Insecure emang suka datang kek gak pake permisi. Gak diundang, gak dibeliin tiket kok ujug-ujug menghampiri. Lha iya, siapa juga ya yang mau insecure? Kesiksa banget pasti, klo udah dijangkiti penyakit satu ini.
Ternyata, emang akibat dari insecure itu gak play-play lho. Perasaan tidak aman ini membuat seseorang merasa gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Kebayang ya gimana hidupnya orang yang senantiasa berkubang dengan rasa itu? Pasti mu ngapa-ngapain aja males. Mau melakukan kegiatan-kegiatan, takut. Mau bicara depan publik, serem. Mau gaul ma temen, berkerut. Nah,kalau begitu terus lama-lama bakal depresi juga. Kalau udah depresi biasanya gak sedikit milih sayonara paksa sama dunia alias bunuh diri. Nauzubillahiminzalik.
Lalu-lalu, kenapa sih orang bisa insecure? Katanya para ahli sih ada dua faktor penyebabnya. Pertama faktor luar, misalkan kaya dari pola asuh orang tua yang salah atau dibully sama teman, atau ngeliat lingkungan kok gak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini seseorang.
Kaya misal gini, sesekakak yakin kalau nyontek itu perbuatan hina nan nista. Eeeh, pas di sekolah temen-temennya malah rombongan penganut nyontek adalah jalan menuju Roma. Dia sendirian bertahan sama idealismenya. Auto dimusuhin dong sama teman-temannya. Insecure lah ya sesekakak tadi. Karena ngerasa aneh sendiri.
Faktor yang kedua adalah faktor dari dalam diri kita sendiri. Kadang ya secara sadar atau nggak kita suka tuh self critic. Semacam muhasabah sebenernya. Tapi kok bablas malah nilai negatif ke diri sendiri. Lalu, jadi terlalu over ekspektasi sama diri atau perfeksionis. Sementara realita tak seindah ekspektasi tadi.
Udah gitu kadang yang dikritik pada hal-hal yang nggak kita gak ada kuasa di dalamnya. It’s such a give. Kaya, warna kulit burik eh gelap, dikritik. Lalu berharap pen berubah tu kulit jadi secerah matahari pagi dan seputih salju. Lha mana bisa atuh ya. Itu kan emang dari sananya begitu. Paling banter kita cuma bisa usaha perawatan.
Atau ada juga ni yang pe insecure lalu depresi dan bunuh diri karena malu dirinya bernasib jadi anak yatim piatu. Ini asli kejadian di Kalimantan Tengah. Udah agak lama sih peristiwanya, taun 2017 lalu. Sobi Besti, menjadi yatim piatu juga itu sesuatu yang ada di luar kekuasaan kita. Gimana caranya kita bisa nolak itu?
Banyak lagi hal-hal yang melingkupi kita yang bisa bikin insecure. Di alam hidup matre kek saat ini, kurang kaya, kurang cantik, kurang pinter, kurang gaul, kurang jago public speaking, kurang populer di sekolah itu bisa jadi biang insecure. Tentu saja semua ini perlu kita cari jalan keluarnya. Biar gak ada lagi insan-insan insecure. Diganti dengan insan percaya diri dengan takwa tinggi yang akan menjadi pemimpin Ansharullah di masa depan nanti.
Untuk mengatasi hal ini, kita harus tau dulu konsepnya. Konsep yang bener mengenai hal ini adalah konsep Islam. Karena Islam itu hadir dari Allah Swt, pencipta manusia. Zat yang Mahatahu tentang ciptaan-Nya dan yang terbaik untuk ciptaan-Nya. So, kita kudu ngaji ilmu Islam mengenai hal ini. Biar kita bisa bersikap benar ketika kesandung hal-hal yang menghantarkan kepada insecure. Jadi gak akan jatuh insecure palagi depresi.
Dalam tsaqofah (ilmu) Islam dikenal dengan istilah qada. Qada itu segala sesuatu ketetapan Allah buat kita manusia. Kaya bentuk fisik kita atau kejadian-kejadian yang menimpa kita, kek siapa orang tua kita, rezeki, kecepatan daya tangkap, jodoh, ajal alias kematian itu juga termasuk ke dalam qada.
Nah, qada ini sifatnya tuh maksa kita untuk menerima. Suka gak suka, mau gak mau tetap harus dijalani. Ketika kita menjalani qada ini, Islam mengarahkan agar hati kita harus disetting ke mode husnudzon sama Allah Swt. Gak boleh berburuk sangka sama Allah. Merasa “dizalimi” oleh Allah. Di dalam Alqur’an Allah berfirman,
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ ۚ
"Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah ...." (QS. An-Nisa : 40)
Nah, Allah sendiri sudah jamin bahwa Dia tak akan menzalimi hamba-Nya walau sebesar zarrah pun. Ini artinya, jika ada kondisi yang gak kita sukai Allah tetapkan untuk kita itu bukan suatu yang membahayakan kita. Kita juga gak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat akan setiap qada yang menimpa kita. Bahkan, bisa jadi kita bisa nabung pahala lebih dari sana.
Misal, kalo kita gak ditakdirkan jenius. Pas belajar pasti tuh kita kerahkan waktu, tenaga, dan kesabaran lebih. Nah, disitulah pahala yang akan kita terima lebih besar. Kalau kita gak jago public speaking, tapi tetep semangat berusaha menyampaikan kebaikan Islam, duuuh itu pahalanya lebih-lebih dari orang yang kalo ngomong udah kaya hujan turun, luancaaar.
Untuk bentuk fisik juga kita gak usah worry, Allah Swt gak nilai kamu dari itu. Allah menilai manusia dari takwanya. Dalam QS.Al Hujurat: 13, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Takwa itu sesuatu yang bisa diupayakan oleh manusia.
So, kalau kita sudah bisa husnudzon kepada Allah, Insyaallah hati kita akan senatiasa rida akan setiap keputusan-Nya, hingga timbul senantiasa rasa syukur dan sabar. Klo udah gini hati akan tentram. Gak ada lagi ratapan insecure di muka bumi ini. Gak ada lagi yang serasa ingin lenyap saja dari peradaban. Gak ada. Semua akan fokus pada tugasnya masing-masing sebagai hamba Allah yaitu beribadah dan jadi khalifatulfilardi. Karena itulah area yang ada dalam kekuasaan kita. Kita bisa milih mau jalanin tugas itu dengan baik apa ngga. Tentu aja setiap pilihan ada konsekuensinya.
Ngomong-ngomong soal tugas kita di dunia, Allah juga mengamanahkan agar hukum Islam itu hidup dalam masyarakat. Artinya, hukum Islam secara kafah ditegakkan di sana. Kalau hukum Islam dijalankan oleh seluruh elemen kehidupan mulai individu, masyarakat, dan negara maka faktor eksternal penyebab insecure bisa dilenyapkan.
Individu dalam masyarakat Islam adalah individu bertakwa. Masyarakatnya pun bukan masyarakat julid yang hobi “men-shaming”. Tapi masyarakat Islam adalah masyarakat yang saling mengingatkan untuk berbuat takwa dan cegah dari kemungkaran. Sementara, negara akan jadi pelindung umat dari pemikiran sesat materialisme dan liberalisme. Udah gitu, negara juga akan menyelenggarakan sistem pendidikan Islam yang akan mencetak generasi anti insecure. Keren kan Islam? Jadi inget tagline sebuah kanal Youtube Dakwah, Muslimah Media Center, “Pahami Agamamu, Bangga Berislam Kafah”. Skuy, kita gaskeun!
Penulis: Rini Sarah
0 Komentar