalah sistem Islam. Karena melalui sistem ini keresahan, kegundahan dan keterpurukan akan berusaha dilenyapkan. Tak ada lagi kegundahan saat Ramadan untuk mencukupi kebutuhan terlebih menjelang Lebaran. Tak ada lagi tawuran dan kemaksiatan yang diberitakan yang membuat kita mengerutkan pikiran.
Lenyap sudah rasa bersalah saat kita makan enak sementara saudara kita kelaparan akibat sistem zalim yang tak memberi jaminan kebutuhan.
Bahkan keimanan pun akan terus meningkat karena tak ada lagi yang memperkusi umat Islam. Melarang azan, melarang ceramah hingga kemaksiatan yang bertaburan saat ini bisa dihentikan. Semua bisa terjadi saat khilafah tegak.
Oleh karena itu, mumpung malam mulia itu masih ada maka sebaiknya bagi kita umat Islam untuk mengencangkan doa-doa, bermunajat penuh keikhlasan agar umat Islam ini tak lagi sengsara di segala bidang kehidupan.
Dakwah jangan ditinggalkan disaat Ramadan begitupun saat menyambut kemenangan tiba. Insya Allah pertolongan Allah Swt akan segera dalam genggaman. Insya Allah.
"Pada hari (kemenangan) bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikendaki-Nya. Dialah Yang Maha perkasa lagi Maha Penyayang
(TQS. ar Ruum(30) : 4-5).
Wallahu a'lam bishshawwab.
Oleh Heni Ummufaiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar