Akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar maraknya tawuran yang dilakukan para remaja. Aksi tawuran ini bahkan berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Aksi tawuran kerap terjadi dikalangan remaja saat ini, sebagai bentuk solidaritas kepada sesama teman sebaya yang sedang berkonflik dengan kelompok lain. Sehingga mereka rela melakukan apa saja demi membela teman yang satu komunitas dengannya.
Aksi tawuran ini tentu menimbulkan rasa khawatir dan rasa takut yang sangat mendalam bagi orang tua. Khawatir anak-anak mereka ikut bergabung dengan komunitas gang remaja yang sering tawuran. Kumpulan gang remaja memang ada ditengah-tengah remaja yang sedang tumbuh dan sedang mencari identitas diri serta ingin menunjukkan eksistensi dirinya. Masuk komunitas gang remaja menjadi salah satu wadah untuk mencari dan mendapatkan jati diri mereka.
Gang remaja ini berasal dari siswa yang masih di bangku SMP, SMA bahkan SD ikut mewarnai komunitas gang remaja ini. Keikutansertaan mereka pada komunitas gang remaja ini, kadang membuat para remaja rela untuk bolos sekolah demi menunjukkan loyalitasnya pada komunitasnya. Apalagi salah satu dari mereka sedang berkonflik dengan gang yang lain, maka yang lainnya siap sedia membela kawan mereka. Senjata tajam kerap menjadi peralatan yang mereka miliki dan mereka bawa ketika berhadapan dengan kelompok yang lain.
Ada rasa bangga yang mereka dapatkan, apabila kelompok mereka berhasil mengalahkan kelompok musuh dan menjadi bargaining posision bagi kelompok lainnya. Bahkan yang menjadi kelompok pemenang ini akan ditakuti dan dihormati dengan kelompok gang yang lainnya. Inilah salah satu hal yang ingin mereka dapatkan ketika bergabung dengan komunitas gang remaja.
Berbagai upaya dilakukan baik oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk mengatasi aksi tawuran bak jamur dimusim hujan. Dan biasanya pemerintah senantiasa menghimbau orang tua untuk menjaga anak-anak mereka agar tidak terlibat dalam komunitas gang remaja tersebut. Karena adanya gang remaja ini, bukan hanya tawuran yang mereka lakukan melainkan juga mereka tak segan-segan untuk mengkomsumsi minuman beralkohol.
Kenakalan remaja ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Sebab, apa jadinya nasib masa depan bangsa ini apabila para remaja terjerumus dalam aksi tawuran dan suka mengkomsumsi minuman memabukkan yang menghilangkan kesadaran mereka. Padahal mereka kelak akan menjadi pelanjut estapet perjuangan negara ini.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan para remaja mudah sekali masuk dalam komunitas gang yang kerap melakukan tindakan kekerasan. Pertama, remaja saat ini telah kehilangan identitas mereka sebagai seorang muslim. Hal ini dikarenakan pemahaman yang mereka miliki telah terkontaminasi dengan sekularisme yang menjadi asas kurikulum pendidikan di tempat mereka menuntut ilmu.
Sekulerisme adalah yang memisahkan agama dari kehidupan terlah berhasil merusak masa depan generasi. Karena ide ini membuat para remaja menjadikan tolak ukur perbuatan mereka bukan lagi halal dan haram melainkan mengikuti hawa nafsu manusia. Sehingga generasi muslim saat ini, tidak mampu menyelesaikan masalah hidupnya kecuali hanya dengan kekerasan seperti halnya aksi tawuran.
Hal ini terjadi karena mereka tidak mendapatkan pemahaman agama yang utuh tentang kehidupan. Jam mata pelajaran sangat minim diberikan kepada siswa dan hanya diajarkan hal-hal yang berkaitan dengan sholat dan wudhu. Padahal begitu banyak tsaqofah Islam yang bisa ditransfer kepada generasi agar mereka memiliki bekal pemahaman Islam yang benar dalam mengarungi medan kehidupan.
Kedua, faktor lingkungan dan media.Ini menjadi faktor pendukung massifnya kenakalan yang terjadi dikalangan remaja. Lingkungan yang tercipta adalah lingkungan yang tidak peduli dan tidak peka pada remaja. Bahkan sebagian masyarakat menganggap kenakalan remaja adalah hal yang biasa dilakukan oleh anak muda. Dan hal ini diperparah dengan adanya peran media yang menyajikan berbagai sajian yang mengandung unsur kekerasan dan berbagai kerusakan bahkan penyimpangan.
Ketiga, Abainya peran negara terhadap masa depan generasi. Ini fakta yang tak terbantahkan, bahwa negara abai terhadap tugasnya. Seharusnya menjadi institusi pelindung dan penjaga serta menutup rapat-rapat celah yang dapat merusak generasi. Namun hal ini tak dilakukan karena negara kita menganut sistem yang sejalan dengan sistem pendidikan yang diterapkan yaitu sekulerisme. Inilah kolaborasi negara dan sistem pendidikan dalam menghancurkan masa depan generasi.
