Bagi yang menyadari bahwa hidup tanpa Al-Quran akan terasa kering kerontang. Hal ini karena Al Quran memberi cahaya bagi siapapun yang membacanya. Bagi seorang pengemban dakwah membaca Al-Quran merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan.
Al-Quran laksana penyejuk di tengah keringnya hati manusia tanpa itu rasanya tidak akan mendapatkan ketenangan. Ada masalah ataupun tidak Al-Quran menjadi wasilah untuk melisankannya. Pendengarannya hanya didengarkan pada ayat-ayat suci, lisannya akan basah dengan lantunan huruf demi huruf Al-Quran, matanya basah saat ayat tentang azab dibacakan sementara kalbunya merindu tentang nikmatnya surga. Sungguh hal ini menjadi sebuah habit bagi para perindu surga yakni mendawamkan Al Qur'an.
Allah Swt berfirman di dalam surat al Isra ayat 9 :"Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar."
Dari dalil di atas menjadi sebuah pegangan bahwa Al-Quran akan senantiasa pendamping hidup dalam suka maupun duka. Ketika hati gelisah dilanda kesusahan membaca Al-Quran sebagai pelipur lara hati. Membaca Al-Quran laksana bodyguard untuk membentengi diri dari serangan musuh yang terus menyerang. Mengamalkan, mendakwahkan serta menerapkan dalam kehidupan menjadi hal pokok bagi muslim yang terus merenda ketaatan.
Tidaklah heran jika saat Al-Quran diterapkan keberkahan akan didapatkan oleh semua orang. Namun sebaliknya saat diabaikan justru kehinaan yang akan didapatkan. Inilah yang saat ini kita rasakan. Bodyguard itu seolah hilang hal tersebut terjadi karena Al Qur'an tidak diterapkan. Kesejahteraan bagi manusia pun hanyalah angan-angan. Karena manusia lebih mengambil aturan rusak dan menyesatkan yakni sistem demokrasi sekularisme pembawa malapetaka kehidupan.
Di masa sekarang banyak yang membaca Al-Quran hingga menghapalkan sementara menjadikan Al-Quran sebagai bodyguard kehidupan masih sangat kurang. Mereka (umat Islam) banyak yang memilah dan memilih aturan yang berasal dari Al-Quran laksana makanan dalam meja prasmanan. Dirasa enak diambil jika berat diamalkan maka ditinggalkan. Ironis sekali. Di satu sisi mengaku cinta Al-Quran di sisi lain saat Allah memerintah untuk menerapkan ajaran Al-Quran berbondong-bondong menolaknya. Na'uzubillahiminzalik.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim sudah saatnya menjadikan Al-Quran bodyguard kehidupan. Menjadi panduan dan pedoman saat kehilangan arah. Bagi pengemban dakwah dan aktivis Islam membaca, menghapal dan menerapkan dalam seluruh aspek kehidupan menjadi sebuah kewajiban.
Jika ingin selamat dunia akhirat ikuti Al-Quran walaupun banyak cobaan menghadang. Namun sebaliknya jika dunia lebih diutamakan daripada Al-Quran siaplah mendapatkan kehinaan dan azab pedih di hari penghisaban.
Sebuah Renungan bersama bagi kita:
"Bacalah al Qur'an dan amalkanlah isinya, janganlah kalian menolaknya, janganlah berlebih-lebihan di dalamnya (membaca dan mengamalkan). Janganlah makan dari al Quran dan janganlah menumpuk-numpuk harta dengannya. (HR.Ahmad ath Thabrani dan yang lainnya dari Abdurrahman Syibli ra). Wallahualam.
Penulis: Heni ummufaiz
Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar