Ancaman Bagi Penghina Rasulullah SAW.



Lagi, penghinaan terhadap Islam kembali terjadi. Kali ini terjadi pada promosi sebuah perusahan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, Holywings. Promosinya adalah menggratiskan miras kepada mereka yang memiliki nama Muhammad dan Maria. Jelas, bagi kaum muslimin ini adalah sebuah penghinaan yang luar biasa. Bagaimana mungkin nama Muhammad, yang merupakan nama Nabi kaum muslimin, ditempelkan dengan miras yang sudah sangat jelas diharamkan. Benar-benar ini adalah sebuah pelecehan bagi kaum muslimin.


Penghina Rasulullah, Neraka Tempatnya


Dalam Islam, menghina Nabi saw. terkategori sebagai perbuatan yang dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, baik dilakukan dengan serius maupun hanya sekedar berkelakar. Al Quran juga telah banyak menceritakan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang dilakukan oleh orang kafir. 


Rasul dihina sebagai penyair (QS Al Anbiyaa’ [21]:5), dituduh sebagai dukun (QS Al-Haaqqah [69]:42), dicela sebagai tukang sihir (QS Adz Dzaariyaat [51]:52), dan dinista sebagai orang gila (QS Al Hijr [15]: 6).


Selain itu beliau juga dihina karena status beliau sebagai anak yatim dan orang miskin (QS Az Zukhruf [43]:31). Juga dinista bahwa beliau tidak akan mempunyai keturunan setelah kematian putranya yang bernama Qosim (QS Al Kautsar [108]:1-3), dan banyak kasus lainnya.


Dan jawaban orang-orang kafir ketika ditanyakan tentang hinaan yang mereka lancarkan itu telah direkam dalam Al Quran. Allah Swt berfirman:


يَحْذَرُ ٱلْمُنَٰفِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُم بِمَا فِى قُلُوبِهِمْ ۚ قُلِ ٱسْتَهْزِءُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ مُخْرِجٌ مَّا تَحْذَرُونَ وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ


“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-Taubah: 65)


Kondisi ini nyata sekali dalam kasus Holywings beberapa waktu yang lalu. Para pembelanya beralasan bahwa itu bukanlah kesengajaan dan sekadar kekreatifan yang berlebihan, maka seharusnya kaum muslimin tidak terlalu berlebihan menyikapinya. Persis sama dengan apa yang apa yang diceritakan Al Quran.


Lantas terhadap sanggahan mereka ini, Allah menjawab


لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ


Tidak perlu kalian mencari-cari alasan, karena kalian telah kafir setelah beriman. (QS. At-Taubah : 66)


Dari ayat ini tampak jelas bahwa melecehkan Nabi Muhammad bukan perkara yang sederhana. Dengan menghina Rasulullah, jika dia seorang muslim maka dia dihukumi sama dengan keluar dari agama Islam. Menghina beliau, bisa membatalkan saksi di dalam kalimat syahadat yang pernah dia ucapkan jika dia tidak bertaubat. 


Tidak hanya itu, tindakan menghina Nabi Muhammad saw. sama saja dengan menghina agama Islam dan seluruh umat muslim. Oleh karena itu, umat muslim boleh marah dan menghukum pelaku penghinaan tersebut.


Dalam QS. Al Kautsar: 3 pun Allah telah memberikan ancaman pada para penghina Rasul. Allah berfirman: 


اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

 

“Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS Al Kautsar 3).


Menurut Imam Asy Syaukani, meskipun menurut sebagian riwayat ayat itu turun berkenaan dengan ‘Ash bin Wail yang mengolok-olok Rasulullah saw. sebagai abtar lantaran semua anak laki-laki beliau meninggal, akan tetapi ayat ini berlaku umum, mencakup semua orang yang membensi beliau. Sebab pelajaran itu diambil dari umumnya lafazh, bukan khususnya sebab. Bahkan menurut Abdurrahman Al Jazairi, ayat ini mencakup orang yang membenci beliau di setiap zaman dan tempat.


Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, “Sesungguhnya orang yang membencimu, wahai Muhammad, dan membenci apa yang kamu bawa berupa petunjuk, kebenaran, bukti kebenaran, sinar dan cahaya yang terang adalah al abtar, paling sedikit, paling hina, dan terputus penyebutan terhadapnya.”


Dijelaskan Tafsir Kementerian Agama, sesudah Allah menghibur dan menggembirakan Nabi Muhammad serta memerintahkan supaya mensyukuri anugerah-anugerah-Nya dan sebagai kesempurnaan nikmat-Nya, maka Allah menjadikan musuh-musuh Nabi itu jadi hina dan tidak berdaya. Siapa saja yang membenci dan mencaci Nabi akan hilang pengaruhnya dan tidak ada kebahagiaan baginya di dunia dan di akhirat. Sedang kebaikan dan hasil perjuangan akan tetap jaya sampai hari Kiamat.  


