Sungguh diluar nalar akal sehat saat kita menyaksikan sikap pejabat di negeri+62 yang penuh kontroversi. Penggantian gorden rumah dinas anggota DPR RI kian mencengangkan dengan nilai yang sangat fantastis.
Dikutip dari detikcom dari situs LPSE DPR RI, Kamis (5/5), lelang dimenangi PT Bertiga Mitra Solusi yang beralamat di Tangerang, Banten. Tender dimenangi oleh peserta lelang yang menawarkan harga Rp 43,5 miliar
Diketahui lelang tender penggantian gorden di rumah dinas jabatan anggota DPR RI tuntas. Tender dimenangi peserta lelang yang menawarkan harga Rp 43,5 miliar yakni PT Bertiga Mitra Solusi, Rp 43.577.559.594,23 (Rp 43,5 miliar) (detikcom, 5/5/2022).
Jika sebelumnya ramai pemberitaan tentang kenaikan bahan bakar minyak, tarif dasar listrik, tarif tol hingga minyak goreng, kali ini justru publik dikejutkan dengan tender gorden anggota dewan DPRI RI. Kondisi ini terjadi ditengah keterpurukan ekonomi masyarakat. Saat masyarakat sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akibat naiknya berbagai macam kebutuhan, pejabat di negeri ini seolah tuli dan buta terhadap kesengsaraan rakyatnya. Mirisnya dari hasil lelang tender normalnya adalah kualitas bagus dengan harga ekonomis tetapi yang terjadi sebaliknya. Bahkan aroma korupsi dalam proyek ini kian terasa.
Entah tidak membaca situasi dan kondisi saat ini, pejabat di bumi pertiwi ini yang secara faktanya, ekonomi Indonesia masyarakat belum sepenuhnya bangkit. Hantaman pandemi yang memorakporandakkan seluruh lini kehidupan tak terkecuali ekonomi.
Inilah watak ekonomi kapitalisme yang melahirkan pejabat rakus dan serakah telah menciptakan kesenjangan sosial ekonomi di tengah masyarakat. Sistem ekonomi kapitalisme nyatanya tak mampu menyejahterakan rakyat apalagi memberi rasa adil untuk semua kalangan. Kepentingan para kapitalis serta oligarki penguasa sajalah yang hanya akan mencicipi kue kekuasaan yang didapat dari hasil jerih payah rakyat.
Seharusnya anggota dewan yang merupakan wakil rakyat mendahulukan kepentingan rakyat yang kini sedang terpuruk. Menunda berbagai hal yang dirasa tidak begitu penting terlebih urusan ekonomi masyarakat jauh lebih utama. Masyarakat kita sebenarnya sudah jenuh dengan kondisi sekarang, perekonomian yang kian hari tak banyak perubahan yang berarti.
Islam solusi Permasalahan Umat
Ketika sandaran hidup manusia disandarkan kepada aturan Allah tentu yang dirasakan adalah rasa keadilan dan ketentraman. Begitupun kehidupan berbangsa dan bernegara jika disandarkan kepada hukum-hukum Allah melalui bingkai khilafah tentu tidak akan ada cerita pejabat yang terus menerus melakukan korupsi dan abai terhadap kepentingan rakyatnya. Sistem kapitalisme sangat berbanding terbalik dengan Islam. Sistem Islam melahirkan penguasa yang peka terhadap kondisi rakyatnya. Penguasanya rela tidak makan dan tidur manakala melihat rakyatnya dalam kondisi sengsara.
Menelusuri sejarah Islam akan menemukan para khalifah yang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi rakyatnya. Rasa takut kepada Allah menjadi modal untuk senantiasa maksimal meriayah rakyatnya. Benteng takwa sebagai pondasi dalam menerapkan aturan Islam. Akibatnya saat mengetahui ada unsur riswah(suap)dalam setiap kebijakan dan proyek maka akan segera ditindak tegas tanpa pandang bulu. Pada akhirnya setiap pejabat dan penguasa yang melakukan pelanggaran hukum syara semisal pengadaan proyek baik berupa infrastruktur atau yang lainnya senantiasa kepentingan rakyat yang didahulukan.
Kita akan mendapati kisah perjalanan para Khulafaur Rasyidin seperti kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang di masa kepemimpinan nya senantiasa mementingkan rakyatnya. Bahkan saking hati-hatinya semasa hidupnya beliau mengembalikan seluruh harta yang pernah digunakan semasa jadi khalifah kepada umatnya.
Pernah suatu hari, dikutip dari buku The Khalifah karya Abdul Latip Talib, istri Abu Bakar mengatakan sudah tidak ada bahan yang bisa dimakan. Pakaian keduanya juga sudah lusuh dan penuh tambalan.
Abu Bakar akhirnya berjualan ke pasar agar mendapat uang untuk membeli keperluan setiap hari. Dikutip dari situs Islamic Civilization yang mengambil dari buku The Biography of Abu Bakr As-Siddeeq, sang khalifah bertemu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah saat hendak ke pasar membawa pakaian untuk dijual. Saat ditanyakan hendak kemana maka Abu Bakar pun menjawab bahwa beliau ingin berjualan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Namun seketika Umar pun memberikan santunan guna memenuhi kebutuhan keluarga Abu Bakar. Hal ini memang sudah selayaknya agar bisa fokus meriayah rakyatnya yang dibil dari baitulmal.
Hingga akhir hayatnya, Abu Bakar As Siddiq terus berusaha menjaga amanah yang dipercayakan seluruh muslim padanya. Seperti yang dituliskan Ath-Tabrani dalam kitab Musnad seperti diceritakan Al-Hassan bin Ali bin Abu Thalib, yang memberi amanah pada putrinya Aisyah jika Abu Bakar kelak wafat. Seluruh barang yang diperoleh selama menjadi khalifah, harus dikembalikan pada Baitul Mal dan diserahkan pada penggantinya.
Sungguh luar biasa kehidupan para penguasa di masa khilafah sederhana dan jauh dari sikap rakus, hedonis terlebih abai terhadap umat.
Oleh karena itu, sejatinya jika menging inginkan kehidupan sejahtera dan pemimpin yang amanah hanya di sistem Islam yakni khilafah.
Wallahu alam bishshawab.
Oleh Heni Ummu faiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar