Jika Tanpamu Patutkah Kami Khawatir ?

 



Baru-baru ini Ketum PDIP senantiasa mengeluarkan pernyataan yang membuat heboh jagat maya. Bahkan ada sebuah pernyataan yang begitu menghebohkan terkait Indonesia tanpa dirinya. 

Dikutip dari suara.com, menurut mantan presiden kelima Megawati Soekarno Putri memang belakangan sering kali mengungkapkan statement yang mengundang perhatian publik.

Kali ini ungkapan Megawati yang menghebohkan dunia maya terkait dengan kekhawatirannya kepada Indonesia. Hal ini dinyatakan oleh Ketua Umum PDIP saat menjadi pembicara kunci di Seminar Nasional Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) secara daring, Rabu (1/6).

Mulanya Megawati membahas negara-negara besar, kemudian membandingkan dengan Indonesia yang masih di zona nyaman. (Suara.com, 02/06/2022).

Bahkan sebelumnya Ketum PDIP pernah memberi statemen yang dianggap menyakiti hati rakyat saat kenaikan minyak goreng. 

Pada saat saya mengatakan, bagaimana ya ibu-ibu, kok sangat tergantung pada minyak goreng. Itu langsung saya ditembak, ada yang mengatakan katanya pemimpin orang cilik, kok kayak nggak ada empati, 

Megawati menerangkan, niatnya mengatakan hal tersebut agar ada kesadaran di masyarakat bahwa penting untuk memberikan asupan gizi seimbang untuk masyarakat, bukan cuma makan-makanan yang digoreng saja. Ia pun mengaku prihatin atas tanggapan masyarakat tersebut. (Tempo.Co, 28/05/2022).

Patut disadari bahwa masyarakat saat ini sudah mulai terlihat kesadaran tentang kondisi bangsa ini sekalipun dalam pelampiasan kekesalannya sering tak terarah. Lihatlah, bagaimana ketika pemimpin di negeri ini mengeluarkan berbagai kebijakan yang tak memberi solusi yang ada, masyarakat justru ramai-ramai membuat konten dan meme di media sosial yang kadang menggelitik. Semua ini terjadi akibat merasa diperlakukan tidak adil, merasa dizalimi dan hilangnya rasa kepercayaan terhadap penguasa. 

Jika sebelum jadi penguasa senantiasa mendengungkan jargon membela wong cilik nyatanya  saat sudah berkuasa tambah sengsara rakyat. Bukti potret penguasa saat ini tidak peka terhadap kondisi rakyat. Tak heran jika komentar dari netizen terhadap penguasa dan pejabat di berbagai kalangan manapun ketika di nilai tidak mewakili suara hati mereka akan mendapatkan reaksi keras. Semua terjadi akibat jenuh dengan aturan yang diterapkan di negeri ini yakni kapitalisme. 


Jika ditelisik kondisi rakyat saat ini sesungguhnya sangat merindukan para pemimpin yang peka terhadap rakyatnya. Hal ini terlihat dari berbagai komentar dan meme yang sering dilontarkan. Bahkan pernyataan terkait tanpa peran Bu Mega negara Indonesia ini dinilai oleh warganet tidak akan apa-apa. Hal ini karena keberhasilan bangsa ini tentu bukan ditentukan oleh pejabat yang tidak peka terhadap hati rakyat atau pro terhadap kapitalis.

Namun  sebenarnya bangsa ini akan maju ketika independen tanpa suruhan Barat. Hidup tanpa didikte oleh aturan Barat (sistem kapitalisme)tetapi mengikuti aturan yang mampu menyelesaikan masalah bangsa ini hingga tuntas. Aturan tersebut tentu aturan yang berasal dari sang Maha Pencipta. 


Merindukan Pemimpin Yang Peka Derita Rakyat


Menelusuri jejak khilafah tentu kita akan menemukan referensi terkait para pemimpin yang adil, empati, qona'ah dan amanah. 

Dalam berbicara senantiasa hati-hati, tegas terhadap siapa pun yang melanggar hukum syarak. Namun disisi lain para khalifah mudah terenyuh terhadap kondisi rakyatnya. Bahkan kita membaca ada khalifah yang minta didoakan oleh rakyatnya sendiri sekalipun  rakyat jelata. 

Khalifah Umar bin Khattab adalah contoh teladan yang sangat terkenal. Bahkan masih banyak catatan sejarah Islam terkait indahnya pribadi khalifah. Baik di masa Khulafaur Rasyidin maupun sesudahnya. 

Sekalipun mungkin ada catatan buruk pribadi khalifah tapi itu hanya sedikit saja. Sisanya tentu semasa Islam tegak justru kesejahteraan dirasakan oleh semua kalangan. Mereka para pemimpin dalam Islam berpedoman pada hadis di bawah ini. 

Aisyah RA, orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaan (nasib) wanita dari bani Makhzumiyyah yang (kedapatan) mencuri. Mereka berkata siapa yang bisa bicara kepada Rasulullah SAW? Mereka menjawab bahwa tidak ada yang berani kecuali Usamah bin Zaid yang dicintai Rasulullah SAW.

Maka Usamah pun berkata kepada Rasulullah SAW, tetapi Rasulullah SAW bertanya, "Apakah engkau memberi syafaat (pertolongan) berkaitan dengan hukum Allah?" 

Rasulullah SAW pun berdiri dan berkhutbah, "Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum). Namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya." (HR Bukhari). Wallahualam.


Oleh Heni Ummu Faiz


Posting Komentar

0 Komentar