Keempat, disfungsi keluarga. Adanya disfungsi keluarga menjadi pemicu utama mengapa para remaja rentan terjerumus pada kenakalan remaja. Pada hakikatnya keluarga adalah benteng terakhir dan terkecil dalam sebuah masyarakat dalam menjaga generasi. Apalagi hidup dalam sebuah sistem rusak ala sekulerisme, peran keluarga sangat dibutuhkan dan diperlukan sebagai penjaga generasi dari berbagai kerusakan dan kekerasan.
Oleh karena itu, para orang tua harus bersegera menyelamatkan generasi untuk menciptakan dan mencetak mereka menjadi salah satu pahala jariyah bagi kedua orang tuanya. Peran orang tua sebagai sekolah pertama dan utama bagi generasi, harus dioptimalkan dan selalu dibenahi agar sesuai dengan aturan yang ditelah ditetapkan sang pemilik amanah yang kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban olehNya.
Ada beberapa hal yang bisa orang tua lakukan agar mengembalikan generasi pembangun peradaban Islam kepada posisi mereka sebagai umat terbaik (khairu ummah) diantaranya adalah, pertama mengkondisikan suasana rumah dan keluarga menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak. Pengkondisian suasana ini menjadi tugas bagi kedua orang tua. Kesibukan orang tua dalam mencari nafkah tidak boleh mengesampingkan tugasnya sebagai pendidik dan mendidik anak-anak mereka.
Kedua, jadilah orang tua dan sekaligus menjadi sahabat bagi terbaik anak-anak, sehingga bisa dengan leluasa menyampaikan apa yang merasakan dan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan jadilah orang tua sekaligus pendengar sejati terhadap semua keluh kesah sang anak. Bersikap bijaklah dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi anak terlepas mereka lakukan salah atau benar.
Ketiga, berikan perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada mereka, karena sesungguhnya walaupun mereka sudah beranjak dewasa mereka masih membutuhkan hal tersebut. Adapun ketika berkomunikasi dan berdiskusi dengan anak terkait permaslahan mereka, sampaikan dengan bahasa baik tidak memojokkan apalagi mencela mereka. Karena mereka pun sedang berproses menuju pendewasaan sehingga membutuhkan bantuan kedua orang tuanya agar mampu bersikap dan berfikir benar dalam menjalani dan menghadapi permasalahan hidupnya.
Keempat, orang tua sering-seringlah menyampaikan rasa bangga kepada anak-anak mereka. Karena setiap anak pasti memiliki hal yang membanggakan orang tuanya walaupun tidak berprestasi secara akademik, bisa jadi mereka berprestasi dibidang yang lain. Apapun itu, orang tua wajib memberikan apresiasi kepada mereka, dengan begitu akan menumbuhkan rasa percaya diri dan eksistensi mereka ditengah keluarga.
Sampaikan pula harapan-harapan besar dan mulia sebagai kedua orang tua kepada sang anak, misalnya orang tua menginginkan sang anak menjadi penghafal dan pengemban Al Qur’an yang kelak akan menjadi pejuang Islam. Namun yang harus diingat adalah hindarilah menggunakan bahasa tuntutan, agar tidak menjadi beban bagi anak. Berbeda halnya ketika orang tua menyampaikan harapan dengan bahasa keimanan, akan memotivasi sang anak untuk memenuhi harapan orang tuanya dan mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkannya, semata-mata ingin membahagiakan kedua orang tuanya bukan hanya di dunia melainkan juga diakhirat kelak.
Kelima, ajak dan pahamkan anak tentang kewajiban mengkaji Islam. Dengan ikut kajian keIslaman, maka mereka akan bertemu dengan teman-teman sebaya yang memiliki pemahaman Islam. Karena mencarikan lingkungan dan teman sebagai yang baik, juga menjadi tugas dari orang tua. Sehingga ketika mereka berteman dengan orang yang shalih, maka akan mentransferkan keshalihan kepada anak-anak kita. Sehingga sang anak pun bisa mendapatkan gambaran yang benar tentang jati diri seorang muslim dan menunjukkan eksistensi dirinya sebagai seorang muslim.
Dan terakhir, senantiasa kita mendoakan anak-anak kita kepada sang pemilik jiwaNya untuk membantu kita dalam menjaga dan mendidik mereka dari berbagai kerusakan yang timbul akibat hukum Allah dicampakkan. Karena Allah sebaik-baik penolong bagi setiap makhluk. Oleh karena itu, Allah telah memberikan seperangkat aturan kepada orang tua bagaimana mendidik anak-anak mereka seperti yang telah ditetapkanNya.
Harus senantiasa patut diingat oleh setiap orang tua bahwa sesungguhnya anak-anak yang diamanahkan kepada mereka adalah anak yang suci, maka orang tuanyalah yang akan berperan mendidik anak mereka akan menjadi seperti apa. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi,”Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi” (HR. Muslim). Wallahu a’lam
Penulis: Siti Rima Sarinah
0 Komentar