Ketaatan Total Wujudkan Kesalehan Sosial





Baru-baru ini, barisan ulama Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menggelar istighatsah akbar di Pondok Pesantren Daarunna'im, Parung, Bogor. Para ulama berkumpul dan memanjatkan doa untuk keberhasilan mewujudkan kesalehan sosial. (Republika.co.id/19/5/2022)


Agenda itu sejalan dengan cita-cita dari program Pancakarsa Pemkab Bogor, yaitu Karsa Bogor Berkeadaban. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Wafa Rumpin, KH Ahmad Ibnu Athoillah mengatakan bahwa, barisan ulama di Kabupaten Bogor tengah berupaya maksimal untuk mewujudkan kesalehan sosial di masyarakat dan berkolaborasi dengan pemerintah setempat menjalankan program-program keagamaan seperti pemberian insentif untuk guru ngaji, pembinaan hafiz Alquran, pemberian bantuan hibah sarana keagamaan, dan lain-lain.


Sementara pimpinan Pondok Pesantren Roudlotul Falah, KH Bundari Abbas berharap para ulama dan pemerintah setempat tetap berupaya mewujudkan kesalehan sosial di masyarakat sehingga menghasilkan keberkahan.


Kesalehan Kunci Keberkahan


Allah SWT telah mengabarkan tentang keutamaan kesalehan dalam banyak ayat dalam Al-Qur'an. Termasuk menjanjikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat an-Nahl ayat 97 yang artinya, "Siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."


Kesalehanpun kerap dipadankan dengan iman dan takwa, orang yang saleh adalah yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Saat tiga hal ini terwujud di tengah masyarakat, Allah SWT akan membukakan berkahnya dari langit dan bumi untuk mereka, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 96, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..."


Maka, tak heran bagi siapapun yang mendambakan kehidupan yang sejahtera dan berkah tentu harus senantiasa mengupayakan terwujudnya kesalehan, baik secara individu lebih-lebih kesalehan sosial di tengah masyarakat. 


Namun apakah upaya pembentukan kesalehan sosial ini cukup dengan sekedar menjalankan program keagamaan seperti pemberian insentif untuk guru ngaji, pembinaan hafiz Al-Qur'an, pemberian bantuan hibah sarana keagamaan, hingga mengelar istighatsah?

Menurut KBBI, saleh adalah taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah. Sedangkan amal saleh: (Agama Islam) adalah perbuatan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama seperti perbuatan baik terhadap sesama manusia.


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 69, "Siapa saja yang menaati (ketentuan) Allah dan rasul-Nya, niscaya mereka kelak akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh-Nya, yaitu para nabi, kalangan shiddiq, syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah sebaik-baik sahabat." 


Dilansir dari islam.nu.or.id, Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan bahwa orang saleh adalah orang yang menghabiskan usianya untuk menaati Allah dan mengerahkan hartanya di jalan yang diridhai-Nya.


Dari sini jelas bahwa syarat utama untuk menjadi orang yang saleh adalah ketaatan kepada seluruh aturan Allah. Orang yang saleh akan senantiasa taat dan bersungguh-sungguh untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya.


Ketaatan pada Allah SWT bukan hanya pada urusan pribadi yang terkait dengan ibadah ritual semata, namun juga meliputi semua jenis aktivitas manusia, baik dalam hubungan bermasyarakat seperti muamalah atau jual beli, pendidikan, kesehatan hingga urusan bernegara.

Allah SWT mewajibkan setiap Muslim untuk menjalankan sholat lima waktu, sebagaimana juga memerintahkan mereka untuk meninggalkan muamalah ribawi. Allah SWT juga mewajibkan setiap Muslim untuk berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana Allah SWT telah mewajibkan untuk memberikan hukuman rajam bagi pelaku zina.


Artinya Allah SWT telah menurunkan aturan yang lengkap, untuk segenap aspek kehidupan manusia, dan wajib bagi setiap Muslim untuk taat pada seluruh aturan Allah SWT tersebut.


Sangat kontras jadinya, jika berharap terbentuk kesalehan sosial, tapi, justru mendustakan hukum Allah SWT dalam kehidupan. Jika demikian, yang terjadi adalah apa yang telah Allah SWT kabarkan dalam lanjutan ayat ke 69 surat Al-A'raf, "... tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."


Mendustakan ayat-ayat Allah SWT sama artinya dengan menolak aturan Allah SWT, memilah hanya aturan yang sesuai dengan selera, menafsirkan ulang, termasuk mengkompromikan dengan program deradikalisasi atau moderasi. Alih-alih mewujudkan kesalehan sosial, yang ada justru kesalahan masal.


Alhasil, kesalehan sosial memang hanya mungkin bisa terwujud di bawah naungan sistem yang akan mendorong setiap individu masyarakat untuk senantiasa taat pada aturan Allah SWT, yaitu sistem yang menjadikan aturan Allah SWT sebagai pengatur kehidupan. Bukan sistem sekuler seperti sekarang, yang memisahkan aturan Allah SWT dari urusan kehidupan.

Mari kita terus berjuang dan bersinergi dengan para ulama demi terbentuknya kesalehan sosial dengan memperjuangkan tegaknya sistem yang akan menerapkan aturan Allah SWT secara kaffah. 

Wallahu'alam.



Oleh : Shie Ummu Mujahid

Posting Komentar

0 Komentar