Orang-orang kafir Mekkah mencaci Nabi Muhammad bukan karena mereka tidak senang kepada pribadi Nabi, tetapi karena beliau (Nabi) mencela kebodohan mereka dan mencaci berhala-berhala yang mereka sembah serta mengajak mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala itu.  Sungguh Allah telah menepati janji-Nya dengan menghinakan dan menjatuhkan martabat orang-orang yang mencaci Nabi Muhammad. Sehingga nama mereka hanya diingat ketika membicarakan orang-orang jahat dan kejahatannya.


Agar Penghinaan Terhadap Islam Tak Lagi Terulang


Penghinaan pada Rasul dulu terjadi saat Rasul menyebarkan Islam di Mekkah, yakni ketika belum tegak institusi negara Islam. Namun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, para penghina itu diberi balasan yang setimpal kecuali bagi mereka yang bertaubat sebagaimana Ka’ab bin Zuhair.


Ka’ab bin Zuhair adalah seorang penyair yang kerap kali memprovokasi orang-orang di masa itu untuk melawan Rasulullah saw. Tatkala kabar kemenangan Rasulullah saw. di Fathul Mekkah  sampai kemana-mana, kakak Ka’ab bin Zuhair, Bujair bin Zuhair Ra. yang pada waktu itu telah memeluk Islam mengabari adiknya. 


Ia melayangkan sepucuk surat yang berisi “Rasulullah Saw. telah mengeksekusi beberapa orang yang dulu mencelanya dan menyakitinya. Dan para penyair Quraisy yang tersisa adalah Ibn Ziba’ra dan Hubairah bin  Abi Wahb. Mereka telah melarikan diri. Kalau dalam dirimu memang masih ada hajat (untuk hidup), maka pergilah temui Rasulullah Saw. Karena Rasul tak pernah membunuh seorangpun yang bertaubat mendatanginya. Kalau kau tak mau melakukan itu, maka carilah keselamatanmu dengan melarikan diri.”


Namun sayangnya Ka’ab bin Zuhair membalas surat itu dengan untaian syair yang justru mengecam dan menyudutkan Rasulullah saw. Syair ini sampai juga kepada Nabi. Bujair pun membalas syair Ka’ab. Saat itulah hati Ka’ab mulai ragu. Dia tak ingin melarikan diri, karena ia merasa tak lagi memiliki tempat sembunyi yang aman. Ia lalu memutuskan untuk pergi menemui Rasulullah saw. di Madinah. 


“Wahai Rasulallah, Ka’ab bin Zuhair sudah datang dan minta jaminan keamanan kepadamu. Ia bertaubat dan masuk agama islam. Maka apakah engkau mau menerimanya jika aku datang padamu membawa serta dia?” kata Ka’ab. “Tentu saja”, jawab Rasulullah saw.


Mendengar jawaban tersebut Ka’ab mengaku, “Akulah wahai Rasul! Ka’ab bin Zuhair”. Spontan saja, salah seorang sahabat Anshor melompat hendak menikam Ka’ab. “Biarkanlah aku dan musuh Allah ini, aku penggal lehernya.”


Namun Rasulullah Saw. mengatakan, “Biarkan dia, karena dia telah datang bertaubat. Tak melakukan lagi apa yang dilakukannya dulu.” Kemudian ia menyenandungkan syair kasidah yang begitu popular dan melegenda, Banat Su’ad.  (Sirah Ibn Hisyam)


Kisah ini menunjukkan bahwa penghinaan para Rasulullah saw. baru akan bisa berhenti jika kaum muslimin memiliki kekuasaan dalam sebuah institusi negara. Saat itulah taka da lagi yang berani untuk menuduh dan menistakan Rasulullah saw. dan juga menghina ajaran Islam yang mulia. Bahkan pelecehan terhadap kaum wanita pun tak pernah terjadi. 


Negara yang dipimpin oleh Rasulullah saw. benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pihak yang mengayomi rakyatnya dengan penerapan syariat Islam dan meninggikan kalimat Allah di atas seluruh bangsa. Demikian pula para khalifah sesudahnya. 


Karena itu jika saat ini kaum muslimin ingin menghentikan penghinaan demi penghinaan yang terus terjadi, sudah semestinya kaum muslimin berjuang untuk mewujudkan kekhilafahan Islamiyah, sebuah negara yang berasaskan pada Islam saja dan menerapkan seluruh syariah Islam secara kaffah. Wallahua’lam.


Penulis: Kamilia Mustadjabs


Posting Komentar

0 Komentar