Kala Mental Ilness Melanda Kaum Ibu




Akhir-akhir ini kita seringkali mendengar kasus seorang ibu yang tega membunuh buah hatinya karena faktor ekonomi. Namun, fakta bertolak belakang kala tekanan ekonomi dan keluarga tak jarang kaum ibu kehilangan akal sehatnya sehingga mereka berbuat sedemikian kejamnya. Akibat tekanan ini banyak kaum ibu yang mengalami mental ilness.


Mental illness atau yang disebut juga gangguan kesehatan mental adalah istilah yang mengacu pada berbagai kondisi yang mempengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, atau perilaku seseorang. Kondisi ini bisa terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang berkepanjangan. Gangguan mental illnes sangatlah berbahaya apabila dialami oleh seorang ibu. Seperti yang sering kita lihat banyak ibu yang berlaku tak seperti layaknya seorang ibu, yang tega menyakiti atau menghabisi nyawa anaknya sendiri. 


Secara fitrah, seorang ibu adalah sosok wanita yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang kepada buah harinya. Sosok yang menjadi pelindung bagi anak-anaknya, bukan hanya sebagai pelindung melainkan begitu besar perannya sebagai madrasatul ula (sekolah pertama dan utama) bagi anak-anaknya. Menjadi sosok yang berkontribusi dalam melahirkan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia.


Namun, ketika sosok dan peran sang ibu ini berubah akibat mental illness yang dialaminya, maka hal ini harus menjadi perhatian utama dan menyelamatkan para ibu dari tekanan kehidupan yang seharusnya tidak ia alami. Tidak dipungkiri, sistem kehidupan yang menjauhkan aturan agama yang diterapkan saat ini menjadi faktor pendukung utama mengapa para ibu rentan sekali mengalami mental illness.


Ibu yang seharusnya berperan menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, tetapi disisi lain sang ibu juga harus menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Kala tulang rusuk sekaligus menjadi tulang punggung secara bersamaan membuat sang ibu tertekan dengan begitu banyak beban yang harus diembannya. 


Seharusnya para ibu menjadi pihak yang dinafkahi, agar ia fokus menjalankan peran dan tugasnya sebagai ummu wa rabbatun bait (ibu pengurus dan pengatur rumah tangga). Tetapi kondisi ekonomi yang terjadi, banyak kepala keluarga yang seharusnya menjadi tumpuan keluarga, harus kehilangan mata pencarian. Sehingga para ibu pun terpaksa harus membantu  perekonomian keluarga agar dapur tetap ngebul.


Faktor ekonomi juga menjadi pemicunya persoalan rumah tangga lainnya, yang kadang kala berujung pada KDRT, ketidakharmonisan hubungan ibu dan ayah dan akhirnya berakhir pada perceraian sehingga anak-anak menjadi korban dari kemelut yang dihadapi oleh orang tua. Inilah potret keluarga kaum muslim saat ini, seharusnya seberat apapun permasalahan yang dihadapi dalam keluarga, kedua orang tua harus tetap kepala dingin dalam menyikapinya.


Hidup dalam sistem buatan manusia senantiasa menyisakan deretan panjang permasalahan kehidupan termasuk masalah keluarga. Namun, hidup dalam sistem yang batil seperti saat ini, bukan menjadi alasan kita sebagai orang tua untuk mengorbankan masa depan anak-anak kita yang telah diamanahkan Allah. Kondisi seperti seharusnya menjadi pemacu bagi semua orang tua, yang sangat memahami semua amal akan dimintain pertanggungjawaban di hari akhir kelak, untuk berjuang untuk keluar dari kemelut ini.


Bukankah Islam telah memiliki aturan yang maha sempurna dalam memberikan petunjuk sebagai jalan keluar bagi seorang muslim dalam menghadapi permasalahan hidupnya? Allah swt berfirman,”Hai orang-orang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara total dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (Al Baqarah : 208).


Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap muslim diperintahkan untuk menjadikan Islam petunjuk hidupnya dan menjadi solusi bagi permasalahan yang ia hadapi. Karena apabila manusia tidak menjadikan Islam sebagai petunjuknya, maka ia akan mengikuti hawa nafsunya yang berasal dari setan. Ayat ini juga harus dipahami bahwa seorang muslim harus memahami, mempelajari dan mengamalkan Islam dalam kehidupannya, agar tidak berjalan di jalan yang bertentangan dengan syariat yang telah ditetapkan oleh sang penciptanya.


Islam pun mengarahkan setiap muslim agar tidak boleh berputus asa terhadap masalah yang sedang dialaminya. Karena itulah ujian dan cobaan kehidupan yang harus dihadapi dengan pondasi aqidah yang kuat. Tidak boleh menjadi materi sebagai tujuan dalam kehidupan, sehingga ketika diuji dengan ekonomi maka hilanglah kewarasan akal seperti yang dialami para ibu yang mengalami mental ilness.


Allah swt berfirman,”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh dosa yang besar” (QS Al Isra : 31). Ayat ini menunjukkan sesungguhnya kasih sayang Allah swt kepada hamba-hambaNya. Allah melarang membunuh anak-anak karena takut miskin dan mewajibkan mendidik dan mengasuh anak-anak dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Allah swt telah menjamin rezeki masing-masing setiap anak yang lahir kedunia ini. Bahkan disebuah hadist disebutkan bahwa Rasulullah sangat menganjurkan wanita yang memiliki keturunan yang banyak.


Oleh karena itu, untuk menyikapi mental illness bisa dilakukan dengan 2 hal. Pertama, membangun komunikasi yang baik antara ayah dan ibu. Komunikasi adalah hal yang terpenting yang wajib dilakukan agar dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah keluarga dan tentu mengambil aturan Islam sebagai jalan keluarnya. Buruknya komunikasi atara ayah dan ibu sangat rentan membuat hubungan dalam keluarga retak bahkan hancur.


Kedua, tingkatkan kedekatan kepada Allah sebagai landasan aqidah agar kuat dan sabar dalam menghadapi problem kehidupan. Dan melibatkan diri untuk aktif dalam pengkajian Islaman. Karena Islam merupakan sumber ilmu bagi setiap muslim yang harus dijadikan rujukan bagi setiap hamba yang beriman kepadaNya.


Dua langkah ini, bisa digunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi mental illness dari kaum ibu. Mental illness tidak akan dialami oleh seorang ibu, apabila ia bersama sang ayah sebagai sahabatnya dalam menghadapi semua permasalahan. Menganggap semua persoalan ini adalah bagian dari ujian dari Allah untuk meningkatkan derajat ketakwaanNya dihadapannya.

Semua persoalan kehidupan akan terasa ringan untuk dihadapi, apabila menjadikan Islam sebgai petunjuknya. Dengan begitu peran besar ibu sebagai pendidik utama mampu melaksanakan tupoksi untuk melahirkan generasi qurratun a’yun lil muttaqina imama. 


Wahai para ibu jadilah seorang ibu yang selalu dirindukan dan diharapkan kehadirannya oleh anak dan keluarga. Jangan biarkan sistem rusak ini merusak fitrah dan kemuliaanmu sebagai seorang ibu. Tetaplah berjuang, yakinlah akan selalu ada pertolongan dariNya bagi hamba-hamba yang beriman dan taat pada aturaNya. Wallahua’lam. 


Oleh : Siti Rima Sarinah

Posting Komentar

0 Komentar